A. Pengertian Partai Politik
Partai Politik (parpol) biasa diartikan sebagai sebuah kelompok yang tujuan utamanya adalah untuk mencari, mendapatkan, melaksanakan, dan mempertahankan kekuatan politik. (Suwarno,2012:28) Partai politik berbeda dengan dengan kelompok kepentingan atau kelompok penekan yang bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dalam rangka mempengaruhi proses politik baiak di level eksekutif, legislative maupun yudikatif. Sedangkan perbedaan kelompok kepentingan dengan kelompok penekan terletak pada cara menyampaikan aspirasi dalam rangka mempengaruhi proses politi tersebut.
B. Partai Politik Zaman Kolonial
Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman Kolonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi, apakah ia bertujuan social (seperti Budi Oetomo dan Muhammadiyah) atau terang-terangan menganut asas politik atau agama ( seperti Sarekat Islam, dan Partai Katolik ) atau asas politik sekuler (seperti PNI dan PKI), memainkan peran penting dalam berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa itu menunjukkan keanekaragaman dan pola ini kita hidupkan kembali pada zaman merdeka dalam bentuk system multi-partai.1[1]
Tahun 1918 pihak Belanda mendirikan Volksraad yang berfungsi sebagai badan perwakilan. Ada beberapa partai serta organisasi yang memanfaatkan kesempatan untuk bergerak melalui badan ini.pada awalnya partisipasi organisasi Indonesia sangat terbatas. Komposisi berubah pada tahun 1931 dimana kuota untuk penduduk pribumi semakin bertambah. Di samping itu ada usaha untuk meningkatkan persatuan nasional Indonesia melalui penggabungan partai-partai politik dan memperjuangkan “Indonesia Berparlemen”. Dalam rangka itu pada tahun 1939 Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yang merupakan gabungan partai-partai beraliran nasional dan Majelisul Islamil a’laa Indonesia (MIAI yang merupakan gabungan partai-partai beraliran islam yang terbentuk pada tahun 1937) bersepakat untuk bersama-sama membentuk Komite Rakyat Indonesia (KRI). Karena KRI kurang aktif, maka pada tahun 1941 dibentuk Majelis Rakyat Indonesia (MRI) yang mencakup tidak hanya partai politik tetapi juga organisasi serikat sekerja dan organisasi non-partai lainnya Dalam kenyataannya organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai mengalami kesukaran untuk bersatu dan membentuk staf front yang menghadapi pemerintahan colonial, keadaan ini berlangsung sampai pemerintah Hindia Belanda dtaklukkan oleh tentara kerajaan Jepang. Akan tetapi pola kepartaian yang telah terbentuk di Zaman Kolonial kemudian dilanjutkan dan menjadi landasan untuk terbentuknya pola system multi-partai di Zaman Merdeka.
C. Perkembangan Partai Politik Pada Masa Pergerakan Nasional
Partai politik di Indonesia semakin mengalami perkembangan dengan munculnya tokoh-tokoh intelektual yang mendirikan organisasi-organisasi politik di masa pergerakan nasional. Banyak sekali partai politik yang telah didirikan, seperti dibawah ini:
1. Budi Oetomo
Organisasi yang diketuai oleh Sutomo ini pada awalnya bukanlah organisasi yang mengurus bidang politik namun cenderung ke organisasi pelajar. Pada tingkat pertama secara samar-samar Budi Utomo mengemukakan keinginan golongan yang telah berpendidikan tentang kemajuan nasional dan budaya. Kemudian perhatian dipusatkan kepada pendidikan secara barat dan keinginan untuk pendidikan yang lebih tinggi sejajar dengan munculnya golongan menengah pribumi dan usaha-usahake arah kemakmuran ekonomi.usaha-usaha memajukan kesejahteraan social di kalangan pribumi makin luas dijalankan daerah-daerah dan usaha-usaha dibidang ekonomi mulai berubah menjadi berpolitik. Keterlambatan
berpolitik dapat juga diterangkan karena hingga tahun 1915, pimpinan perkumpulan selalu ada di tangan orang-orang yang tidak senang mengarahkan pandangannya pada politik. Cara berpikir pimpinan menetapkan corak haluan perkumpulan yang dipimpin. Hingga tahun 1915, Budi Utomo hanya mengenal pimpinan orang-orang yang mengenal pengajaran. [2]
2. Indische Partij
Di dalam perkembangan sejarah Pergerakan Nasional pada awal pertumbuhannya lahir konsepsi yang bercorak politik seratus persen dan program nasional yang meliputi pengertian nasionalisme modern. Indische Partij berdiri diatas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia. Indische Partij adalah suatu partai yang radikal sehingga pemerintahan Hindia Belanda bersikap tegas terhadap Indische Partij.
3. Perhimpunan Indonesia
Pada mulanya organisasi ini hanya bersifat organisasi social. Akan tetapi semenjak berakhirnya Perang Dunia I perasaan antikolonialisme dan imperialisme di kalangan pemimpin-pemimpin Indische Vereeniging makin menonjol.2
4. Partai Komunis Indonesia
Partai Komunis Indonesia tumbuh menjadi suatu partai politik dengan jumlah massa yang sangat besar. Akan tetapi, disebabkan jumlah anggota intinya kecil, partai kurang dapat melakukan kontrol dan menanamkan disiplin serta ideology partai kepada massanya.
5. Partai Nasional Indonesia
PNI merupakan organisasi yang didirikan karena PKI sudah dilarang untuk beroperasi lagi, sehingga tidak ada lagi wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang bersifat radikal. PNI memiliki sikap non koopertif. Namun terjadi penangkapan atas pemimpin-pemimpin PNI. Karena keadaan memaksa diambil keputusan pembubaran PNI. Pembubaran ini menimbulkan perpecahan dikalangan pendukung pendukung PNI, dan masing-masing pihak mendirikan Partai Indonesia (Partindo) oleh MR. Sartono dkk., dan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) oleh Moh. Hatta dan St. Syahrir dkk. PNI-Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan social, Partindo percaya bahwa organisasi massa dengan aksi massa adalah senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
6. Partindo, PNI- Baru, dan Gerindo
Tak lama setelah PNI Baru lahir , Ir. Soekarno yang baru menjalani setengah hukumanyang dijatuhkan kepadanya, pada tanggal 31 Desember 1931 dibebaskan dari penjara. Selama enam bulan lebih Ia berusaha keras untuk menyatukan kedua partai itu, namun tidak berhasil, dan akhirnya ia masuk Partindo.[3] Namun dalam perjalanannya banyak pengalaman pahit yang dialami kaum non kooperatif yang menimbulkan kesangsian di kalangan mereka akan keberhasilan politik perjuangan.akibatnya mereka berniat untuk mengubah asas mereka dari non kooperatif menjadi kooperatif. Mereka berniat untuk mendirikan partai kooperator baru. Pada pertengahan bulai Mei 1937 d Jakarta dibentuk sebuah komite pendiri partai baru. Tanggal 23 Mei 1937 di Jakarta didirikan partai baru bernama Gerakan Rakyat Indonesia disingkat Gerindo.
[1] Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. 2008), hal 423.
[2] Slamet Muljana, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid I (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2008), hal 52.
[3] Ir. Soekarno,” Maklumat dari Bung Karno kepada kaum Marhaen Indonesia”, dalam Di Bawah Bendera Revolusi, jilid I, Jakarta, Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi, 1965, hlm. 169, dalam Sejarah Nasional Indonesia, jilid V, Jakarta,Balai Pustaka, 2008, hal.375.