1. Biografi dari Georg Wilhelm Friederich Hegel
Georg Wilhem Friedrich Hegel adalah anak sah Roman tisisme,” Kata Alberto memulai.” Orang hampir dapat mengatakan dia berkembang bersama semangat Jerman ketika semangat itu perlahan-lahan mulai berkembang di jerman. Dia dilahirkan di Stuttgart Pada 1770, dan mulai belajar teologi di tubingen pada usia delapan belas tahun. Mulai 1799, dia bekerja dengan schelling di Jena dia menjadi profesor di Heidelberg, pusat Romantisisme Nasional Jerman. Pada 1818 dia diangkat menjadi profesor di Berlin, tepat pada waktu itu kota tersebut menjadi tempat spiritual Eropa. Dia meninggal karena penyakit kolera pada tahun 1813, setelah Hegelianisme berhasil mendapatkan pengikut yang sangat besar di hampir semua Universitas di Jerman. Selama hidupnya Hegel hanya menelurkan empat buah karya utama, meski demikian memberikan pengaruh besar terutama terhadap perkembangan ilmu filsafat. Ada pun karya-karyanya tersebut adalah (1) System der Wissenchaft Erster Theil die Phänomenologie des Geistes (diterjemahkan menjadi The Phenomenology of Spirit), (2) Wissenschaft der Logik (diterjemahkan menjadi Science of Logic). Ketika menjabat sebagai dosen filsafat di Universitas Heidelberg, Hegel menerbitkan (3) Enzyklopädie Der philosophy Wissenschaften in Grundrisse yang versi terjemahannya di pecah menjadi beberapa seri ensiklopedia, yaitu: Encyclopedia Logic, Philosophy of Nature, dan Philosophy of Subjective Spirit. Serangkaian seri ensiklopedia filsafat di atas terus direvisi dan diterbitkan dalam kurun waktu 1827-1830, berbarengan dengan sejumlah kuliah filsafatnya selama musim dingin tahun 1830-1831 di Universitas Berlin yang dirangkum ke dalam buku (4) Philosophy of History, sampai sepeninggalnya Hegel tahun 1831.
Selain karya-karya utama Hegel yang telah dipaparkan sebelumnya, pengaruh pemikiran Hegel diperkuat dengan hadirnya intisari kuliahnya selama mengajar di Universitas Berlin yang diterbitkan ke dalam serangkaian tulisan filsafat
1. Kuliah tentang Estetika
2. Kuliah tentang Filsafat Agama
3. Kuliah tentang Sejarah Filsafat
4. Political Essay Schelling dan juga tokoh-tokoh
Romantik lainnya pernah di mengatakan bahwa makna kehidupan yang paling dalam ada pada apa yang mereka sebut “Ruh Dunia”. Hegel juga menggunakan istilah Ruh Dunia, tapi dalam suatu pengertian baru. Ketika Hegel berbicara tentang Ruh dunia atau akal dunia, yang dimaksudkannya adalah seluruh perkataan manusia, sebab hanya manusia yang mempunyai ruh. Dalam pengertian ini, dia dapat membicarakan tentaang kemajuan ruh dunia sepanjang sejarah. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa dia mengacu pada kehidupan manusia, pikiran manusia, dan kebudayaan manusia, “itu membuat ruh ini tidak terlalu menakutkan. Ia tidak lagi diam menanti-nanti seperti “kecerdasan yang tertidur di bebatuan dan pepohonan,” Hegel menyatakan bahwa ruh dunia berkembang menuju pengetahuan itu sendiri yang juga terus berkembang. Sama halnya dengan sungai yang makin lama makin lebar ketika mendekati laut. Menurut Hegel, sejarah adalah kisah tentang ruh dunia yang lambat laun mendekati kesadaran itu sendiri. Meskipun dunia itu selalu ada, kebudayaan manusia dan perkembangan manusia telah membuat ruh dunia semakin sadar akan nilainya yang hakiki.” Dia menyatakan bahwa itu merupakan realitas sejarah. Itu bukan suatu ramalan. Siapa pun yang mempelajari sejarah akan mengetahui bahwa umat manusia telah melangkah maju menuju pengetahuan diri dan perkembangan diri yang semakin meningkat.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf Jerman dan merupakan seorang filosof idealis, ia yakin bahwa atau jiwa adalah realitas terakhir. Hegel dalam bukunya “Philosophy of History” mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada pandangan bahwa Negara merupakan realitas kemajuan pikiran ke arah kesatuan dengan nalar. Ia melihat Negara sebagai kesatuan wujud dari kebebasan objektif dan nafsu subjektif adalah organisasi rasional dari sebuah kebebasan yang sebenarnya berubah-ubah dan sewenang-wenang jika di biarkan pada tingkah laku individu. Ia menggunakan dialektika untuk menjelaskan pandangannya. Sementara dialektika adalah konsep pertentangan menuju kesatuan di mana seluruh proses yang terjadi selalu mengalami pertentangan sebelum akhirnya menuju ke sebuah kesatuan. Dialektika sebagai proses terdiri dari tiga tahapan, tahapan pertama adalah tesis, kemudian tahapan kedua sebagai negasi disebut antitesis dan akhirnya tahapan ketiga disebut sintesis sebagai kesatuan atau yang mendamaikan kedua tahapan sebelumnya.
Filsafat Hegel adalah puncak gerakan fisafat Jerman yang berawal dari Kant, walaupun ia sering mengkritik Kant, sistem filsafatnya tidak akan pernah muncul kalau tidak ada Kant. Imanuel Kant dengan filsafat ilmunya ( filsafat dualisme), Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme dan Rasionalisme, keduanya bagi Kant terlalu ekstrem dalam mengklaim sumber pengetahuan. “Revolusi Kantian” kemudian berhasil menemukan jalan keluarnya. Hegel yang pada awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat Kant tersebut kemudian juga menemukan jalan keluarnya melalui kontemplasi yang terus menerus. Ketertarikan Hegel sejak awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidak jelasan bagian dunia, bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika.
Pada dasarnya filsafat Hegel mematahkan anggapan kaum empiris seperti John Lock, Barkeley dan David Hame. Mereka ( kaum empiris ) mengambil sikap tegas pada metafisika, bagi Lock metafisika tidak mampu menjelaskan basis fundamental filsafat atau Epistimologi ( bagaimana realitas itu dapat diketahui ) dan tidak dapat mencapai realitas total, pendapat ini diteruskan kembali oleh David Hume bahwa metafisika tidaklah berharga sebagai ilmu dan bahkan tidak mempunyai arti., baginya metafisika hanya merupakan ilusi yang ada diluar batas pengertian manusia. Dengan metafisika kemudian Hegel mencoba membangun suatu sistem pemikiran yang mencakup segalanya baik Ilmu Pengetahuan, Budaya, Agama, Konsep Kenegaraan, Etika, Sastra, dll.
2. Konsep Pemikiran, Pandangan, dan Kontribusi Hegel
Filsafat Hegel dikenal sebagai salah satu Filsafat yang sulit dipahami dan dimengerti karena Hegel menggunakan istilah-istilah yang terlalu teknis dan terkesan ekstrem. Disamping itu, Hegel senang mengunakan hal-hal yang paradoks. Hegel yakin bahwa paradox adalah hokum realitas, sebagaimana hokum pemikiran. Ambisi Hegel adalah menyusun suatu system filsafat sintesis.Kalau Aristoteles boleh disebut sebagai filusuf yang berhasil menyintesiskan pemikiran-pemikiran Yunani dan Thomas Aqinas melalui Summa Teologicanya yang berhasil menyatukan pengetahuan abad pertengahan, maka Hegel berusaha pula menyatukan Ilmu dan Filsafat abad XIX, yang membedakan filsafat Hegel filsuf-filsuf lain bukanlah pertama-tama apa yang dipikirkan, melainkancaranya. Bagi Hegel mengetahui adalah proses di manaobjek yang diketahui dan subjek yang mengetahui saling mengembangkan, sehingga tidak pernah sama atau selesai. Pengetahuan saya hari ini difalsifikasikan oleh pengetahuan besok, dan pengetahuan besok mengubah apa yang diketahui karena ditangkap dengan lebih tepat. Dalam proses itu saya sendiri senantiasa menjadi orang baru, karena dengan perubahan pengertian, kedudukan dan tanggung jawab saya pun berubah.Pengetahuan adalah sebuah ongoing process, di mana apa yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkembang: tahap yang sudah tercapai “disangkal” atau “dinegasi” oleh tahap baru. Bukan dalam arti tahap lama itu tak berlaku lagi, tetapi tahap lama itu dalam cahaya pengetahuan kemudian, kelihatan terbatas. Jadi tahap lama itu tidak benar karena terbatas , dan dengan demikian jangan dianggap kebenaran. Tetapi yang benar dalam penyangkalan tetap dipertahankan. Itulah inti dialektika Hegel yang merupakan wujud pengetahuan manusia. Hegel melukiskan perjalanan dari pengetahuan sederhana dan langsung ke “pengetahuan absolut” dalam bukunya Phenomenology of mind .Pengetahuan absolute adalah titik akhir perjalanan filsafat melalui segala fenomena pengalaman dan kesadaran yang menawarkan diri. Filsuf telah menjelajahi seluruh realitas. Apa pun: unsur-unsur di dunia, sejarah, penghayatan diri sendiri, pikiran manusia, seni, agama, filsafat, pada akhir perjalanan itu dapat ditempatkan dalam keterkaitannya. Semuanya berada di mana dia harus berada.Sang filsuf sendiri menemukan diri dalam seluruh realitas .Pengetahuan absolute berarti bahwa tidak ada lagi yang asing bagiku. Di mana pun, aku berada pada diriku sendiri karena aku memahaminya. Aku menyatu dengan seluruh realitas.Maka pengetahuan itu disebut absolut :takadasegidaripengetahuanitu yang tidak berlaku atau masih dapat diatasi, ( Strathern,2001:24).
Hegel memiliki banyak pemikiran tentang filsafat dalam berbagai cabang filsafat. Ada pun yang begitu fenomenal yakni pemikirannya mengenai filsafat sejarah dan konsep negara integralistik. Dalam pemikirannya tentang konsep nedara integralistik ini, ia beranggapan bahwa negara merupakan penjelmaan “ Roh Absolut“ (Great Spirit atau Absolute Idea). Oleh karena itu negara bersifat absolut yang dimensi kekuasaannya melampaui hak-hak transedental individu. Wujud perkembangannya melalui proses dialektika yang dikenal dengan tesis, antitesis, sistensis, yang terus berlanjut pada tesis-antitesis dan seterusnya. Puncaknya adalah lahirnya ide mutlak. Pandangannya akan roh absolute ini merepresentasikan akan kesakralan negara di mata Hegel. Baginya negara merupakan the state is divine idea as it exists on earth, sebagai wujud keterlibatan Tuhan di bumi. Sementara itu pemikirannya yang lain yang juga fenomenal ialah mengenai filsafat sejarah. Dalam pemikirannnya ini, ia beranggapan bahwa sejarah dibimbing oleh roh dan bertujuan membebaskan manusia. Namun, roh itu tidak tampil secara abstrak dan umum, melainkan menjadi konkret dalam roh-roh yang menandai bangsa-bangsa. Roh bangsa tertentu menentukan panggilan dan nasib historisnya.
Hegel berpendapat sejarah merupakan gerakan kebebasan yang ditafsirkan sebagai keinginan dari “Roh Dunia”. Roh-roh tersebut berusaha merealisasikan diri menggunakan peradaban bangsa atau dalam konteks ini di sebut sejarah umat manusia. Sejarah umat manusia tidak lepas dari sejarah peradaban dan kebangkitan sebuah negara. Seperti apa yang telah dijabarkan sebelumnya mengenai filsafat sejarah dan konsep negara integralistik Hegel. Karl Marx adalah salah satu yang tertarik merinci kemudian mengkritik segala pemikiran Hegel yang dianggap kontroversional. Diantaranya pernyataan bahwa filsafat menunjukkan bagaimana negara mengekspresikan kesatuan daripada sebuah kehidupan bangsa. Negara adalah “aktualitas dari kebebasan yang konkrit”. Sementara itu dalam karya Hegel yang fenomenal yakni Filsafat Sejarah, Hegel menerangkan bahwa ia tidak menulis sejarah namun menulis Filsafat. Jika sejarah berbicara mengenai apa yang terjadi di masa lampau atau dalam perkembangannya yang maju membahas masa depan, maka sejarah dalam kerangka filsafat membicarakan apa yang ada memiliki eksistensi abadi-yakni rasio. Menurut Karl Lowith seluruh filsafat Hegel dipahami secara historis. Seluruh pengertian mendasar Hegel memperoleh makna dan arti penting dalam konteks sejarah. Seluruh sistemnya, secara fundamental diuraikan dengan panjang lebar, dikaitkan dengan sejarah, seolah-olah dihadapannya tidak ada filsafat yang lain. Bentuk pernyataan ini secara jelas tampak pada kumpulan kuliahnya yang bertajuk Filsafat Sejarah. Dalam setiap pemikirannya, filsafat Hegel memiliki konsepsi bahwa segala sesuatu dibangun dari suat keyakinan dasar tentang “kesatuan”. Universe sebagai simbol kesatuan adalah manifestasi dari “yang mutlak”. dalam hal ini yang parsial tidak di artikan sebagai ilusi, tetapi yang parsial hadir sebagai tahap perkembangan menuju kesatuan, maka yang parsial hanya dapat dimengerti dalam kerangka kesatuan.
3. Pemikiran Filsafat Sejarah Hegel
Hegel berpendapat bahwa tugas seorang filsuf sejarah adalah menemukan rasionalitas sejarah, yakni arti dari tujuan dalam proses sejarah secara keseluruhan serta mencoba untuk menjawab apakah sejarah lebih dari hanya sekedar rangkaian peristiwa yang berkaitan satu sama lain? Menurut Hegel, hanya ada satu asumsi pokok dalam pendekatan sejarah, yakni alasan/tujuannya, sehingga oleh karena itu sejarah hadir (terjadi) dengan suatu proses rasional. Menurutnya, dalam filsafat sejarah pengertian pokok adalah budi. Budi tersebut aktif dalam dua bidang. Bidang pertama, sebagai roh objektif, budi menguasai hal-hal dalam kenyataan objektif, kenyataan tersebut memperlihatkan tata tertib dan keteraturan sesuai dengan kaidah atau prinsip nasional. Bidang kedua, oleh Hegel disebut dengan roh subjektif. Identifikasi antara roh objektif dan roh subjektif berlangsung terus menerus, yang pada hakekatnya merupakan suatu proses sejarah yang saling berjumpa dalam sintesa tertinggi, yakni roh mutlak. Disebut roh mutlak karena roh objektif telah melepaskan diri dari dikotomi antara subjek dan objek. Bila tahap roh mutlak sudah tercapai, maka sejarah pun selesai. Sejarah merupakan suatu gerak menuju sebuah tujuan.
Dia meyakini adanya esensi Roh Mutlak adalah ketidakterikatan atau kebebasan. Komponen yang kemudian melahirkan konsepsi sosial-politik dalam negara. Kebebasan yang sesungguhnya terjadi dalam suatu negara yang rasional, dimana kesadaran diri secara sukarela patuh terhadap hukum dilakukan oleh orang-orang yang sadar (menyadari) sebagai bagian dari budaya mereka. Orang-orang tidak dipaksa untuk patuh. Kesadaran merupakan pertumbuhan alami dari para warga negara. Kebebasan yang dimaksudkan adalah kebebasan yang tidak bersifat individualistik, sebab kebebasan yang individualistik akan selalu melahirkan anarkhi. Perkembanagn kebebasan dalam sejarah manusia dapat terlihat dalam berbagai phase perkembangan.
Berdasarkan pembedaan antara roh obyektif, roh subjektif, dan roh mutlak, Hegel membedakan tiga macam penulisan sejarah. Pertama, penulisan sejarah orisinil, di sini masa silam seolah-olah berbicara sendiri yaitu laporan seseorang mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zamannya sendiri. Kedua, penulisan sejarah reflektif, yang mengambil jarak terhadap masa silam sehingga menciptakan ruang bagi suatu penilaian oleh roh subjektif. Dari masa silam diambil hikmah atau melalui diskusi-diskusi kritis melacak kebenaran mengenai masa silam. Ketiga, penulisan sejarah secara filsafati. Selama penulisan sejarah masih berada pada tahap roh subjektif, maka pengertian-pengertiannya mengenai masa silam belum lengkap, maka diperlukan penyempurnaan. Penyempurnaan ini terjadi di dalam penulisan sejarah secara filsafati, yaitu padanan bagi roh mutlak.
Menurut Hegel, sejarah dapat dikatakan belum berakhir dalam arti bahwa masih ada hari depan, karena peristiwa-peristiwa masih berlangsung. Namun sebaliknya, ia juga mengatakan bahwa sejarah sudah mencapai masa akhir dalam arti tidak akan ada lagi penemuan-penemuan yang benar-benar baru. Sejarah telah mencapai puncaknya pada abad ke-19. Sejarahnya dapat mengulangi bentuk-bentuk atau tahap-tahap yang lama.
Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa).
Rasio, Ide dan Roh
Hegel sangat mementingkan rasio, tentu saja karena ia seorang idealis. Yang dimaksud olehnya bukan saja rasio pada manusia perseorangan, tetapi rasio pada subjek absolut karena Hegel juga menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subjek. Dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi: “ Semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real.” Maksudnya, luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja beraksi terhadap kecenderungan intelektual ketika itu yang mencurigai rasio sambil mengutamakan perasaan.
Pusat fisafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.
Demi alam kembalilah idea atau roh kepada diri sendiri. Dalam fase ini, mula-mula roh itu merupakan roh subjektif, kemudian roh objektif, dan akhirnya roh mutlak. Sebagai roh subjektif, roh itu mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan: antropologi, fenomologi, dan psikologi. Dalam antropologi, kenalah roh itu akan dirinya dalam penjelmaan pada alam. Dalam fenomenologi, kenalah dia akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam. Adapun pada psikologi, roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan terhadap alam, mula-mula teoritis, kemudian praktis dan akhirnya merdekalah roh itu. Maka meningkatlah kepada roh objektif. Roh objektif ini roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk kemasyarakatan manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan. Dalam hak dan hukum terdapat penjelmaan roh merdeka itu pada hukum-hukum umum. Disamping itu adalah kesusilaan yang merupakan kebatinan. Pada sintesis keduanya itu terlahirlah kebajikan. Sampailah sekarang kepada roh mutlak. Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya dengan sempurna itu merupakan sintesis dari roh subjektif dan objektif. Tak ada lagi, pertentangan antara subjek dan objek antara berpikir dan ada. Oleh karena roh mutlak ini sebenarnya gerak juga, maka dia menunjukkan perkembangan juga: seni (tesis), agama (antitesis) dan kemudian filsafat (sintesis). Seni itu memperlihatkan idea dalam pandangan indera terhadap dunia, objeknya masih di luar subjek. Adapun agama tidak lagi mempunyai subjek di luar objek, melainkan di dalamnya. Tetapi segala pengertian dan gambaran agama itu dianggap ada. Filsafat akhirnya merupakan sintesis dari seni dan agama merupakan paduan yang lebih tinggi. Di sinilah idea mengenal dirinya dengan sempurna. Dalam sejarah filsafat ternyata benar gerak idea itu, yaitu tesis, antitesis, dan akhirnya sintesis. Misalnya: Parmenides (tesis), Heraklitos (antitesis), dan Plato (sintesis).
Dialektika
Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Yang dimaksud oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengompromikan hal-hal yang berlawanan.Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, dia masih ada, tetapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan seterusnya.Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.
4. Implementasi Pemikiran Hegel
Tentang bentuk negara
- Tesis: Negara Diktator. Di Negara ini hidup kemasyarakatan yang diatur dengan baik, akan tetapi warganya tidak mempunyai kebebasan apapun juga.
- Antitesis: Negara Anarki. Dalam negaraanarki para warganya mempunyai kebebasan tanpa batas, tetaoi hidup kemasyarakatan menjadi kacau.
- Sintesis: Negara konstitusional. Sintesis ini mendamaikan antara pemerintahan diktator dengan anarki menjadi demokrasi.
Peradaban Yunani
Peradaban Yunani berawal dari abad Mitologi, karena dirasa kurang mensejahterakan masyarakat, maka timbul keinginan untuk berubah yakni menuju abad Ilmu Pengetahuan. Abad Ilmu Pengetahuan dirasa membawa kehancuran dan malapetaka, sehingga timbul keinginan lagi untuk berubah menuju ke abad yang lebih baik, yakni abad agama dimana manusia percaya akan adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Kemudian abad agama mulai dirasa kurang bermanfaat karena beranggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir Tuhan, manusia hanya bisa menerima tanpa berusaha mengubah takdir Tuhan. Kemudian, abad agama berubah kembali menuju abad mitologi karena adanya pemikiran bahwa Tuhan yang menentukan takdir manusia tidak berwujud, kemudian manusia menyembah sesuatu yang berwujud seperti pohon, batu, dan lain-lain
Gambar Gerak Sejarah Siklis (Peradaban Yunani) Adapun kritik terhadap Hegel yakni, Tulisan Hegel dalam Elements of The Philosophy of Right bahwa filsafat adalah “masanya sendiri yang berkembang menjadi pemikiran”, mengisyaratkan para filsuf bisa menghasilkan kebenaran abadi dari peristiwa-peristiwa sejarah. Hal ini kemudian berbuntut pada keberagaman pandangan orang terhadap Hegel. Di satu sisi sebagian menolak, hal ini disebabkan karena Hegel dianggap telah memanipulasi data sejarah agar sesuai dengan ide-ide filsafatnya, sedangkan yang lainnya memujinya lantaran dia telah mengenalkan dimensi sejarah kepada filsafat. Namun, diantara dua kubu yang berbeda pandangan tersebut sepakat bahwa pengaruh Hegel pada pemikiran (termasuk Filsafat Sejarah) abad 19 dan 20 sendiri membuat penting untuk memahami apa yang dia nyatakan. Berbagai ide yang telah dilontarkan Hegel selama masa hidupnya mendapat pro dan kontra. Di satu sisi ia mempunyai banyak pengikut, tetapi di sisi lain banyak pula para filsuf penentang gagasan-gagasan Hegel. Para pengikut Hegel sendiri terbagi menjadi dua golongan yakni golongan tua dan golongan muda. Adapun yang berasal dari golongan muda salah satunya ialah Karl Marx. Sementara itu, pengikut-pengikutnya yang lain antara lain Sartre, Lacan, dan Kojeve, Theoder Adorno, Jurgen Habermas, dan H.G. Gadamer. Selain nama di atas, masih ada pula pengaggum Hegel yakni F. H. Bradley, HansKüng, Bruno Bauer, Max Stirner. Golongan penentang ide-ide Hegel antara lain Russell dan G.E. Moore. Di akhir abad ke-19 ketika sebagian filsuf menyerang habis-habisan ide-ide Hegel, ada golongan-golongan yang berusaha membangkitkan kembali minat terhadap Hegel. Adapun di antara mereka yaitu G.R.G. Mure, F.H. Bradleey, William Wallace, R.G. Colling Wood, T.X. Knox
Sumber
Hadiwijoyo, Harun.1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2.Yogyakarta :Kanisus
Hegel,G.W.F.2005.Nalar Dalam Sejarah.diterjemahkan oleh salahudin Gz .jakarta: Mizan Publika
Hegel,G.W.F.2002.Filsafat Sejarah. diterjemahkan oleh cut ananta wijaya.yogyakarta: pustaka pelajar
Strathern, Paul.2001.90 menit bersama Hegel.Jakarta :Penerbit
Erlangga Zubaedi.2007. Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descrates Hingga Revolusi Sainsala Thomas Khun).Yogyakarta:arRuzzmedia