Sejarah Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional Indonesia

Rahmad Ardiansyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial Islam yang didirikan di yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal Zulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.

Organisasi ini adalah perjuangan pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Organisasi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, menertipkan wakaf dan mendirikan masjid-masjid serta menerbit buku-buku, brosur-brosur surat-surat kabar dan majalah-majalah.

Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan:

  1. Mengadakan dakwah Islam
  2. Memajukan pendidikan dan pengajaran
  3. Menghidupkan masyarakat tolong-menolong
  4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf
  5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang Islam yang berarti.
  6. Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
  7. Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.

Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendorong Lahirnya Muhammadiyah

  1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan meraja-lelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
  2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
  3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
  4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
  5. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat

Gerakan Muhammadiyah pada mulanya sama sekali menjauhkan bias dari komitmen politis-praktis. Inilah yang membuat gerakan ini tidak begitu banyak dicurigai oleh kalangan penguasa Belanda pada waktu itu, begitu pula kalangan elit dan kelas sosial menengah ke atas, merasa gerakan Muhammadiyah mempunyai tingkat penguasaan dan pengamalan praktis terhadap ajaran Islam.
Daerah operasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada tahun itu Budi Utomo mengadakan kongresnya di yogyakarta, ketika nama K.H.Ahmad Dahlan telah dapat mempesona kongres itu melalui tablig yang dilakukannya sehingga pengurus Muhammadiyah menerima permintaan dari berbagai tempat di Jawa untuk mendirikan cabang-cabangnya. Pada tahun 1920 bidang kegiatan muhammadiyah diluaskan meliputi seluruh pulau Jawa dan pada tahun 1921 seluruh Indonesia.

Sekitar tahun 1920, tahun perluasan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, manfaat dari persatuan dan dari organisasi pada umumnya telah diakui oleh sebagian besar kalangan muslim Indonesia. Dalam beberapa tempat kehadiran pedagang-pedagang Minangkabau yang merupakan hasil dari gerakan pembaharuan di Minangkabau sendiri, merupakan bantuan yang sangat berharga bagi Muhammadiyah. Jadi Nurul Islam di Pekalongan yang didirikan oleh para pedagang ini diubah menjadi sebuah cabang Muhammadiyah. Daerah Surabaya pun telah mengenal dan tertarik kepada pemikiran-pemikiran itu sebagai hasil usaha seorang pedagang bernama Pakih Hasyim, yang dikenal seagai ulama Padang. Ia adalah salah seorang murid dari Haji Abdul Karim Amrullah. Dalam kota Surabaya berdiri Muhammadiyah atas inisiatif ulama-ulama setempat, seperti Kyai Haji Mas Mansur yang kemudian menjadi ketua umum dari organisasi ini.

Dalam tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasin dan Amuntai, sedang pada tahun1929 pengaruhnya terbesar ke Aceh dan Makasasar. Mubalig-mubalig dikirim ke daerah-daerah tersebut dari Jawa atau dari Minangkabau untuk meyebarkan cita-cita Muhammadiyah.

Dalam hubungan ini cabang-cabang itu bukan hanya sebagai tempat berkumpul orang-orang yang mempunyai cita-cita yang sama namun juga sebagai cabang gerakan Muhammadiyah. Gagasan Dahlan yang dikembangkan lebih lanjut menurut konsep Muhammadiyah juga mengajarkan agar umat Islam bekerja keras membangun ekonomi. Sebab Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya-raya, namun tidak boleh boros dan kikir. Dengan memilki kekayaan, ia dapat menafkahkan hartanya untuk kepentingan agama dan sosial. Ini dibuktikan oleh Muhammadiyah dengan bnyak mengadakan kegiatan yang bersifat permanen, yaitu dengan mendirikan sekolah kursus-kursus yang teratur ataupun memelihara anak yatim piatu.

Kegiatan lain dalam bentuk kelembagaan yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah ialah :

  • PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) Yang begerak dalam usaha membantu orang-orang miskin, yatim piatu, korban bencana alam dan mendiriksn klinik-klinik kesehatan.
  • Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah, menitik beratkan perhatiannya pada kedudukan wanita sebagai ibu dan pendidik yang mempunyai tanggung jawab besar untuk kemajuan masyarakat melalui asuhan dan didikan anak dan mengkoordinir kegiatan remaja putri di dalam Nasyiatul Aisyiah
  • Hizbul Watan, berupa gerakan kepanduan Muhammadiyah yang di bentuk pada tahun 1918 oleh K.H.Ahmad Dahlan.
  • Majlis Tarjih, yang didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah di pekalonagan pada tahun 1927.

Dalam tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai 29 cabang-cabang denga 4.000 orang anggota, sedangkan kegiatan-kegiatannya yaitu:
·

  • Dalam bidang pendidikan meliputi
    Delapan Hollandss Inlandse School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 buah sekolah dasar lima tahun, sebuah snakeschool, 14 madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4.000 murid.
  • Dalam bidang sosial meliputi
    Dua buah klinik di Yogyakarta dan Surabaya dimana 12.000 pasien memperoleh pengobatan, sebuah rumah miskin dan dua buah rumah yatim piatu.Dalam tahun 1929 peserta-peserta dari kongres tahunannya berasal dari hampir semua pulau-pulau besar Indonesia (kecuali Kalimantan), kongres ini mencatat 19.000 anggota Muhammadiyah, sedangkan bagian publikasi dari Muhammadiyah telah menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Cabang organisasi ini di Solo telah membuka sebuah klinik mata dan di Malang sebuah klinik lain.

Perkembangan Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional Indonesia
Pada waktu Muhammadiyah didirikan, keadaan masyarakat Islam sangat menyedihkan, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun kultural akibat penjajahan Belanda di Indonesia. Dalam bidang agama, kehidupan beragama menurut tuntunan al-Quran dan as-Sunnah tidak berjalan karena adanya perbuatan syirik, bid’ah, kurafat, dan tahayul sehingga agama Islam berada dalam keadaan beku. Di bidang pendidikan, lembaga pendidikan Islam yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan dan kemajuan zaman, disebabkan sikap mengisolasi diri dari pengaruh luar serta adanya sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan panggilan zaman.

Muhammadiyah dalam perkembangan berikutnya dikenal luas oleh masyarakat maupun para peneliti dan penulis sebagai gerakan Islam pembaruan atau gerakan tajdid. Muhammadiyah karena memiliki watak pembaruan dikenal pula sebagai gerakan reformasi dan gerakan modernisme Islam, yang berkiprah dalam mewujudkan ajaran Islam senafas dengan semangat kemajuan dan kemoderenan saat itu. Selain itu Muhammadiyah dikenal juga sebagai gerakan dakwah yang bergerak dalam menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. dan tidak bergerak dalam lapangan politik. Sifat-sifat sosial dan pendidikan Muhammadiyah memanglah telah ada pada masa-masa ini.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah