Sejarah Pelabuhan Semarang pada masa kolonial Belanda sampai masa Republik

Rahmad Ardiansyah

sejarah pelabuhan semarang

Kota semarang disamping salah satu kota yang unik dan indah, juga disebut sebagai kota pelabuhan penting dipantai utara pulau jawa. Secara geografis Lokasi semarang sendiri terletak pada posisi 1100. 23’. 57’.79” BT dan lintang 60. 55’. 6” LS yang kini berpenduduk lebih kurang 2 juta jiwa.

Pada zaman dahulu semarang telah merupakan pelabuhan penting dapat dilihat dari catatan yang dibuat oleh seorang Portugis bernama Tome Pires kira-kira 1513, dikala waktu ia berlayar menyusuri pantai utara Pulau Jawa, waktu itu ada 3 tempat yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal pedagang antara lain mereka berlabuh di Losari, Tegal dan Semarang. Kira-kira 150 tahun kemudian ada pula catatan yang menerangkan pentingnya Semarang sebagai Pelabuhan. Disekitar tahun 1678 Cornelis Speelman mencatat ramainya pelabuhan Semarang yang melebihi pelabuhan Jepara yang berada disebelah Timur Semarang. Berabad-abad lalu hingga sekitar abad ke XVI dipantai utara pulau Jawa terdapat beberapa pangkalan-pangkalan dagang penting yang sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari mancanegara. Dan salah satunya yang teramai saat itu adalah pelabuhan Jepara. Namun dalam perkembangan selanjutnya ada banyak pedagang-pedagang dari Arab, Tiongkok, India yang singgah di tempat dekat Jepara yaitu Semarang, karena letak geografisnya yang ideal dan alami serta dataran yang subur dan indah.

Sangat ramainya pantai utara Pulau Jawa dikala itu oleh orang Belanda daerah tersebut disebut sebagai “java’s noord-oost kust”. Bahkan pendapatan pajak yang diperoleh dari Semarang di tahun 1677 melebihi yang diperoleh dari pelabuhan Jepara, yang pada akhirnya oleh penguasa Belanda ditahun 1708 semua pejabat-pejabat penting dan catatan-catatan yang berkaitan dengan perdagangan waktu itu dipindahkan ke Semarang. Maka terbuktilah bahwa dizaman dahulu Semarang sudah merupakan pelabuhan penting, terutama bagi jawa Tengah.

A. Sejarah Pelabuhan Semarang

Kalau kita berada di Pelabuhan Tanjung Emas maka kita akan menjumpai sebuah mercusuar yang dibuat oleh pemerintah Kolonial, Bangunan bersejarah yang hinggga kini masih kokoh berdiri dibangun sekitar tahun 1884 hal itu dapat diketahui dari inskripsi pembangunan berbahasa Belanda yang terdapat tepat diatas pintu masuk mercusuar.Dalam inskripsi tersebut tertulis bahwa pembangunan mercusuar ini atas prakarsa dari raja William II, penguasa Belanda saat negeri tersebut berada dibawah kekuasaan Perancis.

Bangunan berbentuk tugu setangkup. Menuju keatas bangunan terdapat tangga memutar dengan Sembilan buah bodes. Orientasi bangunan ini menghadap kearah laut jawa. Pondasi menggunakan batu dan struktur dengan bata, dinding dilapisi lempeng logamyang tahan karat. Atap berbentuk kubah kecil terbuat dari logam menaungi ruangan lampu mercusuar. Bangunan ini terletak pada tepi perairan tepatnya pada lekukan laut Jawa.

Tidak diketahui siapa yang merencanakannya. Namun ini tentu berkaitan erat dengan pengembangan pelabuhan sebagai pelabuhan ekspor hasil bumi terutama gula oleh pemerintah kolonial. Menjelang akhir abad ke-19, pulau jawa memang menjadi penghasil gula nomer 2 didunia setelah Kuba. Walaupun sudah ada penambahan fasilitas pelabuhan Nusantara, Pelabuhan Semarang masih terbatas untuk disandari kapal-kapal berukuran besar. Pada masa itu, yang bisa merapat/bersandar di Dermaga Nusantara maksimum kapal-kapal dengan draft = 5 m atau berukuran ± 3.500 Ton bobot mati (Dwt). Sedang kapal-kapal dengan draft > 5 m masih harus berlabuh di luar pelabuhan atau di lepas pantai yang jaraknya ± 3 mil dari dermaga. Karena itu dikenal sebagai Pelabuhan REDE
Gudang-gudang disempurnakan, demikian pula dengan pelabuhan agar dapat disingggahi kapal dagang yang lebih besar. Pemerintah Belanda mendirikan mercususar serupa dibeberapa tempat di pulau jawa pada waktu yg bersamaan. Saat ini, bangunan menjadi salah satu asset dari PT Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih berfungsi dengan baik sebagai petunjuk arah bagi kapal-kapal yang akan merapat.

Pelabuhan Semarang terus ramai, hingga Belanda terusir dari Indonesia pun Pelabuhan Semarang masih ramai, akan tetapi Pelabuhan Semarang tidak mengalami perkembangan secara signifikan sampai awal kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya wacana tersebut maka bisa diketahui bahwa dibawah kekuasaan Jepang, Pelabuhan Semarang tidak terlalu berkembang dan tak seramai saat dibawah pimpinan Belanda. Dan mulai berkembang serta mendapat perhatian lebih dari pemerintah yaitu ketika memasuki era Republik, dimana status Pelabuhan berada dibawah kepemimpinan pemerintah Indonesia.

B. Pelabuhan Semarang Pada Masa Kolonial

Masa Kolonial merupakan masa dimana pelabuhan Semarang mulai dibuat secara resmi oleh Belanda, dimana fungsi utamanya yaitu untuk proses perdagangan impor dan ekspor. Di bawah kekuasaan Belanda, Semarang berkembang pesat menjadi kota pusat perdagangan dan perindustrian dengan pelabuhan terbesar di Jawa. Tahun 1868, perusahaan dagang Belanda melakukan pengerukan lumpur.Lalu, dibuatlah kanal baru, bernama Nieuwe Havenkanaal, atau Kali Baroe, yang ada di kawasan Boom Lama.Pengerukan terus dilakukan hingga tahun 1872. Kanal ini ramai, perahu-perahu berlayar sampai ke kota, memuat dan menurunkan komoditas dagang, dan kanal inilah bibit pelabuhan Semarang modern.

Banyak kapal, baik dari dalam maupun luar nusantara, baik kapal uap maupun kapal layar, berlabuh di pelabuhan Semarang.Menurut catatan VOC, sepanjang tahun 1910, 985 kapal uap dan 38 kapal layar berlabuh di Semarang. Semuanya berasal dari berbagai Negara: Inggris, Hindia Belanda, Belanda, Denmark, Jerman, Jepang, Austria, Norwegia, Swedia, bahkan Perancis.Hal tersebut membuktikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dari Pelabuhan Semarang sangat signifikan pada masa Kolonial Belanda.

C. Pelabuhan Semarang Masa Pendudukan Jepang

Kedatangan Jepang pada tahun 1942 memberikan warna baru pada sistem percaturan di Indonesia, di wilayah Semarang sendiri kedudukan Jepang memberikan pengaruh yang penting setelah Belanda menyerah tanpa syarat pada tahun 1942, semua yang dahulunya dibawah kekuasaan Belanda, sekarang beralih dibawah komando pemerintahan Jepang. Termasuk didalamnya yaitu Pelabuhan Semarang.Sebuah Pelabuhan yang pada masa Kolonial Belanda memberikan banyak keuntungan bagi pemerintah kolonial Belanda maupun masyarakat Semarang.Pada masa Jepang terbentuklah pemerintahan daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang.Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang pribumi.

Pada masa pemerintahan ini Pelabuhan Semarang tidak mengalami perkembangan yang berarti, bisa dikatakan stagnan, mungkin karena pengaruh masa pendudukan Jepang yang hanya 3 tahun di Semarang, sehingga pemerintah Jepang tidak begitu antusias untuk melakukan pengembangan pada Pelabuhan Semarang, walaupun keberadaan Pelabuhan Semarang pada saat itu sangat vital dan menguntungkan bagi pihak yang berwenang menguasainya. Karena pelabuhan ini merupakan salah satu pintu gerbang untuk ekspor dan impor barang-barang dengan luar negeri.

D. Pelabuhan Semarang Pada Masa Republik

Masa republik merupakan masa dimana pintu gerbang kemerdekaan Indonesia telah terbuka, dan dari situlah maka semua asset yang dahulunya berada dibawah kekuasaan Belanda maupun Jepang beralih tangan ke Indonesia.Tidak ketinggalan pula Pelabuhan Semarang, karena obyek kajian kita memang Pelabuhan Semarang tersebut.Menurut catatan Belanda pada masa ini Pelabuhan Semarang mengalami pekembangan yang sangat signifikan, lebih berkembang dibandingkan pada masa Jepang.

Masyarakat sekitar Pelabuhan pun mendapat perhatian lebih pada masa ini, diberi pekerjaan yang layak dan dibayar sesuai dengan pekerjaannya.Dalam artian tidak ada pekerja paksa lagi yang bekerja tapi tidak dibayar.Hal seperti itu banyak ditemui ketika masih dibawah kepemimpinan Jepang.

Perkembangan Pelabuhan Pada Masa Kolonial Belanda Dan Pengaruh Aktifitas Pelabuhan Terhadap Masyarakat Setempat

1. Perkembangan Pelabuhan

Pelabuhan Tanjung Emas sudah ramai sejak jaman Mataram Kuno.Abad ke-7 pelabuhan ini sudah menjadi gerbang perdagangan dunia. Letaknya yang strategis, menjadi persinggahan pedagang india dan Champa. Secara geologis lokasi pelabuhan Mataram kuno memang kurang menguntungkan.Banyak pasir, lumpur terus mengendap. Akibatnya, sungai yang menghubungkan kota dengan pelabuhan tidak dapat dilayari. Daratan pasir terbentuk di muara sungai.Menghambat pelayaran.Hingga akhirnya abad ke-18, Belanda menguasai Semarang, Pragota sudah tidak berupa pantai dan pelabuhan.Karena pengendapan, bahkan disebutkan pelabuhan di Semarang berpindah tempat 7 kali.Tak diketahui dimana saja lokasinya.

Di bawah kekuasaan Belanda, Semarang berkembang pesat menjadi kota pusat perdagangan dan perindustrian dengan pelabuhan terbesar di Jawa. Tahun 1868, perusahaan dagang Belanda melakukan pengerukan lumpur.Lalu, dibuatlah kanal baru, bernama Nieuwe Havenkanaal, atau Kali Baroe, yang ada di kawasan Boom Lama.Pengerukan terus dilakukan hingga tahun 1872. Kanal ini ramai, perahu-perahu berlayar sampai ke kota, memuat dan menurunkan komoditas dagang, dan kanal inilah bibit pelabuhan Semarang modern.
Banyak kapal, baik dari dalam maupun luar nusantara, baik kapal uap maupun kapal layar, berlabuh di pelabuhan Semarang.Menurut catatan VOC, sepanjang tahun 1910, 985 kapal uap dan 38 kapal layar berlabuh di Semarang. Semuanya berasal dari berbagai Negara: Inggris, Hindia Belanda, Belanda, Denmark, Jerman, Jepang, Austria, Norwegia, Swedia, bahkan Perancis. Dari inskripsi yang berada di Mercusuar dapat juga kita tarik kesimpulan bahwa Pelabuhan Semarang dibangun secara resmi oleh Belanda pada tahun 1884, bisa dilihat pada tulisan yang ada di Mercusuar yang terdiri dari tulisan Belanda dan angka yang menunjukan tahun 1884.

2. Pengaruh Bidang Sosial

Dibuatnya pelabuhan Semarang oleh Belanda pada abad 19 membuat para pedagang asing berdatangan untuk melakukan transaksi ekspor dan impor.Hal tersebut secara tidak langsung memberikan pengaruh kepada masyarakat sekitar karena mereka harus bersosialisasi dengan dunia luar yang sudah pasti memiliki bahasa dan kebiasaan yang berbeda.Sejak zaman Belanda, Kota Pegunungan dan Kota Pantai memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Kota Pegunungan atau kawasan candi difungsikan sebagai pemukiman orang Belanda, sedangkan untuk Kota Pantai berperan sebagai kawasan perdagangan dan sebagai pemukinan orang-orang pribumi.

Pembagian wilayah ini menunjukan adanya perbedaan status sosial yang mencolok antara penduduk pribumi dengan bangsa asing atau Belanda. Kawasan Kota Pantai yang menjadi kawasan perdagangan dan pemukiman cenderung bersifat multikultural. Keberagaman antara suku Jawa, Cina dan Arab seakan melebur menjadi satu di kawasan Kota Pantai. Jadi bila dilihat dari bidang social maka masyarakat Semarang sekitar pelabuhan pada waktu Kolonial Belanda berintegrasi dengan orang-orang dari Cina dan Arab.Namun masyarakat sekitar Pelabuhan tidak sekelas dengan orang-orang Belanda sehingga ada stratifikasi sosial diantara kedua belah pihak, dimana Belanda menjadi Penguasa, sedangkan masyarakat menjadi bawahan dan sebagian menjadi buruh kasar di Pelabuhan.

3. Pengaruh Bidang Ekonomi

Sejak jatuhnya Semarang ke tangan Belandahingga masa kemerdekaan, Pelabuhan Semarang selalu menjadi tiang penyangga ekonomi ekspor-impor di wilayah Jawa Tengah khususnya Semarang.Kelemahan fasilitas dermaga yang hanya dapat` menampung kapal dengan ukuran maksimum 1300 ton, tidak menjadi masalah bagi pertumbuhan ekonomi Semarang.Keberadaan kuli tongkang seakan menjadi jawaban kesulitan bungkar-muat kapal yang berukuran lebih dari 1300 ton untuk menuju dermaga (Kasmadi, 1989: 16).

Kondisi Pelabuhan Semarang yang demikian, membuat kesadaran bahwa keberadaan buruh sangat penting dalam kegiatan bongkar muat.Keberadaan buruh ini sangat membantu bagi para pedagang pada saat itu, karena bisa membawa barang dagangan menuju kapal yang letak kapalnya jauh bersandar dari pelabuhan dikarenakan pada saat itu pelabuhan belum mampu untuk menampung kapal yang terlalu besar.Hal ini juga memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dengan menjadi buruh panggul yang berarti membuka lapangan pekerjaan bagi mereka.

4. Pengaruh Bidang Budaya

Keberadaan Pelabuhan dibawah Kolonial Belanda selama beberapa puluh tahun pastilah sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar Pelabuhan, baik itu dari segi kebiasaan maupun dalam kehidupan bermasyarakat, karena lamanya Belanda menguasai Pelabuhan sebagai salah satu pintu gerbang ekonomi dan di waktu yang lama itu pula masyarakat banyak yang dipekerjakan sebagai buruh. Secara tidak langsung pasti juga mempengaruhi budaya masyarakat seperti halnya bahasa, masyarakat pribumi walaupun tidak pernah belajar bahasa Belanda, tetapi karena terlalu lamanya mereka bekerja pada pihak Belanda akhirnya mereka juga paham bahasa Belanda.

Dalam bidang lain, masyarakat sekitar pelabuhan juga dikenal sebagai masyarakat yang keras, dan sampai sekarang masyarakat pesisir juga masih terkenal sebagai masyarakat yang keras. Hal itu juga salah satu pengaruh dari masa lalu para masyarakat yang bekerja sebagai buruh keras di pelabuhan Semarang, terutama pada masa Kolonial Belanda.

Perkembangan Pelabuhan Pada Masa Pendudukan Jepang Dan Pengaruh Aktifitas Pelabuhan Terhadap Masyarakat Setempat

1. Perkembangan Pelabuhan pada Masa Jepang

Pada era kependudukan Jepang yang begitu singkat di Nusantara tidak memberikan pengaruh yang berarti terutama di Pelabuhan dan transportasi laut.Pembangunan di pelabuhan tidak terjadi dan hanya mewarisi bangunan-bangunan yang telah ada sebelumnya sebagai basis pertahanan militer laut semasa Perang Pasifik.Salah satu keuntungan Jepang dalam pendudukan pelabuhan Semarang adalah nilai perdagangan yang tinggi sehingga menambah keuangan Jepang.

2. Pengaruh di Bidang Sosial

Dibidang sosial sendiri banyak hal sebagai akibat dari adanya Pelabuhan Semarang, salah satunya adalah masyarakat yang menjadi buruh panggul/buruh kasar pada masa pendudukan Jepang.Banyak dari mereka yang bekerja keras namun hanya di gaji dengan nominal kecil, bahkan tidak sedikit pula buruh yang tidak di gaji.Jadi bisa dikatakan bahwa praktik system romusha juga terjadi disekitar Pelabuhan Semarang kala itu.

3. Pengaruh di Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi beberapa keuntungan dari adanya Pelabuhan Semarang terhadap pendapatan daerah Semarang karena merupakan salah satu fasilitas transportasi yang digunakan untuk proses ekspor-import barang perdangan dan perindustrian di Jawa. Salah satu komoditas ekspor utama di pelabuhan Semarang adalah gula, hingga Jawa menjadi penghasil gula nomor 2 didunia setelah Kuba, kemajuan pesat ini terjadi pada saat kependudukan Belanda di Semarang, dan pada saat kependudan Jepang di Semarang sama seperti pada saat Belanda bahwa pelabuhan di Semarang juga memberikan keuntungan ekonomi namun tidak begitu signifikan bahkan bisa dikatakan stagnan. Untuk masyarakat disekitar pelabuhan Semarang sendiri malah lebih menerima dampak di sisi negatifnya, karena banyak dari mereka yang menjadi buruh, tetapi banyak pula yang hanya mendapat bayaran kecil bahkan tidak sedikit pula yang tidak dibayar.

Perkembangan Pelabuhan Pada Masa Republik Dan Pengaruh Aktifitas Pelabuhan Terhadap Masyarakat Setempat

1. Perkembangan Pelabuhan pada Masa Republik

Setelah kemerdekaan hngga tahun 1950 pengelolaan Pelabuhan dilaksanakan oleh Jawatan pelabuhan. Namun pemerintah mulai menata ulang pengelolaan Pelabuhan yang berdasarkan peraturan pemerintah nomer 55 tahun 1951 tentang peraturan perbaikan Pelabuhan, pimpinan Pelabuhan disebut penguasa Pelabuhan, yang bertanggung jawab langsung kepada menteri perhubungan. Sejak tahun 1960 pengelola pelabuhan umum di Indonesia dilaksanakan oleh BUMN. Namun dalam kurun waktu berjalan bentuknya telah beberapa kali mengalami perubahan yang disesuaikan dengan arah kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan PP nomor 1 tahun 1969 yang menyatakan fungsi regulator dan operator dalam satu institusi yang disebut badan pengusahaan pelabuhan.

Dalam meningkatkan peran pelabuhan pemerintah mengeluarkan PP nomor 11 tahun 1983 tentang pembinaan kepelabuhan dan PP nomor 14-17 tahun 1983 tentang perusahaan umum pelabuhan I-IV. Hingga awal tahun 1980 pemerintah dalam hal ini ditjen perhubungan laut melakukan study pengembangan angkutan laut dan kepelabuhan dengan pendekatan pembentukan kebijakan four gateway policy sebagai main-port yaitu Belawan Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Makasar. Hal ini sesuai dengan keputusan international Shipping Conference.Pada tahun 1991 Perusahaan umum pelabuhan III ditingkatkan menjadi PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) berdasarkan PP nomor 58 tahun 1991.Dan secara administrative pelabuhan ttanjung emas berada dibawah PT pelabuhan Indonesia III (PERSERO) yang berpusat di Surabaya.

Akan tetapi secara umum Pelabuhan Semarang (sekarang: Pelabuhan Tanjung Emas) mengalami perkembangan yang lumayan signifikan setelah Jepang pergi dari Semarang, karena pada saat Jepang masih di Semarang, Pelabuhan tersebut tidak mengalami perkembangan sama sekali, apalagi dalam bidang bangunan. Tidak ada sumber yang mengatakan bahwa pada masa Jepang pelabuhan semarang berkembang pesat sebagai suatu pintu gerbang ekonomi di pulau Jawa, khususnya Semarang.

2. Pengaruh Bidang Sosial

Kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang di mulai sejak pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB.Di pelabuhan para buruh mulai melakukan persiapan kerja dengan melengkapi peraturan keselamatan kerja seperti, helem kerja, sepatu, dan kaos tangan. Hiruk pikuk para buruh yang berperan sebagai motor penggerak kegiatan ekonomi Kota Semarang sudah siap sejak pagi itu. Di pelabuhan ketepatan, kedisiplinan dan etos kerja menjadi barang berkualitas yang dijadikan daya tawarnya.Buruh pelabuhan sangat berhati-hati dan selalu mencoba mengikuti perkembangan modernisasi mesin-mesin di pelabuhan.Hal ini ditandai dengan kemampuan setiap buruh yang mampu mengoprasionalkan alat-alat berat dan berbagai keahlian dalam menjaga kerapian barang bongkar Kebijakan yang selalu menjadi peraturan tetap, telah memiliki makna tertentu bagi setiap buruh yang mengabdikan dirinya pada pelabuhan.
Kebijakan yang sama dengan makna yang berbeda akan membentuk struktur yang berbeda pula. Demikian juga dengan tatanan dan makna ruang pada kondisi lapangan para pekerja yang terbentuk di Pelabuhan Semarang. Jika dilihat lebih dalam, terkaitdengan keberadaan Koperasi TKBM (1989) dan SBT (1986) selama kurun waktu Orde Baru, maka struktur tersebut lebih mengarah pada struktur kewajiban atau syarat sebagai perusahaan untuk memiliki serikat buruh. Lebih dari itu, bisa di cermati buruh hanya mengarah pada sikap yang patuh dan taat, artinya serikat buruh masa Orde Baru lebih terlihat vakum dan kurang efektif.Sementara sejak di bina Koperasi TKBM organisasi yang sekarang SPMI (2009) lebih aktif menjalankan fungsinya dalam mensejahterakan anggotannya.

3. Pengaruh bidang Ekonomi

Kondisi ekonomi buruh sejak masa Orde Baru hingga reformasi kenaikan upah terhitung sangat lambat.Kebijakan pengupahan buruh di bawah Orde Baru dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, memang sangat lambat. Selama periode 1985-1992 UMR tidak pernah beranjak dari angka Rp 2.000, dan baru dalam empat tahun terakhir 1992-1996 nilai UMR bisa naik sampai rata-rata 98,8 %, mencapai Rp 4.073. Peningkatan ini dilakukan sebagai tolok ukur atas dasar asumsi perubahan kebutuhan fisik menjadi kebutuhan minimum.Sementara itu, sejak reformasi 1998 kebijakan pengupahan buruh pelabuhan telah menunjukkan perbaikan oleh pemerintah.

Berdasarkan kesepakatan bersama antara DPC PELRA (Pelabuhan Rakyat) dengan Koperasi TKBM No.C-1/02/1999 dan No.002/Kop-TKBM/I/1999, tentang penyesuaian tarif bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang yang menghasilkan penyesuaian upah harian sebesar Rp 8.700 untuk buruh dan Rp 11.310 untuk kepala regu kerja atau mandor. Sementara untuk upah lembur, maka akan diberikan tambahan bila kerja dari jam 18.00-22.00 sebesar 2.000, jam 22.00-22, 24.00 sebesar Rp 1.500, dan jam 24.00-06.00 sebesar Rp 4.000 (Kesepakatan DPC APBMI dengan Koperasi TKBM 1998).

Sumber :
Kumolo, Tjahjo dan Harry Afandi. 1992. Semarang kota tercinta. Semarang: Citra Almamater dan Pemda Tingkat II Kodia Semarang.
Muspriyanto, Edy, dkk. 2007. meretas masa “semarang tempo doeloe” .Semarang: Terang publishing
Tio, Jongkie. kota semarang dalam kenangan. Semarang
Firma Sahrul. 2013. http://www.wisatapanorama.com/pelabuhan-tanjung-emas-pelabuhan-sejak-mataram-kuno.html di akses pada tanggal 15 juni 2014
Maskur. 2003. http://eprints.undip.ac.id/5529/1/maskur98.pdf diakses pada 15 Juni 2014
Protes Buruh di Pelabuhan Tanjung Emas, Suara Merdeka, 1 Mei 1996.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah