Sejarah Desa Ampel Denta
Desa Ampel Denta dulunya bernama Desa Denta. Desa Denta merupakan salah satu desa yang berada di tepi Kali Mas dan Sungai Pegirian. Kedua sungai tersebut merupakan sungai kuno, dan salah satu pintu masuk ke pelabuhan Ujunggaluh. Pelabuhan Ujunggaluh merupakan pintu masuk ke ibu kota Majapahit di Trowulan.
Desa Denta merupakan desa yang strategis karena secara geologi letaknya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Sehingga di daerah tersebut jauh sebelumnya telah ada masyarakat yang menetap. Masyarakat tersebut kemungkinan besar merupakan masyarakat multietnis dan telah ada masyarakat Arab dan Cina.
Ada dua versi mengenai nama Ampel. Versi pertama, nama Ampel itu sendiri mempunyai dua arti. Pertama, Ampel itu berasal dari kata Ngampil, yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah hadiah. Hal ini berkaitan dengan tradisi lisan bahwa kawasan ini merupakan hadiah dari raja Majapahit yang terkahir, Brawijaya V. Kedua, dikatakan dulu daerah di sekitar Ampel itu adalah rawa-rawa. Sehingga setiap orang yang datang kesini harus ngampil rakit atau perahu. Dan baru sekitar tahun 1400-an Sunan Ampel datang ke kawasan ini; yang menurut Van Vaber dalam bukunya Oout Soerabaja, Sunan Ampel membawa 1000-3000 kepala keluarga.
Namun arti kata ngampil yang kedua bisa dikatakan tidak tepat karena daerah Ampel Denta merupakan daerah yang memiliki stuktur tanah yang lebih tinggi dari pada daerah di sekitanya. Hal ini dapat dibuktikan pada saat ini jika daerah sekitar Ampel Denta mengalami banjir, maka daerah Ampel Denta tidak.
Keadaan Masyarakat desa Denta sebelum Kedatang Sunan Ampel
Prabu Sri Kertawijaya tak kuasa memendam gundah. Raja Majapahit itu risau memikirkan pekerti warganya yang bubrah tanpa arah. Sepeninggal Prabu Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada, kejayaan Majapahit tinggal cerita pahit. Perang saudara berkecamuk di mana-mana. Panggung judi, main perempuan, dan mabuk-mabukan menjadi “kesibukan” harian kaum bnagsawan maupun rakyat kebanyakan. Uga Melihat beban suaminya yang berat, Ratu Darawati merasa wajib urun rembug. “ Saya punya keponakan yang ahli mendidik kemerosotan budi pekerti.” Kata permaisuri yang putrid Raja Campa. “Namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putra Kakanda Dewi Candrawulan,” Drawati menambahkan. Tanpa berpikir panjang, Kertawijaya mengirim utusan, menjemput Ali Rahmatullah ke Campa.
Dalam lawatannya ke Jawa, Rahmatullah didampingi ayahnya, kakaknya (Sayyid Ali Murtadho), dan sahabatnya (Abu Hurairah). Rombongan mendarat di kota Bandar Tuban tempat mereka berdakwah beberapa lama, samapai Syekh Asmarakan wafat, makamnya kini masih terpelihara di Desa Gesikharjo, Palang, Tuban. Sisa rombongan melanjutkan perjalanan ke Troluwan, ibukota Majapahit, menghadap Kertawijaya. Di sana, Rahmatullah yang menyanggupi permintaan raja untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula Majapahit. Kemudian beliau dipinjami wilayah Ampel Denta untuk menyebarkan agama islam.
Sebelum bernama Ampel Denta, daerah ini bernama Denta yang diambil dari kata Dento atau Gong, yaitu alat yang sering digunakan sebagai sarana untuk mengumpulkan masyarakat sekitar. Sedangkan Ampel sendiri berasal dari kata Ampel atau ngampel yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti yaitu meminjam. Peristiwa ini berkaitan dengan permohonan Sunan Ampel kepada Raja Brawijaya V untuk meminjam desa Denta tersebut yang pada waktu itu masuk kedalam kekuasaan kerajaan Majapahit.
Penyebaran agama islam berawal dari kegiatan napak tilas yang dilakukan Sunan Ampel dari desa Kembang Kuning ke desa Denta yang kemudian dilanjutkan dengan permohonan meminjam daerah kepada mertuanya yaitu raja Brawijaya V.
Awalnya keadaan sosial masyarakat sebelum datangnya Sunan Ampel yaitu adanya keterbelakangan mental atau moral. Dengan memenuhi undangan dari bibinya, Raden Rahmat atau Sunan Ampel datang ke Jawa untuk memperbaiki moral masyarakat di Jawa. Salah satu ajarannya yang terkenal yaitu Moh Limo, yang meliputi Moh Madon, Minum, Maling, Madat dan Main. Menurut K.H Zeid Mohamad A. Khan. Keturunan ke 14 dari Sunan Ampel mengatakan bahwa ajaran dari Sunan Ampel yang lain adalah membangun Budi Pekerti yang luhur.
Menurut Mbah Mustajab (seorang penjaga makam yang tidak berkenan di sebut nama lengkapnya) bahwa didaerah itu tidak ada suatu budaya yang sangat identik dari Ampel Denta itu sendiri. Sedangkan menurut K.H Zeid Mohamad A. Khan bentuk akulturasi kebudayaan di Ampel Denta yaitu slametan yang awalnya hanya sebagai sarana makan-makan diubah menjadi tempat silaturahmi dan sarana penyebaran agama dengan cara mengundang masyarakat lintas agama untuk menghadiri slametan tersebut. Hal tersebut ditujukan agar tercipta toleransi antar umat disamping tujuan tdak langsung yaitu mengajak kaum non muslim untuk masuk islam.
Untuk system kekuasaan atau pemerintahan politiknya sendiri dijalankan oleh Sunan Ampel di Ampel Denta yaitu menggunakan system pesantren, dimana seorang kyai atau orang yang mempunyai ilmu tertinggi dan dituakan menjadi pemimpin tertinggi (Sunan Ampel) sebagai penentu ide dan teknis serta santri yang selain sebagai penimba ilmu juga sebagai pelaksana teknis yang telah direncanakan.
Setelah datangnya Sunan Ampel keadaan masyarakatnya berangsur-angsur membaik. Kedatangannya diterima dengan baik oleh masyarakat. Menurut K.H Zeid Mohamad A. Khan, hal tersebut dapat terjadi karena cara berdakwah sunan ampelyang snagat halus dan jauh dari pemaksaan. Sunan Ampel juga turut ikut sabung ayam sebagai sarana mendekati masyarakat. Karena halusnya dakwah yang dilakukan, terkadang sampai-sampai orang tersebut tidak sadar dirinya sudah masuk islam.
Pengaruh dalam bidang sosial
Dalam data statistik resmi yang ada dalam kelurahan Desa Ampel, Desa ini memiliki luas wilayah 38 Hektare yang terbagi dalam 17 RW dan memiliki jumlah penduduk 21.910 jiwa, dengan rician, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 10871 (10.860 WNI dan 11 WNA) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 11.039 jiwa (11.034 WNI dan 5 WNA).
Kondisi sosial yang menarik pada Desa Ampel yaitu bercampurnya berbagai bangsa dalam satu kawasan. Hal ini bisa kita perhatikan dari sekeliling makam Sunan Ampel, dimana sebelah Selatan banyak dihuni oleh bangsa Arab, sebelah Barat Daya banyak dihuni oleh bangsa Tiongkok, sebelah Barat dihuni oleh orang Madura dan sisanya dihuni oleh penduduk asli Desa Ampel dan campuran.
Keturunan bangsa Arab, banyak yang tinggal di RW 1, 2, 3, dan 4. Mereka hidup menetap dan membangun sebuah kawasan yang sangat kental dengan kondisi bangsa Arab pada umumnya. Selain itu juga keturunan masih dikelompokkan menjadi dua, yaitu kaum Baalwi dan kaum Syekh.
Dari dua kaum ini memiliki tradisi masing-masing yang berbeda. Untuk kaum Baalwi sendiri, mereka masih memegang teguh tradisi yang diturunkan dari dahulu, contohnya adalah kaum Baalwi tidak boleh menikah dengan keturunan orang pribumi mereka harus menikah dengan orang keturunan Arab, apabila hal tersebut dilanggar maka ia akan dibuang atau dikelurkkan dan tidak dianggap oleh keluarga besarnya. Kaum ini mempunyai banyak nama marga misalnya ada Al Segaf, Al atlas dan Alkhatiri. Sedangkan untuk kaum yang biasa disebut dengan kau Syekh ini tidak mempunyai pantangan dalam hal pernikahan. Mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar sangat membuka diri. Kaum Syekh ini bisa menikah dengan kaum pribumi tanpa harus dikelurkan dari keluarga besarnya.
Selain itu, keturunan bangsa Tiongkok yang tinggal dikawasan makam Sunan Ampel memilik corak kehidupan sosial tersendiri, mereka banyak yang membuat rumah agak tertutup dengan ukuran yang sangat besar yang digunakan untuk berjualan berbagai barang-barang antik dari Tiongkok. Sementara itu, penduduk asli dalam kehidupan sosial bersikap terbuka dengan adanya para pendatang dari Indonesia meupun dari luar Indonesia. Dari kehidupan sosial yang ada di kawasan makam Sunan Ampel, yang perlu kita jadikan tauladan yaitu harmonisasi berbagai suku bangsa yang hidup berdampingan.
Pengaruh dalam bidang ekonomi
Pada masa Sunan Ampel, wilayah Ampel Denta merupakan wilayah yang sangat strategis untuk jalur pedagangan. Hal ini dikarenakan wilayah Ampel di apit oleh dua sungai besar yaitu Sungai Kalimas dan Sungai Bedirian yang berada di sebelah Timur dan Barat kawasan Ampel. Dari dua sungai besar ini lah maka daerah Ampel sering dilewati jalur perdagangan termasuk pedangan dari bangsa Arab. Sementara itu kondisi geografis di Ampel Denta sangat sulit untuk dilakukan kegiatan pertanian, akibatnya kegiatan ekonomi banyak ditompang dari sektor perdagangan.
Pada masa Sunan Ampel masih hidup, banyak pedagang dari dalam dan luar negeri yang melakukan kegiatan perdagangan di kawasan Apel Denta, seperti Pedagang dari Madura, Arab, dan Cina.
Dimasa sekarang, kegiatan perdagangan masih dilakukan bahkan semakin berkembang. Para pedagang berjualan disepanjang jalan menuju makam dari Sunan Ampel.
Ada karakteristik tersendiri dalam kegiatan perdagangan dikawasan makam Sunan Ampel, yaitu adanya perbedaan antara orang keturunan Arab dan orang keturunan Jawa-Madura. Kebanyakan para pedangan keturunan Arab dalam berjualan menempati sebuah toko yang didalamnya menjual berbagai barang-barang mewah yang berasal dari Arab. Selain itu juga orang Arab yang berjualan merupakan tamatan sarjana dan memiliki anak karyawan dari penduduk sekitar. Sedangkan, para pedagang Jawa-Madura dalam berjualan menempati sebuah tenda-tenda sederhana serta menjual bebagai pernak-pernik atau hasil kerajinan dari masyarakat lokal sekitar.
Para Peziarah di Makam Sunan Ampel
Para Peziarah yang datang kekawasan makam Sunan Ampel, sebagian besar adalah masyarakat lokal yang biasanya juga berziarah di Makam Sunan-Sunan lain yang berada di Jawa Timur, selain itu juga ada yang datag dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Madura, dari luar pulau Jawa, bahkan orang-orang dari luar negeri yang akanan melakukan penelitian.
Menurut penjelasan dari para narasumber, daya tarik tersendiri dari makam Sunan Ampel adalah tempatnya yang nyaman, tenang, tertata dan bebas dari pengemis. Selain itu juga Makam Sunan Ampel selalu ramai di hari Kamis malam Jum’at Legi, Bulan Sya’ban, malam-malam ganjil di bulan Puasa. Terdapat juga hal-hal unik yang dilakukan para peziarah selain berdoa yaitu berbelanja kurma setiap datang berkunjung ke Makam Sunan Ampel.