Sejarah Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel)

Rahmad Ardiansyah

A. Latar Belakang Adanya Tanam Paksa

Cultuurstelsel atau tanam paksa merupakan kebijakan Belanda dengan mempekerjakan pribumi untuk menanam tanaman tertentu secara paksa. Kebijakan ini sangat merugikan pribumi sebagai orang yang melakukan. Tanpa gaji dan tanpa istirahat, orang – orang pribumi banyak yang meninggal dikarenakan kebijakan ini. Kebijakan ini diberlakukan karena adanya faktor yang mempengaruhi yaitu adanya tekanan dari pemerintah negara Belanda untuk memaksimalkan jumlah pendapatan Belanda dan besarnya pengeluaran Belanda untuk melakukan penumpasan – penumpasan pemberontakan di berbagai wilayah Belanda. Selain itu Negara Belanda juga sedang mengalami peperangan dan sumber pemasukan Belanda adalah dari kas – kas tangsi Belanda seperti Belanda yang ada di Indonesia. Oleh karena itu diangkatlah Johanes van den Bosch untuk memaksimalkan pendapatan Belanda. Dana yang didapatkan akan digunakan untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar hutang dan membiayai perang. Dengan adanya tugas dari Belanda tersebut, van den Bosch melakukan kebijakan dengan meningkatkan produksi tanaman – tanaman ekspor seperti rempah – rempah. Kemudian van den Bosch melakukan kebijakan tanam paksa dengan komoditas yang laku di pasaran dunia secara paksa kepada pribumi Indonesia. Tanam paksa ini diberlakukan setelah van den Bosch tiba di Indonesia pada 1830. Selain itu van den bosch juga memberlakukan program sebagai berikut :
  1. Penghapusan sewa tanah karena pemasukannya sedikit dan pelaksanaannya sulit.
  2. Pemberlakuaan tanaman wajib dengan jenis tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah
  3. Pajak tanah diganti dengan penyerahan hasil tanaman kepada Belanda

B. Aturan Tanam Paksa

Sistem tanam paksa pada dasarnya adalah gabungan dari sistem tanam wajib yang diberlakukan VOC dan pajak tanah yang diberlakukan Raffles. Sistem tanam paksa tersebut memiiki ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

  1. Pribumi yang mempunyai tanah diwajibkan menanam seperlima dari tanahnya untuk ditanami tanaman wajib yang laku di pasaran
  2. Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada Belanda. Apabila hasil dari tanaman tersebut melebihi pajak yang ditentukan maka kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada petani
  3. Waktu penanaman tidak boleh melebihi waktu penanaman padi
  4. Kegagalan panen sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah
  5. Wajib tanam dapat diganti dengan tenaga kepada Belanda dengan mempekrjakan selama 66 hari
  6. Pengawasan tanam paksa sepenuhnya di awasi oleh kepala – kepala pribumi sedangkan pemerintah Belanda pengawasan secara umum

C. Pelaksanaan Tanam Paksa

Melihat aturan tanam paksa memang tidak terlalu memberatkan, namun kenyataan di lapangan aturan tersebut sangat bersebrangan, menekan dan memberatkan rakyat. Adanya Cultuur procenten atau hadiah bagi para kepala daerah yang menyerahkan hasil bumi pribumi tepat waktu maka akan diberi hadiah semakin memberatkan rakyat. Dengan adanya Cultuur Procent ini para penguasa pribumi berlomba meningkatkan setoran untuk mendapatkan hadiah lebih banyak dari Belanda, akibatnya muncul penyelewangan – penyelewengan, antara lain :

  1. Pembagian tanah yang diwajibkan untuk ditanami yang semula seperlima dari tanah bertambah menjadi sepertiga bahkan seperdua, adapula yang seluruhnya karena tanahnya subur
  2. Kegagalan panen dibebankan pada petani
  3. Tenaga kerja yang seharusnya dibayar oleh pemerintah ada kenyataannya tidak dibayar
  4. Waktu penanaman yang dibutuhkan melebihi waktu penanaman padi
  5. Kelebihan hasil yang seharusnya diserahkan ke petani ternyata tidak dikembalikan
  6. Pekerjaan yang diberikan Belanda ternyata lebih berat

D. Akibat yang ditimbulkan oleh Tanam Paksa

Tanam paksa yang pada pelaksanaannya menyimpang dari aturan menimbulkan akibat – akibat sebagai berikut :

  1. Bagi Indonesia Terutama Jawa
    • Banyak sawah dan ladang terbengkalai karena petani yang tidak mampu mengolah tanamannya karena kurangnya modal dengan adanya sistem pajak dan tanam paksa serta menurunnya penghasilan secara drastis
    • Tanam paksa semakin memberatkan rakyat dengan aturan – aturan yang ditetapkan Belanda
    • Tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan
    • Kemiskinan semakin meluas
    • Meningkatnya kematian secara drastis karena kelaparan dan wabah penyakit
  2. Bagi Belanda
    • Keuntungan dan kemakkmuran bagi Belanda
    • Hutang yang sebelumnya membebani sedikit demi sedikit terlunasi
    • Pemasukan yang melebihi anggaran belanja
    • Terpenuhinya kas negrei Belanda
    • Berkembangnya perdagangan Belanda di Indonesia

E. Akhir Tanam Paksa

Adanya protes – protes mengenai adanya tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda membuat pemerintah negeri Belada berangsur – angsur menghapus sistem tanam paksa. Protes – protes tersebut diantaranya adalah berikut :

  • Golongan Pengusaha
    Golongan ini menganggap bahwa tanam paksa menyalahi ekonomi liberal dan menghendaki adanya kebebasan bagi para pribumi
  • Baron van Hoevel
    Baron van Hoevel melihat adanya penderitaan di Indonesia yang diakibatkan adanya tanam paksa, oleh karna itu ia mengecam pelaksanaan tanam paksa. Setelah kembali ke Belanda dan terpilih sebagai anggota parlemen, ia semakin gigih memperjuangkan tuntutannya terhadap penghapusan tanam paksa.
  • Eduard Douwes Dekker
    Ia walaupun seorang Belanda namun ia cinta terhadap penduduk Indonesia khususnya setelah melihat penderitaan setelah pemberlakuan tanam paksa. Dengan nama samarannya yaitu Multatuli, ia menulis buku Max Havelaar yang menggambarkan penderitaan pribumi akibat adanya tanam paksa.

Akibat protes – protes ini pemerintah belanda  berangsur – angsur menghapus sistem tanam paksa.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah