Sejarah Singkat Candi Asu Sengi

Rahmad Ardiansyah

Magelang merupakan surga bagi mereka yang mencintai benda – benda peninggalan Hindu maupun Budha. Magelang dijuluki bhumi seribu candi karena keberadaan candi yang sangat banyak di daerah sekitar Magelang terutama candi peninggalan dari Mataram kuno, baik dari Wangsa Sanjaya maupun Wangsa Syailendra. Selain Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut, di Magelang juga terdapat Candi yang bernama Candi Asu Sengi. 

Candi Asu berlokasi di Lereng sebelah barat Gunung merapi tepatnya berada di tepian Sungai Tlingsing Pabelan, Dusun Candi Ps, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang dengan koordinat 7°32′00″LS 110°21′00″BT atau berjarak sekitar 25 Km dari Candi Borobudur ke timur laut. Candi Asu merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno dari trah Sanjaya (Mataram Hindu). Candi Asu berada tidak jauh dari jalur SBB atau Jalur Solo Selo Borobudur yang menjadi alternatif Magelang ke Solo melalui Taman Nasional Gunung Merapi.

Nama Candi Asu Sengi sendiri diambil dari penamaan masyarakat sekitar ketika candi ini pertama kali ditemukan. Nama asli dari candi ini belum diketahui kepastiannya. Nama Asu dalam Candi Asu Sengi diberikan karena pada awal penemuan candi ini terdapat sebuah patung Lembu Nandhi yang telah rusak dan lebih menyerupai asu atau anjing dalam bahasa Jawa, sedangkan kata sengi diambil dari nama desa dimana candi ini ditemukan. Sehingga masyarakat sekitar menyebut candi ini dengan nama Candi Asu Sengi.

Terdapat tiga prasasti yang ditemukan di Candi Asu Sengi yaitu prasasti Sri Manggala II, Kurambitan I, dan Kurambitan II,. Dari ketiga prasati tersebut diperkirakan bahwa Candi Asu dibangun pada tahun 869 M saat Rakai Kayuwangi pada masa pemerintahan Wangsa Sanjaya berkuasa. Selain itu juga disebutkan bahwa candi ini merupakan tempat pemujaan, baik pemujaan terhadap dewa maupun arwah leluhur raja – raja yang telah meninggal. Selain itu juga terdapat relief kinara-kinari (burung) seperti yang ada di candi – candi lain seperti Candi Plaosan, Ratu Boko dan Candi Ijo.

Candi Asu berbentuk bujur sangkar yaitu 7,94 meter kali 7,94 meter sedangkan tinggi candi adalah 2,5 meter dan tinggi tubuh candi adalah 3,35 meter dan menghadap barat. Candi Asu adalah candi sepotong karena tidak ditemukan bagian atap. Diperkirakan atap dari candi ini adalah kubah karena ditemukan banyaknya reruntuhan yang menggambarkan sebuah kubah pada sekitar candi dan sumur. Pada bagian dalam candi terdapat sebuah sumur yang memiliki kedalaman hingga 3 meter dan berbentuk bujursangkar dengan ukuran 1,3 meter kali 1,3 meter.

Di dekat Candi Asu juga terdapat dua candi peninggalan Mataram Kuno Wangsa Sanjaya, yaitu Candi Pendem dan Candi Lumbung. Penamaan Candi Pendem karena keberadaan candi ini dibawah permukaan tanah sedangkan Candi Lumbung dahulu adalah tempat untuk menyimpan padi pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Diperkirakan candi ini digunakan untuk menyimpan lumbung padi untuk keperluan pemujaan.

Hiasan di Candi Asu
Penamaan Candi Asu didasarkan pada adanya arca yang mirip dengan asu atau anjing. Yang tersisa di candi ini adalah yoni yang polos. Konon lubang yoni yang biasanya dipasangkan lingga selalu terisi air dan tak pernah habis. Lalu ada hiasan kala yang mirip dengan corak megalitik padahal kala ini lebih muda dan diperkirakan berasal dari era akhir Majapahit.

Benda – Benda di Candi Asu

 

 

 

 

 

 

Peta Candi Asu Sengi

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah