Sejarah Singkat Candi Prambanan

Rahmad Ardiansyah

Sejarah Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia yang terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Uniknya, pintu gerbang dari candi ini terletak di provinsi yang berbeda yakni Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Lokasi dari candi ini tak jauh dari jalan raya, hanya sekitar 100 meter dari jalan raya Solo – Yogya. Candi Prambanan belum diketahui secara pasti kapan dibangunnya, sebagian ahli menduga bahwa Candi Prambanan dibangun pada pertengahan abad ke – 9 oleh Wangsa Sanjaya tepatnya pada pemerintahan Raja Bitung Maha Sambu. Hal ini diceritakan oleh Prasasti Syiwargha yang ditemukan di sekitar Candi Prambanan yang sekarang tersimpan di Taman Nasional di Jakarta. Prasasti ini menerangkan pembangunan Candi Prambanan adalah tahun 788 Saka atau 856 Masehi dan ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
Proses pemugaran candi memakan waktu yang panjang seiring waktu ditemukan candi – candi di sekitar bangunan utama Candi Prambanan. Bangunan terbesar yaitu Candi Syiwa dilaporkan oleh C.A. Lons pada tahun 1733 dan kemudian dilakukan penggalian dan pencatatatan oleh Groneman dan selanjutnya diselesaikan pada tahun 1885. Upaya tersebut meliputi pembersihan semak belukar dan mengelompokkan batu – batu reruntuhan candi. Pada tahun 1902 van Erp melanjutkan upaya pengelompokan batu – batu Candi Prambanan lebih rinci. Pada tahun 1918 dilakukan kembali pemugaran oleh Dinas Purbakala Belanda (Oudheikundige Dienst) dengan merekonstruksi bangunan Candi Syiwa dibawah pimpinan P.J. Perquin.

Pada  tahun 1931, usaha yang dilakukan Perquin dilanjutkan oleh De Haan dengan menyempurnakan Candi Syiwa dan kemudian memulai pembangunan Candi Apit. De Haan Meninggal pada tahun 1931 dan tugasnya digantikan oleh V.R. van Romondt. Candi Apit dirampungkan pada tahun 1932. Ketika Jepang mengambil alih wilayah Indonesia, upaya pemugaran Candi Prambanan terpaksa dihentikan. Setelah terjadinya perpindahan kekuasaan serta konflik berkepanjangan di wilayah Indonesia baru pada tahun 1953 proses pemugaran Candi Syiwa dan Candi Apit dinyatakan selesai. Sampai saat inipun pemugaran Candi Prambanan masih dilakukan secara bertahap.

Denah Candi Prambanan

Struktur Candi Prambanan

Komplek Candi Prambanan terbagi menjadi tiga tempat yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan, Njeron (pelataran dalam). Pelataran luar memiliki luas 390 m2 dikelilingi batu reruntuhan candi dan merupakan tanah kosong yang belum diketahui apakah dahulu tempat berdirinya candi atau tidak. Pelataran tengah berbentuk persegi panjang dengan luas 222 m2. Dahulu pelataran tengah juga dikelilingi reruntuhan candi. Pelataran tengah memiliki empat teras berundak dengan masing – masing undak memiliki candi – candi sendiri.

Pada teras pertama terdapat 68 candi kecil yang mengelilingi, terbagi menjadi empat baris. Pada teras kedua terdapat 60 candi, teras ke tiga ada 52 candi dan terakhir teras ke empat terdapat 44 candi. Candi di pelataran tengah memiliki ukuran yang sama yaitu dengan luas denah dasar berukuran 6 m2 dan tinggi 14 m. Candi yang berada di pelataran tengah hampir semuanya dalam keadaan hancur dan yang tersisa hanya reruntuhan candi saja. Pelataran dalam merupakan tempat yang dianggap sebagai yang paing suci dengan ukuran 110 m2 serta tinggi 1,5 m dari permukaan teras teratas. Jalan menuju pelataran dalam terdapat gerbang paduraksa dan saat ini hanya bagian selatan yang masih utuh. Di depan masing – masing gerbang terdapat candi kecil berukuran seluas 1,5 m2 dan tinggi 4m.

Pada pelataran dalam, terdapat dua candi yang membujur dari utara ke selatan sedangkan bagian barat terdapat 3 candi yang menghadap ke timur. Candi yang terletak di utara bernama Candi Wisnu, di tengah Candi Syiwa dan di selatan Candi Brahma. Pada bagian timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap barat yang diberi nama Candi Wahana (Wahana = kendaraan).

Candi – candi di pelataran dalam

Candi Wisnu berhadapan dengan Candi Garuda, Candi Syiwa berhadapan dengan Candi Nandi (lembu) sedangkan Candi Brahma berhadapan dengan Candi Angsa. Candi Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi memiliki bentuk serta ukuran yang sama. Pada bagian ujung utara dan selatan lorong terdapat candi – candi kecil yang berhadap – hadapan yang disebut Candi Apit.

Candi Syiwa

Ketika ditemukannya Candi Syiwa, candi ini dalam kondisi rusak berat. Pemugaran Candi Syiwa memakan waktu yang cukup lama dari tahun 1918 hingga tahun 1953. Penamaan Syiwa pada candi ini dikarenakan di dalam candi terdapat arca syiwa. Selain nama syiwa juga disebut Candi Rorojongrang karena didalam candi terdapat Arca Durga Mahisasuramardani atau disebut juga Roro Jongrang. Tubuh candi ditopang oleh batur setinggi 2,5 m. Candi Syiwa merupakan candi terbesar di komplek Candi Prambanan berbentuk bujur sangkar seluas 34 m2 dan memiliki tinggi 47 m.

Terdapat relief di didnding kaki candi dengan dua macam hiasan. Hiasan pertama menceritakan tentang seekor singa yang berdiri diantara dua pohon kalpataru. Hiasan ini selain terdapat di kaki Candi Syiwa juga terdapat di candi besar lainnya. Pada sisi utara dan selatan diding candi, hiasan singa diapit panil yang memuat pahatan sepasang binatang yang sedang berteduh di bawah sebatang pohon kalpataru yang tumbuh dalam jambangan. Binatang – binatang yang digambarkan pada relief ini diantaranya : kera, merak, kijang, kelinci, kambing, dan anjing. Pada masing – masing pohon bertengger dua ekor burung. Pada sisi lainnya pada bangunan Candi Syiwa, bagian panil atau penyekat diganti dengan relief kinara kinari, sepasang burung berkepala manusia yang sedang berteduh di pohon kalpataru.

Tangga untuk naik ke candi atau ke permukaan batur terdapat di sisi timur candi. Pada tangga ini dihiasi sulur – sulur dan juga binatang. Pada ujung sisi tangga bagian bawah terdapat kepala naga yang menganga dengan dewa yang berada pada mulut dewa. Pada sisi kiri dan kanan tangga terdapat candi dengan pahatan Arca Syiwa pada keempat sisi tubuh candi yang berukuran kecil dan beratap runcing. Pada puncak tangga terdapat pintu / gerbang paduraksa yang menghubungkan ke lorong. Pada atas pintu terdapat kalamakara. Di balik gapura terdapat sepasang candi yang mempunyai relung di tubuhnya. Relung tersebut berisikan arca Mahakala dan Nandiswara, dewa penjaga pintu.

Batur pada Candi Syiwa selebar 1m mengelilingi tubuh candi. Selasar pada Candi Syiwa berbentuk pagar, jadi seperti lorong yang mengitari candi tanpa adanya atap. Lorong ini berbentuk menyudut terbagi menjadi 6 bagian dan sepanjang lorong terdapat pahatan Arca Lokapala. Lokapala merupakan dewa arah mata angin, diantaranya seperti Bayu, Indra, Baruna, Agni dan Yama. Pada sisi dalam lorong terdapat relief yang menceritakan kisah ramayana searah jarum jam.

Pada sisi atas dinding terdapat hiasan ratna. Pada bagian bawah ratna terdapat hiasan kalamakara. Di dalam ruangan candi terdapat teras yang lebih tinggi lagi. Untuk mencapai teras tersebut terdapat tangga di depan masing – masing pintu ruangan. Pada tubuh candi terdapat empat ruangan yang mengelilingi ruangan utama di tengah tubuh candi. Jalan yang digunakan untuk masuk pada ruangan utama adalah sisi bagian timur. Pintu masuk tersebut sejalan dengan ruangan yang berada di sebelah timur. Ruangan utama ini disebut Ruang Syiwa karena terdapat Arca Syiwa Mahadewa di tengah ruangan, yakni Syiwa yang sedang berdiri diatas teratai dengan tangan yang diangkat sedada sedangkan tangan lain berada sejajar dengan perut. Arca ini berdiri diatas umpak dengan tinggi 60 cm berbentuk yoni dengan saluran air di tepi yoni. Konon arca syiwa ini menggambarkan Raja Balitung dari Mataram Hindu (898 – 910 M) yang dipuja sebagai Syiwa. Ruang Syiwa ini tidak menghubungkan ruang – ruang lain.

Pada ruang utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini yaitu Durga atau dewa kematian yang merupakan penggambaran dari permaisuri Raja Balitung. Durga digambarkan sebagai dewi bertangan delapan dengan lembu nandi. Tangan kanan memegang gada sedangkan ketiga tangan lainnya masing – masing membawa anak panah, pedang dan cakram. Satu tangan kirinya membawa Asura, kerdil yang berdiri diatas kepala mahisa (lembu), dan ketiga tangan lainnya masing – masing membawa burusr, erisai serta bunga. Oleh masyrakat sekitar, arca ini dinamai Arca Roro Jongrang karena dianggap penjelmaan Roro Jongrng. Roro Jongrang merupakan putri raja yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi arca.

Pada ruang bagian barat terdapat Arca Ganesha dengan posisi bersila diatas padmasana (bunga teratai) dengan kedua telapak kakinya yang saling bertemu. Arca ini menggambarkan putra Raja Balitung, sedangkan selempang yang ada di bahuny menandakan bahwa ia juga seorang panglima perang.

Pada ruangan selatan terdapat Arca Agastya atau disebut juga Syiwa Mahaguru. Arca ini memiliki tubuh agak gemuk serta memiliki jenggot. Arca ini digambarkan dengan posisi berdiri pada tangan kanan memegang tasbih sedangkan tangan kiri memegang sebuah kendi. Pada belakang sebalah kiri terdapat pengusir lalat dan pada sebelah kanan terdapat trisula. Konon arca ini menggambarkan seorang pendeta penasehat kerajaan.

Candi Wisnu

Posisi Candi Wisnu berada disebelah utara dari Candi Syiwa. Tubuh candi ini berada diatas selasar berlangkan. Tangga untuk masuk ke dalam candi berada di sebelah timur. Pada tubuh candi terdapat panil yang menggambarkan Lokapala. Sedangkan pada dinding dalam candi terdapat panil yang memuat relief Krisnayana. Krisnayana merupakan kisah dari Krisna dari ia dilahirkan hinga menduduki tahta Kerajaan Dwaraka. Pada dinding bagian atas terdapat ratna yang dibawahnya terdapat kalamakara dan relung yang terdapat pahatan dari Wisnu sebagai pendeta yang sedang duduk dengan berbagai posisi tangan.

Berbeda dengan Candi Syiwa yang mempunyai empat ruangan, pada Candi Wisnu hanya terdapat satu ruangan denganpintu menghdap ke timur. Di dalam ruangan tersebut terdapat Arca Wisnu yang berdiri diatas umpak berbentuk yoni. Dewa wisnu digambarkan dengan dewa bertangan empat. Tangan belakangnya memegang cakra (senjata Wisnu) dan tangan kirinya memegang tiram. Sedangkan tangan kanan depan memegang gada dan tangan kirinya memegang bunga teratai.

Candi Brahma

Candi Brahma terletak di sebelah selatan Candi Syiwa. Candi ini berdiri diatas selasar berlangkan. Pada dinding candi ini juga terdapat panil yang menggambarkan lokapala. Pada bagian dalam candi juga terdapat panil di dindingnya, panilini memuat cerita Ramayana sebagai lanjutan dari Candi Syiwa. Pada bagian atas dinding terdapat hiasan ratna menghadap keluar juga terdapat kalamakara di dalam relungnya. Selain itu juga terdapat relung – relung yang menggambarkan brahmana dalam berbagai posisi duduk.

Candi Brahma terdapat satu ruangan dengan pintu menghadap timur. Di dalam ruangan terdapat Arca Brahma berdiri diatas sebuah yoni. Brahma di candi ini digambarkan dengan berwajah empat dan memiliki dua pasang tangan. Pada wajah yang menghadap ke depan terdapat mata ketiga yang disebut ‘urna’. Patung ini dalam keadaan rusak. Dinding bagian dalam candi ini polos tanpa hiasan. Terdapat batu yang menonjol di sisi – sisi dari candi ini yang berfungsi sebagai tempat meletakkan lampu minyak.

Candi Wahana

Candi Wahana adalah candi – candi yang terletak di depan Candi Syiwa. Terdapat tiga Candi Wahana di komplek candi prambanan, diantaranya Candi Nandi, Candi Garuda dan Candi Angsa.

  • Candi Nandi
    Candi ini tepat didepan Candi Syiwa dan menghadap ke barat. Nandi merupakan lembu suci tunggangan Dewa Syiwa. Candi Nandi mempunyai bentuk yang sama dengan candi di samping kanan dan kirinya yaitu Candi Garuda dan Angsa, namun yang membedakan dari candi ini adalah ukurannya yang lebih besar dan lebih tinggi. Tubuh candi ini berdiri diatas batur setinggi 2 m. Seperti yang ada di Candi Syiwa, pada candi ini juga terdapat pahatan di kaki candi dan mempunai dua motif yang berselang – seling. Yang pertama merupakan seekor singa yang berdiri diantara dua pohon kalpataru dan motif yang kedua adalah sepasang binatang yang berteduh dibawah pohon kalpataru. Diatas pohon terdapat dua ekor burung. Gambar seperti ini juga terdapat di candi wahana lainnya.Candi Nandi terdapat satu ruangan dan didalam ruangan tersebut terdapat Arca Lembu Nandi yang menghadap ke barat. Selain itu juga terdapat dua arca yaitu Arca Surya (dewa matahari) yang berdiri di atas kereta yang ditarik tujuh ekor kuda dan Arca Candra (dewa bula) yang juga berdiri diatas kereta yang ditarik sepuluh ekor kuda. Dinding bagian dalam polos tanpa hiasan dan ada batu yang menonjol untuk lampu minyak.
  • Candi Garuda
    Candi Garuda berada di utara Candi Nandi atau erhadapan dengan Candi Wisnu. Burung Garuda merupakan tunggangan dari Dewa Wisnu. Hiasan pada tangga dan kaki candi ini sama dengan yang ada pada Candi Nandi. Meskipun dinamakan Candi Garuda, namun tidak ditemukan arca berbentuk burung garuda di dalam candi ini. Di lantai ruangan terdapat arca yag berukuran lebih kecil daripada yang ada di Candi Syiwa. Arca ini ditemukan tertanam di dalam candi yang sesungguhnya tempatnya bukan di candi tersebut.
  • Candi Angsa
    Candi ini terletak di bagian selatan Candi Nandi dan berhadapan dengan Candi Brahma. Benuk hiasan pada kaki candi sama dengan yang ada di Candi Garuda. Tidak terdapat arca di dalam candi ini dan dindinyapun polos tanpa hiasan. Serupa dengan yang lain yaitu terdapat tonjolan batu di dalam candi untuk lampu minyak.
Candi Apit di sisi kanan dan kiri

Candi Apit

Candi Apit merupakan candi yang saling berhadapan yang terletak masing – masing di utara dan selatan pada dua bais candi besar. Ukuran candi ini yaitu berdenah bujur sangkar seluas 6 m2 dan tinggi 16 m. Batur candi ini sekitar 2,5 m dan tidak ada selasar di bawah permukaan candi. Masing – masing terdapat satu tangga untuk menuju ke dalam candi.

Candi Penjaga

Candi Penjaga

Pada pelataran atas terdapat delapan candi berukuran sangat kecil dengan ukuran denah dasar 1,25 m2. Empat diantaranya berada di masing – masing sudut latar, dan empat lainnya berada di dekat gerbang masuk ke pelataran atas.

Peta Candi Prambanan

Video Candi Prambanan

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah