Kerajaan Singasari – Letak, Sejarah Singkat, Masa Kejayaan dan Keruntuhan

Rahmad Ardiansyah

AWAL BERDIRINYA KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari berdiri pada tahun 1222 M dan beribukota di Tumapel. Sebelumnya Tumapel merupakan kerajaan bawahan dari Kerajaan Kediri. Singasari didirikan oleh Ken Arok. Menurut kitab Pararaton, Ken Arok merupakan putera dari seorang wanita tani di Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi). Sebagian ahli berpendapat bahwa ayah dari Ken Arok adalah seorang dari kasta ksatria melihat wawasan berfikir Ken Arok, ambisi serta strategi yang jitu dalam setiap apa yang dilakukannya. Hal ini jarang ditemukan di diri petani – petani biasa. Diceritakan bahwa ibu Ken Arok, Ken Endok adalah seorang wanita yang bersuamikan Gajah Para (nama jabatan setara wedana atau pembantu adipati) di Kerajaan Kediri. Sebelum Ken Arok lahir, ayahnya telah meninggal dan Ken Endok diperistri seorang raja Kediri. Ken Endok kemudian membuang Ken Arok di pemakaman dan kemudian ditemukan dan diasuh oleh Lembong yaitu seorang pencuri pada masanya.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, mungkin itulah perumpamaan yang tepat untuk Ken Arok. Lembong yang berprofesi sebagai pencuri menurunkan sifatnya kepada Ken Arok yang juga lihai mencuri serta berjudi, hal ini sangat membebani Lembong dengan hutang – hutang Ken Arok. Lembong mengusir Ken Arok dan kemudian diasuh oleh Bango Samparan yang merupakan penjudi yang berasal dari Desa Karuman (Garum, Blitar). Oleh Bango Samparan, Ken Arok dianggap sebagai pembawa keberuntungan.

Karena statusnya sebagai anak angkat oleh Genukbuntu dan Thirthaja, istri dari Bango Sampran, Ken Arok kemudian merasa tidak betah. Ken Arok kemudian berteman dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng. Keduanya kemudian menjadi pasangan perampok ulung yang ditakuti di Kerajaan Kediri. Kisah selanjutnya, Ken Arok bertemu dengan seorang brahmana yang berasal dari India bernama Lohgawe yang datang ke Jawadwipa untuk mencari titisan Wisnu. Ciri yang didapatkannya sama persis dengan Ken Arok. Dalam serat Pararaton, Ken Arok yang disebut juga Ken Angrok juga diceritakan sebagai keturunan dari Dewa Brahma. Ken Arok kemudian diangkat sebagai anak dari Lohgawe dan dibimbing olehnya.

Perkenalan Ken Arok dan Pembunuhan Tunggul Ametung oleh Ken Arok

Pada saat itu, Ken Arok dibantu Loh Gawe untuk masuk ke dalam Tumapel, salah satu daerah bawahan Kerajaan Kediri dengan akuwu bernama Tunggul Ametung. Oleh Tunggul Ametung, Ken Arok diperintah sebagai pengawalnya. Diceritakan bahwa Ken Dedes, istri Tunggul Ametung adalah wanita yang sangat cantik dan dikagumi oleh rakyatnya di Tumapel. Pertemuan Ken Arok pertama kali dengan Ken Dedes yaitu ketika ia bersujud saat Ken Dedes lewat di depannya. Ken Arok melihat sesuatu yang bersinar dari betis Ken Dedes. Kemudian Ken Arok bertanya kepada Lohgawe “pertanda apa itu?”. Lohgawe kemudian memberitau bahwa ciri tersebut adalah tanda bahwa ia (Ken Dedes) akan menurunkan raja – raja besar di tanah Jawa. Seketika Ken Arok meminta Lohgawe untuk bisa mensiasati agar bisa masuk ke Tumapel dan berusaha memperistri Ken Dedes. Lohgawe tidak merestui hal tersebut, namun Ken Arok bersikeras dengan hasratnya merebut Ken Dedes dari tangan Tunggul Ametung.

Pada perkembangannya, Ken Arok menjadi salah satu prajurit yang sangat dipercaya Tunggul Ametung. Dibalik hal tersebut, diam – diam Ken Arok mempersiapkan suatu taktik untuk membunuh Tunggul Ametung. Ken Arok kemudian menemui Bango Samparan dan bertanya dimana membuat keris yang ampuh untuk membunuh. Kebo Samparan kemudian memperkenalkan sahabatnya yang bernama Mpu Gandring yang berasal dari Desa Lulumbang (Plumbang, Doko, Blitar).

Mpu Gandring meminta waktu setahun untuk menyelesaikan keris yang sakti untuk Ken Arok. Namun, Ken Arok tidak sabar dan lima bulan kemudian Ken Arok meminta secara paksa keris tersebut. Mpu Gandring menolak, keris yang belum sempurna tersebut kemudian direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring hingga tewas. Sebelum tewas, Mpu Gandring mengutuk bahwa keris tersebut akan membunuh 7 orang raja dari Ken Arok hingga cucu – cucunya.

Setelah membunuh Mpu Gandring, Ken Arok kembali ke Tumapel dan menjalankan taktiknya untuk menggulingkan kekuasaan Tunggul Ametung. Keris Mpu Gandring dipinjamkannya ke Kebo Hijo, rekan Ken Arok sesama pegawai Tumapel. Ken Arok sudah mengetahui sifat Kebo Hijo yang suka pamer dengan barang yang dimilikinya. Kebo Hijo kemudian dengan bangga memamerkan kerisnya kepada setiap orang yang ia temui, sehingga semua orang menganggap bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Siasat Ken Arok baru dimulai.

Malam berikutnya, dicurilah keris Mpu Gandring yang dibawa Kebo Hijo ketika sedang mabuk arak. Ken Arok kemudian menyusup ke kamar Tunggul Ametung dan kemudian membunuhnya diatas ranjangnya sendiri. Ken Dedes menyaksikan pembunuhan tersebut, namun Ken Dedes mampu luluh dengan rayuan Ken Arok untuk membungkam mulutnya. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung secara paksa.

Keesokan harinya, Kebo Hijo diberikan hukuman mati dengan tuduhan keris yang dulu dipamerkannya menancap di perut Tunggul Ametung. Kemudian Ken Arok mengangkat dirinya sebagai akuwu Tumapel menggantukan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes. Ketika menikahinya, Ken Dedes dalam keadaan mengandung anak dari Tunggul Ametung yang kemudian diberi nama Panji Anengah.

Baca : Ken Dedes, kisah dibalik berdirinya Singosari

Tumapel dibawah Ken Arok menjadi kerajaan bawahan yang kuat dan kemudian memisahkan diri dari Kerajaan Kediri sebagai kerajaan induk. Secara kebetulan ketika Ken Arok memisahkan diri dari Kediri, disaat itu pula di internal kerajaan Kediri terjadi konflik antara raja dan para brahmana. Ken Arok kemudian memberikan perlindungan kepada para brahmana dan kemudian berpindahlah brahmana dari Kediri berpindah ke Tumapel. Setelah mendapatkan dukungan dari para brahmana, kemudian Ken Arok menyatakan Tumapel sebagi kerajaan yang merdeka dan lepas dari kerajaan Kediri. Ken Arok kemudian dinobatkan menjadi raja dari Tumapel yang kemudian berubah menjadi Singasari dengan gelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

LETAK KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari berada di daerah Tumapel yaitu daerah pegunungan subur di Malang dengan pelabuhan bernama Pasuruan. Sebelumnya Tumapel merupakan wilayah bawahan dari kerajaan Kediri. Dari daerah inilah kemudian berkembang menjadi Kerajaan Singasari.

SILSILAH KERAJAAN SINGASARI

RAJA – RAJA KERAJAAN SINGASARI

  • Ken Arok (1222 – 1227)

Raja pertama Singhasarai adalah Sri Ranggah Rajasa Amurwabhumi atau lebih dikenal dengan nama Ken Arok. Nama Ken Arok tidak ditemukan di prasasasti – prasasti namun ditemukan di kitab Pararaton dan Negarakertagama. Dari cerita rakyat, Ken Arok merupakan seorang dari rakyat biasa yang berasal dari Desa Angkur. Ken Arok kecil memiliki kebiasaan buruk yaitu sebagai mencuri dan menyamun hingga menjadi buron kerajaan.

Karena jasa dari seorang pendeta brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada seorang akuwu di Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Singkat cerita Ken Arok mampu membunuh Akuwu Tunggul Ametung dan kemudian  mengawini Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengambil alih wilayah Tumapel dan kemudian dengan pengikutnya yang cukup banyak, Tumapel melepaskan diri dari Kediri. Pada saat itu bertepatan dengan adanya perselisihan antara raja dan pendeta di internal kerajaan Kediri. Bak gayung bersambut, Ken Arok membuka pintu selebar – lebarnya untuk para pendeta dan memberikan perlindungan. Hal ini membuat Kertajaya sebagai raja Kediri marah dan menyerang Tumapel. Namun sayang, penyerangan terhadap Tumapel di Genter pada tahun 1222 Kediri mengalami kekalahan sehingga Ken Arok pada tahun 1222 menjadi raja dari Kediri dan Tumapel. Ibukotanya tetap berada di Tumapel dan pada perkembangannya berubah menjadi Singasari yang memiliki nama resmi Kutaraja. Semasa pemerintahan Ken Arok, kerajaan Singasari aman tentram.

Tidak lama setelah Tunggul Ametung dibunuh, Ken Dedes melahirkan seorang anak laki – laki yang bernama Anusapati dari Tunggul Ametung. Sedangkan dari Ken Arok sendiri Ken Dedes melahirkan Mahisa Wonga Teleng. Dari istri selirnya yaitu Ken Umang, Ken Arok mendapatkan anak bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh anak tirinya Anusapati sebagai balas dendam atas dibunuhnya Tunggul Ametung ayahandanya. Kemudian Ken Arok di candikan di Kagenengan (selatan Singasari) dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sedangkan Ken Dedes tidak diketahui kapan meninggalnya.

  • Anusapati (1227 -1248)

Singasari di bawah pemerintahan Anusapati berjalan damai dan tentram. Namun ketentraman tersebut terusik yaitu pada tahun 1247 M ketika Tohjaya hendak membalas dendam atas dibunuhnya ayahandanya, Ken Arok oleh Anusapati. Anusapati meninggal di tangan Tohjaya dengan tipu muslihat. Anusapati kemudian di candikan di Candi Kidal, Malang.

  • Tohjaya (1248)

Tohjaya memerintah Singasari hanya beberapa bulan. Tohjaya meninggal di tangan Ranggawuni anak dari Anusapati yang membalas dendam atas kematian ayahnya Anusapati. Sebelum meninggal, Tohjaya sempat melarikan diri, namun akibat luka dalam yang dideritanya akhirnya Tohjaya meninggal dan di candikan di Katang Lumbang.

  • Sri Jaya Wisnuwardhana (1248-1268)

Setelah mampu membunuh Tohjaya, Rangga Wuni kemudian mengangkat dirinya menjadi raja di Singhasari dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Ia adalah raja Singasari pertama yang namanya diabadikan di dalam prasasti. Saudara sepupunya, anak dari Mahisa Wonga Teleng, Mahisa Campaka diberikan kekuasaan untuk memerintah dengan pangkat Ratu Angabhaya dan gelar Narasimhamurti. Keduanya memerintah Singasari bagaikan dewa Wisnu dan Indra.

Baca Juga : Bersatunya Dhaha dan Tumapel

Pada tahun 1254, Rangga Wuni menobatkan anaknya sebagai raja Singhasari yaitu Kertajaya. Namun Rangga Wuni tidak turun tahta melainkan tetap memerintah untuk anaknya sampai ia meninggal pada tahun 1268 di Mandaragiri dan dicandikan di Waleri yang dilambangkan sebagai Siwa dan sebagai Buddha Ammoghapaca di Jajagu atau Candi Jago.

  • Kertanagara (1268-1292)

Dari keseluruhan raja – raja Singasari, Kertanagara memiliki lebih banyak data sejarah. Dari pemerintahan Kertanagara kita juga mengetahui adanya 3 orang mahamantri yaitu rakryan i hino, rakryan i sirikan, dan rakryan i halu. Ketiga rakryan tersebut bertugas sebagai pembantu serta pengarah kebijakan raja dan kemudian dilaksanakan oleh mentri pelaksana, rakryan apatih, rakryan demung dan rakryan kanuruhan. Dalam segi agama terdapat posisi dharmadhyaksa sebagai kepala agama Budha dan selain itu adapula mahabrahmana yang selalu mendampingi raja dan berpangkat cangkhadhara.

Cita – cita dari Kertanagara adalah memperluas wilayah Singasari seluas – luasnya. Maka dari itu Kartanagara menyingkirkan siapa saja yang menghalangi niatnya tersebut, diantaranya patihnya sendiri Kebo Arema atau Raganatha, ia kemudian digantikan Kebo Tengah atau Aragani. Raganata kemudian ditempatkan sebagai adhyaksa di Tumapel. Selain itu Arya Wiraraja yang dicurigai dekat dengan Kediri diasingkan oleh Kertanagara ke Sungeneb, Madura sebagai bupati.

Pada tahun 1275, Kertanagara melakukan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera Utara yang berlangsung sampai tahun 1292. Setibanya pasukan Ekspedisi Pamalayu, Kertanegara sudah tidak ada lagi. Hasil dari ekspedisi pamalayu tertera dalam alas arca Amoghapaca di Sungai Langsat. Pada prasasti tersebut dijelaskan bahwa pada tahun tahun 1286, Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa memerintahkan untuk memindahkan arca Amoghapaca dan 13 pengikutnya (seperti arca Jajagu tempat pecandian Wisnuwardhana) dipindahkan dari tanah Jawa ke Suwarnabhumi (Sumatera). Pemindahan tersebut dilakukan oleh pimpinan yang terdiri dari 4 orang pegawai tinggi kerajaan. Atas hadiah ini, rakyat Malayu sangat senang terutama raja Srimat Tribuwanaraja Maulawarmmadewa.

Baca : Ekspedisi Pamalayu

Selain itu dari Negarakertagama diketahui bahwa Bali telah ditaklukkan oleh Kertanagara pada tahun 1284. Selain itu Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat) serta Gurun (Maluku) juga mampu ditaklukkan Singasari. Selain itu Singasari juga melakukan hubungan persahabatan dengan Champa melalui perkawinan. Menurut Po Sah, raja Jaya Simhawarman III memiliki dua permaisuri diantaranya adalah puteri dari Jawa yang diperkirakan adalah anak dari Kertanagara.

Selengkapnya : Arya Wiraraja : Ahli Taktik Terbaik Masa Kerajaan Singasari, Kediri dan Majapahit

Pada periode pemerintahan Kertanagara berkali – kali utusan Tiongkok datang ke Singasari menuntut pengakuan kedaulatan bahwa Singasari tunduk dibawah kaisar Kubilai Khan. Pada awalnya Kertanagara tidak merisaukan hal tersebut dan menghiraukannya karena Kertanagara tidak mau tunduk dibawah Tiongkok namun lama kelamaan Kertanagara pun kesal. Pada tahun 1289 datanglah Meng K’i, utusan dari Tiongkok untuk meminta Singasari tunduk dibawah Tiongkok. Namun, Kartanagara justru membuat cacat pada mukanya dan mengusirnya kembali ke kerajaannya. Kaisar Tiongkok merasa terhina atas hal tersebut dan menyiapkan tentara untuk menghukum raja Jawa.

Sebelum penyerangan Tiongkok ke Jawa ternyata ada bahaya selain hal tersebut yaitu dari Kerajaan Kediri yang menyerang Singasari pada tahun 1271 dibawah raja Jayakatwang. Raja Kediri Jayakatwang bersekutu dengan Arya Wiraraja yang selalu memata – matai Kertanagara. Ketika melakukan Ekspedisi Pamalayu, waktu tersebut adalah waktu yang paling tepat untuk menyerang Singasari. Ketika Singasari mengerahkan segenap kekuatannya untuk menyerang Bali, Arya Wiraraja yang mengetahui hal tersebut melaporkan kepada Jayakatwang untuk secepatnya menyerang Singasari yang dalam keadaan kosong. Pada tahun 1292 Jayakatwang menyerang Singasari dari dua arah. Dari arah utara pasukan Jayakatwang yang beranggotakan sedikit berusaha membuat kegaduhan sehingga pasukan yang ada di ibukota Singasari memfokuskan serangannya ke arah utara. Sedangkan dari arah selatan, pasukan Jayakatwang dengan jumlah yang lebih besar menyerang jantung pertahanan Singasari secara diam – diam.

Baca : Kisah Arya Wiraraja, ahli taktik Singasari, Kediri dan Majapahit

Kertanagara yang mengira serangan Jayakatwang hanya dari utara kemudian mengirimkan kedua menantunya yaitu Raden Wijaya dan Ardharaja. Pasukan dari utara Kediri dipukul mundur, namun yang lebih fatal adalah serangan dari selatan yang langsung menembus ibukota dan keraton Singasari. Kertanagara, patih, pendeta serta pembesar lain yang sedang berpesta mabuk – mabukan dibantai dalam serangan dari arah selatan Kediri. Dengan serangan ini maka berakhirlah kerajaan Singasari dan berganti ke kerajaan Kediri pimpinan Jayakatwang.

EKSPEDISI PAMALAYU

Kerajaan Singasari mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Kertanegara. Raja Kertanegara memiliki hasrat untuk menyatukan Nusantara di bawah panji Singasari oleh karena itu ia kemudian melakukan operasi militer ekspedisi pamalayu (perang melawan Malayu) untuk menaklukkan Nusantara. Ekspedisi Pamalayu dimulai pada tahun 1275 dengan dikirimnya 14.000 pasukan yang dikirim ke Dharmasraya, Sumatera. Latar belakang Ekspedisi Pamalayu adalah mengantisipasi serangan bangsa Mogul yang dipimpin Kubilai Khan.

Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa tujuan adanya Ekpedisi  Pamalayu awalnya adalah untuk menjalin kerjasama dengan kerajaan Dharmasraya, namun mengalami penolakan. Hal inilah yang menjadi  pemicu pengiriman prajurit untuk menyerang Dharmasraya yang dipimpin  oleh Kebo Anabrang (Mahisa Anabrang dalam Kitab Kidung Panji Wijayakrama) yang merupakan salah satu rakryan Singasari. Dalam  penyerangan pertama Singasari mampu mengalahkan kerajaan Dharmasraya dibawah raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa.  Pada tahun 1286 dikirim utusan sebanyak 4.000 prajurit untuk  mengirimkan Arca Amogahapasa bukti Singasari menjadi kerajaan yang  saling bekerjasama dengan Dharmasraya. Arca Amogapasha merupakan  hadiah persahabatan dari Kertanegara kepada Srimat Tribhuwana Mauli  Warmadewa.

Sekembalinya Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1292 ke pulau Jawa, berdasarkan kitab Pararaton Kerajaan Singasari telah hancur oleh pemberontakan Jayakatwang dari Kediri yang dibantu Arya Wiraraja. Di tahun yang sama, pasukan Kubilai Khan menyerang kerajaan Jawa. Niat Kubilai Khan adalah melakukan penyerangan ke Singasari dengan alasan membalas pemotongan telinga utusannya pada masa pemerintahan Kertanegara, namun yang ia serang ternyata adalah kerajaan Kediri yang telah menaklukkan Singasari. Kediri kalah oleh serangan Kubilai Khan.

Arya Wiraraja yang pintar dalam membuat taktik kemudian mengajak pasukan Kubilai Khan untuk berpesta merayakan kalahnya kerajaan Jawa. Arya Wiraraja yang dekat dengan Raden Wijaya (menantu Kertanegara) kemudian memberi tau Raden Wijaya untuk segera menyerang pasukan Kubilai Khan yang tengah mabuk. Pasukan Kubilai Khan mampu diusir dan kemudian berdirilah kerajaan Majapahit dengan Raden Wijaya sebagai pendiri sekaligus raja pertama.

baca selengkapnya : Arya Wiraraja : Ahli Taktik Terbaik Masa Kerajaan Singasari, Kediri dan Majapahit.

KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN SINGASARI

Tidak ada sumber yang menyebutkan keterangan atau data tentang perekonomian Singasari. Namun dari analisis para ahli dapat disimpulkan bahwa letak Singasari yang berada pada sekitar Lembah Sungai Brantas dan diperkirakan rakyat Singasari bekerja pada sektor pertanian. Keberadaan sungai Brantas juga diduga dimanfaatkan sebagai wilayah lalu lintas perdagangan dari wilayah dalam dengan wilayah luar. Dengan demikian dapat disimpulkan Kerajaan Singasari juga mengandalkan perdagangan dalam sektor Ekonomi.

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Singasari sebagai kerajaan yang besar memiliki peninggalan berupa prasasti, candi serta patung. Adapun candi peninggalan diantaranya Candi Jago, Candi Kidal dan Candi Singasari. Peninggalan berupa patung diantaranya patung Ken Dedes sebagai Prajnaparamita lambang dari dewi kesuburan serta patung Kertanegara sebagai Amoghapasa.

Kehidupan bernegara di Singasari mengalami pasang surut dari zaman Ken Arok hingga pemerintahan Wisnuwardhana. Pada masa pemerintahan Ken Arok, Singasari dalam keadaan makmur dan teratur, hal inilah yang menjadi latar belakang para brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok atas kekejaman raja Kediri. Namun pada masa Anusapati, kehidupan masyarakat diabaikan karena raja Anusapati sangat gemar menyabung ayam dan melupaan pembangunan kerajaan. Kadaan berangsur membaik saat pemerintahan Wisnuwardhana dan puncaknya ketika pada pemerintahan Kertanegara menjadi raja, pemerintahan Singasari berjalan dengan aman dan sejahtera.

Cita – cita Kertanegara dalam penyatuan Nusantara juga terwujud walaupun belum sepenuhnya wilayah Nusantara mampu di taklukkan. Daerah kekuasaan Singasari pada masa pemerintahan Kertanegara diantaranya, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi serta Maluku.

MASA KEJAYAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaan pada pemerintahan Kertanegara. Kertanegara memiliki taktik menempatkan pejabat sesuai dengan kemampuan dan bidang tugasnya. Kertanegara tidak segan mengganti para pejabat kerajaan apabila dipandang tidak memiliki kualitas. Selain itu, Kertanegara juga bersahabat dengan kerajaan di sekitar salah satunya adalah Champa. Hal inilah yang kemudian membuat Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara menjadi kuat dan mampu menjadi penguasa Nusantara pada masanya baik di bidang militer maupun perdagangan.

MASA KERUNTUHAN KERAJAAN SINGASARI

Keruntuhan Kerajaan Singsari disebabkan dua hal yaitu tekanan dari luar negeri serta pemberontakan – pemberontakan di dalam internal Kerajaan Singasari. Tekanan dari luar yaitu adanya tekanan dari Cina yang memaksa Singasari tunduk dibawah kerajaan Cina. Datangnya utusan Kubilai Khan disambut dengan hinaan berupa pencatatan pada utusan Kubilai Khan yang bernama Meng-Chi. Sejak saat tersebut, Kertanegara kemudian memfokuskan pada memperkuat militer kerjaan dengan tujuan menghalau serangan Kubilai Khan.

Namun tiba – tiba, penguasa Kediri yang bernama Jayakatwang melakukan pemberontakan. Jayakatwang yang meminta tanahnya atas pembunuhan leluhurnya oleh Ken Arok kemudian makar dan menggulingkan kekuasaan Singasari. Sebelumnya Kertanegara juga telah memperhitungkan akan adanya pemberontakan yaitu dengan diangkatnya Ardharaja, anak dari Jayakatwang untuk dinikahkan dengan putri Jayakatwang. Namun, taktik tersebut ternyata tidak efektif. Pada tahun 1292 Jayakatwang menyerang Tumapel, ibukota Singasari dan mampu menggulingkan kerajaan Singasari dengan membunuh Kertanegara dan praktis Kerajaan Singasari runtuh.

SUMBER – SUMBER KERAJAAN SINGASARI

Berikut ini adalah rujukan sumber keberadaan kerajan Singasari, diantaranya :

  • Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja – raja Singasari
  • Negarakertagama, menceritakan tentang silsilah kerajaan Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan kerajaan Singasari
  • Prasasti – prasasti dengan angka tahun sesudah 1248 M, diantaranya prasasti Mulamalurung yang menceritakan tentang struktur politik Singasari pada 1255
  • Berita asing dari Cina

PENINGGALAN KERAJAAN SINGASARI

  • Candi Singosari
  • Candi Jago
  • Candi Sumberawan
  • Candi Jawi
  • Candi Kidal
  • Arca Dwarapala
  • Prasasti Mulamalurung
  • Prasasti Manjusri
  • Prasasti Singosari
  • Prasasti Wurare

Sumber :
Soekmono. 1973. Sejarah Kebudyaan Indonesia 2. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah