Majapahit dianggap sebagai pemersatu Nusantara yang memiliki kekuasaan setara Republik Indonesia pada saat ini, bahkan pengaruhnya juga sampai di luar Indonesia. Kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari yang berdiri tidak lebih dari satu abad. Abad 16 Majapahit runtuh dan lenyap sama sekali yang ditandai dengan sengkalan Sirno Ilang Kertaning Bumi.
Baca juga : Sejarah Kerajaan Majapahit
Keruntuhan Majapahit dikarenakan adanya konflik internal Majapahit yang saling memperebutkan kekuasaan atas hasrat individual yaitu memperebutkan tahta raja Majapahit. Puncaknya ialah ketika terjadi perang saudara antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi. Kerajaan – kerajaan Nusantara yang dahulu ditundukkan oleh para pembesar Majapahit seperti Tribuwana Tunggadewi, Hayam Wuruk dan Gajah Mada akhirnya satu persatu melepaskan diri.
Sepeninggal Hayam Wuruk, di Kerajaan Majapahit terjadi perebutan kekuasaan oleh internal kerajaan. Hingga akhirnya pada tahun 1404 sampai 1406 muncul pemberontakan yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi atau Urubima, Adipati Blambangan yang juga merupakan keturunan Hayam Wuruk dari selirnya dan menjadi anak angkat Bhre Daha istri Wijayarajasa yang bernama Rajadewi. Bhre Wirabumi kemudian menikahi Nagarawardhani yang bergelar Bhre Lasem sang Alemu, putri Bhre Lasem (Duhitendu Dewi) atau adik dari Hayam Wuruk.
Penyebab Terjadinya Perang Paregreg
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit memiliki 2 istana yaitu istana barat di Trowulan sebagai pusat pemerintahan dan istana timur di Daha sebagai pusat kemiliteran. Kedua istana ini saling bersinergi satu sama lain. Istana barat diduduki Hayam Wuruk sebagai pemegang pemerintahan Kerajaan Majapahit dan di istana timur ada Wijayarajasa yang tak lain adalah mertua Hayam Wuruk. Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389 yang kemudian digantikan oleh keponakan sekaligus menantunya yang bernama Wikramawardhana. Sedangkan pada tahun 1398 Wijayarajasa meninggal yang kemudian digantikan oleh anak angkat sekaligus cucunya yang bernama Bhre Wirabhumi yang juga anak dari selir Hayam Wuruk sebagai raja di istana timur Majapahit.
Ketika Bhre Lasem Duhitendu Dewi sebagai penguasa Kerajaan Lasem sekaligus adik dari Hayam Wuruk meninggal, jabatan Bhre Lasem diserahkan kepada Nagarawardhani istri dari Bhre Wirabhumi. Namun disisi lain Wikramawardhana juga mengangkat Kusumawardhani istrinya sendiri. Wikramawardhan seolah menyulut api kepada pihak Bhre Wirabhumi. Sengketa jabatan Bhre Lasem kemudian menjadi perang dingin antara Istana Barat dan Timur hingga akhirnya Nagawardhani dan Kusumawardhani meninggal pada tahun yang sama yaitu pada tahun 1400. Wikramawardhana kemudian mengangkat menantunya sebagai Bhre Lasem yaitu istri dari Bhre Tumapel.
Terjadinya Perang Paregreg
Pengangkatan Bhre Lasem oleh Wikramawardhana menjadi penyulut perang dingin antara istana barat dan istana timur. Menurut Pararton, Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana pernah bertengkar pada tahun 1401 dan hingga akhirnya keduanya tidak bertegur sapa. Pada 1404 terjadi perang Paregreg yang berarti perang setahap demi setahap dalam tempo lambat. Pertempuran dimenangkan bergantian terkadang yang menang pihak istana timur terkadang pihak istana barat.
Hingga akhirnya pada 1406, pihak istana barat menyerang istana timur yang dipimpin oleh Bhre Tumapel putra dari Wikramawardhana. Pada saat itu ada utusan dari Cina yang berada di istana timur. Pihak istana timur mengalami kekalahan dan 170 utusan Cina menjadi korban atas perang saudara ini. Bhre Wirabhumi melarikan diri menggunakan perahu pada malam hari dan berhasil dikejar oleh Raden Gajah atau dikenal juga dengan nama Bhra Narapati yang menjabat sebagai Ratu Angabhaya di istana barat. Kepala Bhre Wirabhumi dipenggal oleh Raden Gajah dan kepalanya diberikan kepada Wikramawardhana. Bhre Wirabhumi kemudian dicandikan di Lung bernama Girisa Pura.
Perang Paregreg ini kemudian diwayangkan dengan judul legenda Damarwulan. Ketika terjadi perang Paregreg keuangan Majapahit tersedot banyak hingga pada akhirnya daerah tundukan Majapahit dengan mudah melepaskan diri.
Bersamaan dengan mulai merosotnya pamor Kerajaan Majapahit, disisi lain ulama – ulama agama Islam dari Champa mulai giat menyebarkan paham agama Islam di Jawa. Para ulama tersebut kemudian dikenal dengan nama Wali Songo yang dipimpin oleh Sunan Giri. Hingga pada akhirnya Demak Bintoro melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit. Munculnya Kesultanan Demak ini kemudian seolah melepaskan rakyat dari perang dan perebutan kekuasaan Kerajaan Majapahit yang menyengsarakan rakyat Majapahit selama berpuluh – puluh tahun.
Akibat Perang Paregreg
Setelah pihak istana timur yang dipimpin oleh Bhre Wirabhumi mengalami kekalahan, kerajaan timur dan barat bersatu. Imbas dari perang saudara ini adalah lepasnya kerajaan kerajaan Majapahit, pada tahun 1405 tercatat daerah Kalimantan Barat dikuasai kerajaan Cina, Palembang, Melayu dan Malaka melepaskan diri dan memilih berdiri sendiri dan mengembangkan bandar – bandar perdagangan, kemudian dilanjutkan lepasnya Kerajaan Brunei.
Selain itu pihak Wikramawardhana harus membayar ganti rugi atas meninggalnya 170 orang Cina yang diutus oleh Dinasti Ming untuk mengunjungi dua istana majapahit di Jawa. Cina telah mendengar adanya perpecahan dan konflik internal di kerajaan Jawa. Laksamana Cheng Ho adalah utusan duta besar dari Cina untuk mengunjungi kedua istana ini. Atas kematian kecelakaan orang Cina yang ada di istana timur tersebut, pihak istana barat kemudian dikenakan denda sebesar 60 tahil kepada Cina. Sampai tahun 1408, Majapahit hanya bisa membayar denda sebesar 10.000 tahil dan pada akhirnya Kaisar Yung Lo membebaskan denda dengan alasan kasihan. Peristiwa ini kemudian dicatat oleh Ma Huan sekrataris Cheng Ho dalam bukunya yang berjudul Ying-Ya-Sheng-Lan.
Setelah berakhirnya perang Paregreg, Wikramawardhana menikahi putri Bhre Wirabumi untuk dijadikan selir. Dari perkawinan ini kemudian lahir Suhita yang kemudian naik tahta pada 1427 sebagai pengganti Wikramawardhana. Pada pemerintahan Suhita inilah, pembalasan dendam kematian kakeknya Bhre Wirabhumi dilakukan dengan menghukum mati Raden Gajah pada tahun 1433.
Sumber : Wikipedia