Mengenang leluhur Kerajaan Majapahit yaitu Kerajaan Singasari. Kerajaan ini meskipun hanya berdiri selama 70 tahun (1222 – 1292), namun memiliki 5 pemimpin yang mampu mengguncangkan Nusantara. Penguasa tersebut diceritakan di kitab Pararaton diantaranya :
- Rajasa Sang Amarwabhumi (1222 – 1247)
- Bhatara Anusapati (1247 – 1249)
- Panji Tohjaya (1249 – 1250)
- Wisnuwardhana (1250 – 1272)
- Kertanegara (1272 – 1292)
Terdapat semacam perjanjian tidak tertulis yang hanya bisa diamati ketika menelisik artefak peninggalan yang ada. Bila kita mengambil ibukota Kerajan Tumapel / Singasari atau Kota Singosari modern saat ini :
Anak dari Tunggul Ametung – Ken Dedes berkuasa atas istana Tumapel dan wilayah timur serta utara. Sedangkan anak dari Ken Umang – Ken Arok – Ken Dedes berkuasa di Dhaha dan wilayah barat dan selatan. Kedua kubu saling berpengaruh dan mendapat legitimasi sebagai penguasa utama. Hingga masa pemerintahan Winuwardhana (Tumapel) dan Mahesa Campaka (Dhaha) kemudian sepakat untuk melebur dan berkolaborasi antar kedua keluarga yang terpecah akibat pertikaian masa lalu.
Istana Tumapel dibawah pemerintahan Wisnuwhardhana mengambil gelar untuk bangsawannya yaitu Mahasinghanada, sedangkan istana Dhaha dibawah pemerintahan Mahesa Campaka mengambil gelar Mahanarasinghamurti untuk bangsawannya. Keduanya saling mengaku bahwa mereka merupakan berasal dari rahim sang singha, Ken Dedes. Sejak saat itu tidak ada lagi perebutan kekuasaan dan nama kerajaan berubah menjadi Singhasari.
Istana Tumapel memiliki tugas sebagai diplomasi luar negeri serta perdagangan, sedangkan Dhaha memiliki tugas melakukan diplomasi dalam negeri dan mengatur kekuatan militer. Putra mahkota istana Tumapel diangkat menjadi Yuwaraja (raja muda) di Dhaha dan sebaliknya Putera mahkota Dhaha diangkat menjadi Yuwaraja di Tumapel.
Raja Tumapel bergelar Murdharaja atau penjaga kemakmuran sedangkan raja Dhaha bergelar Anggabhaya atau penjaga keselamatan dari bahaya. Dua matahari kembar inilah yang kemudian menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara dan mengukuhkan sebagai “Naga Laut Selatan” (armada laut yang disegani dan menguasai laut bagian selatan yangmeliputi Nusantara), meneruskan kebesaran Dhaha Panjalu dan Kahuripan.