Museum Fatahillah

Rahmad Ardiansyah

Museum Fatahillah merupakan museum yang terletak di Jl. Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan peninggalan era penjajahan Belanda di Batavia. Museum ini menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.

Pada awalnya, bangunan Museum Fatahillah merupakan bangunan Belanda yang difungsikan sebagai balai kota (Stadhuis) yang dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, pada tahun 1620. Jenis tanahnya yang labil menyebabkan terjadi beberapa kali anjlok pad bangunan balai kota sehingga mengharuskan dilakukannya beberapa kali perbaikan. Solusi pemerintah pada saat itu yaitu dengan menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm) dan tidak mengubah pondasi yang sudah ada.

Pada tanggal 27 April 1626 oleh Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) membuat gedung balai kota yang baru dan direnovasi pada tanggal 25 Janurai 1707 oleh Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan selesai pada 10 Juli 1710 pada masa Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck.

Gedung ini telah mengalami beberapa kali alih fungsi diantaranya :

  • Pengadilan
  • Kantor Catatan Sipil
  • Tempat warga beribadah pada hari minggu
  • Dewan Kotapraja (College van Scheppen)
  • Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (1925-1942)
  • Kantor Pengumpulan Logistik Dai Nippon (1942-1945)
  • Markas Komando Militer Kota / Kodim 0503 Jakarta Barat (1952-1968)

Pada sekitar tahun 1919 untuk memperingati 300 tahun berdirinya kota Batavia, orang – orang Belanda mulai tertarik untuk membuat tulisan sejarah tentang sejarah kota Batavia. Pada tahun 1930 didirikanlah yayasan Oud Batavia (Batavia lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan benda – benda bernilai sejarah kota Batavia.

Pada tahun 1936, didirikanlah Museum Oud Batavia yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwe (1936-1942) dan dibuka untuk umum pada tahun 1939. Oud Batavia diubah menjadi Museum Djakarta Lama dibawah naungan Lembaga Kebudayaan Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1968 gedung ini diserahkan ke pemerintah DKI Jakarta dan dijadikan Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.

Museum Fatahillah

Terletak di Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat dan berdiri diatas tanah seluas 1.300 m2, sebanyak 23.500 peninggalan sejarah baik asli atau replika tersimpan di Museum Fatahillah. Museum Fatahillah berarsitektur bergaya neoklasik abad ke 17 dengan cat kuning tanah, kusen pintu serta jendela kayu berwarna hijau tua. Terdapat dua lantai di Museum Fatahillah serta lantai bawah tanah sebagai tambahannya. Berikut adalah mengenai Museum Fatahillah :
  • Lantai bawah
    Lantai bawah berisi peninggalan VOC seperti patung, barang kerajinan seperti keramik, prasasti, gerabah dan batuan penemuan dari para arkeolog. terdapat peninggalan kerajinan asli Betawi (Batavia) yaitu dapur khas Betawi tempo dulu.
  • Lantai dua
    Pada lantai dua terdapat peninggalan Belanda seperti tempat tidur dan lukisan – lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alun – alun. Konon, di jendela – jendela inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para tahanan di tengah alun – alun.
  • Ruang bawah tanah
    Ruang bawah tanah dahulu merupakan penjara bawah tanah bagi orang – orang yang melawan pemerintah Belanda. Ruang bawah tanah terdiri dari lima ruangan sempit dan pengap dengan bandul besi sebagai belenggu kaki para tahanan.

Ruangan – ruangan di Museum Fatahillah pun disesuaikan dengan periodisasi sejarah seperti

  • Ruang Prasejarah Jakarta
  • Ruang Tarumanegara
  • Ruang Jayakarta
  • Ruang Fatahillah
  • Ruang Sultan Agung
  • Ruang MH Thamrin

Barang yang dipamerkan ke publik terbatas hanya sebanyak 500 buah dan sisanya disimpan di ruang penyimpanan dan koleksi ini dirotasi secara berkala sehingga pengunjung dapat melihatnya. Museum Sejarah Jakarta difungsikan sebagai tempat perawatan dan memamerkan benda – benda bersejarah dari masa penjajahan dan sebagai tempat wisata sejarah untuk warga Jakarta.

Seperti umumnya bangunan bergaya Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan stadhuisplein. Menurut Johannes Rach, pegawai VOC yang berasal dari Denmark dalam lukisan uang yang dibuat olehnya, air mancur yang berada di tengah lapangan merupakan satu – satunya sumber air bagi masyarakat setempat.  Air tersebut berasal dari Pancoran Glodok yang disaurkan ke stadhuiplein menggunakan pipa – pipa.

Informasi Mengenai Museum Fatahillah
Tiket Masuk 
Orang Dewasa : Rp. 5000
Anak – Anak : Rp. 2000

Alamat Museum Fatahillah
Jl. Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat 11110, Indonesia.
Telp : +6221 692-9101
Fax : +6221 690-2387
Email : museumsejarah@yahoo.com

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah