Pengertian dan Hasil Budaya Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)

Rahmad Ardiansyah

Pengertian Megalithikum

Megalitikum berasal dari kata mega dan lithos. Kata mega berarti besar dan lithos berarti batu, jadi megalitikum berarti zaman batu besar. Pada zaman megalitikum manusia telah mengenal kepercayaan walaupun masih pada fase awal yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia pada saat itu kian meningkat.

Periodisasi Zaman Megalithikum

Menurut von Heine Geldern, kebudayaan megalitikum yang menyebar hingga ke Indonesia mengalami 2 gelombang, diantaranya :

  1. Megalith Tua yaitu menyebar ke Indonesia pada masa neolitikum (2500 – 1500 SM) yang dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan megalith tua adalah punden berundak dan arca statis. 
  2. Megalith Muda yaitu menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) yang dibawa oleh kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunannya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga sarkofagus dan arca dinamis.

Hasil Kebudayaan

a. Menhir

Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode neolitikum (6000/4000 SM – 2000 SM) yang berdiri tegak diatas tanah. Kata menhir didapatkan dari bahasa Celtik yaitu dari kata men yang berarti batu dan hir yang berarti panjang. Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok. Diperkirakan menhir merupakan simbol dari phallus atau simbol kesuburan bumi. Menhir memiliki kemiripan dengan dolmen dan cromlech yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu – batu tersebut juga dinamakan batu besar (megalith) karena ukurannya yang besar. Mega dalam bahasa Yunani berarti besar dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs – situs menhir digunakan untuk melakukan upacara dan memiliki simbol religius sebagai penyembahan terhadap arwah nenek moyang mereka.

b. Dolmen

Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Dibawah dolmen biasanya terdapat kubur batu. Dolmen ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen berukuran panjang 325 cm, lebar 145 cm dan tinggi 115 cm yang disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian di sekitar dolmen tidak ditemukan adanya sisa – sisa penguburan. Benda yang ditemukan di sekitar dolmen diantaranya manik – manik dan gerabah.

c. Sarkofagus

Sarkofagus atau keranda terbuat dari batu yang berbentuk lesung dari sebuah batu utuh yang diberi tutup. Sarkofagus ditemukan di Bali. Menurut masyarakat Bali, sarkofagus memiliki kekuatan gaib atau magis. Para ahli berpendapat bahwa sarkofagus dikenal oleh masyarakat Bali pada masa zaman logam.

Fungsi dari sarkofagus adalah menyimpan mayat yang disertai dengan bekal kubur. Von Heine Geldern berpendapat bahwa kubur batu termasuk kebudayaan megalitikum gelombang kedua atau megalith muda.

d. Peti Kubur

Peti kubur atau kubur batu adalah peti mayat yang terbuat dari batu – batu besar. Kubur batu terbuat dari lempengan atau papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Peti kubur ditemukan di Pagaralam, Lahat, Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta), dan Cepu (Jawa Tengah). Di dalam kubur batu biasanya ditemukan rangka manusia yang telah rusak, alat – alat perunggu dan besi, serta manik – manik. Sarkofagus dan peti kubur memiliki fungsi yang sama yaitu menyimpan mayat yang disertai bekal kubur.

Pagaralam, selama ini memang dikenal sebagai situs peninggalan megalitikum. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arca – arca yang tersebar di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam seperti Karangindah, Tinggiari Gumai Tanjungsirih, Padang Gumay, Pagaralam, Tebatsementur (Tanjungtebat), Tanjung Menang-Tengah Padang, Tanjung Tebat, Pematang, Ayik Dingin, Tanjungberingin, Geramat Mulak Ulu, Tebingtinggi-Lubukbuntak, Nanding, Batugajah (Kutaghaye Lame), Pulaupanggung (Sekendal), Gunungmigang, Tegurwangi, dan Airpur.

Penemuan yang menarik yaitu batu gajah. Benda peninggalan megalitikum ini berbentuk sebongkah batu berbentuk telur yang berukuran panjang 2,17m dan dipahat pada seluruh permukaannya. Bentuk asli batu tersebut hampir tidak diubah, sedangkan pemahatan obyek yang dimaksud disesuaikan dengan bentuk batunya. Namun, plastisitas pahatannya tampak indah sekali.

Sebuah batu dipahat layaknya sebuah gajah yang melahirkan seekor binatang antara gajah dan babi rusa, sedangkan kedua belah sisinya dipahatkan dua orang laki – laki yang sedang memegang telinga gajah, kepalanya dipalingkan ke belakang dan bertopi. Perhiasan berbentuk kalung besar yang melingkar pada lehernya. Begitu pula betis, disana tampak tujuh gelang yang melingkar. Pada bagian ikat pinggang nampak sebuah pedang berhulu panjang, sedangkan sebuah nekara tergantung pada bahunya. Pada sisi lain patung gajah yaitu pada sisi kanannya, dipahatkan pula seorang laki – laki dengan memakai pedang. Pada pergelangan tangan kanan terdapat gelang yang tebal. Adapun pada bagian betis nampak 10 gelang kaki yang melingkar.

Dari petunjuk tersebut para ahli berpendapat bahwa budaya megalitik di Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam berlangsung pada zaman perundagian. Pada masa ini teknik pembuatan benda logam mulai berkembang.

e. Kubur Batu

Kubur batu bisa dikatakan sebagai peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing – masing papan batuannya lepas satu sama lain. Fungsi dari kubur batu adalah sebagai tempat penyimpanan mayat yang disertai bekal kubur.

f. Punden Berundak

Punden berundak adalah bangunan berupa bentang lahan berundak yang memotong lereng bukit seperti tangga raksasa. Bahan utama pada punden berundak adalah tanah, bahan pembantunya batu, menghadap ke anak tangga tegak, lorong melapisi jalan setapak, tangga dan monolit tegak. Punden berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.

g. Arca Batu

Arca merupakan penggambaran dari suatu makhluk seperti manusia dan hewan yang biasanya terbuat dari batu. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan monyet, sedangkan bentuk arca manusia digambarkan dengan penampilan yang bersifat dinamis.

h. Waruga

Waruga merupakan kubur atau makam dari Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti rumah sedangkan bagian bawah berbentuk kotak yang pada bagian tengah terdapat ruang.

Budaya Megalithikum di Indonesia

Di wilayah Indonesia masih bisa ditemukan unsur – unsur kebudayaan megalitik hingga sekarang.

  1. Pasemah
    Pasemah merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Selatan tepat pada kaki Gunung Dempo. Sebanyak 19 situs megalitik terebar di wilayah ini berdasarkan penelitian oleh Budi Wiyana (1996) dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan yang ada di Pasemah begitu unik berupa patung – patung yang dipahat dengan begitu dinamis dan monumental serta mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan ini disebut Megalitik Pasemah.
  2. Nias
    Di Nias terdapat rangkaian kegiatan pendirian dolmen (batu besar) untuk memperingati kematian orang penting (awal abad ke – 20). Orang – orang Nias bahkan masih menerapkan beberapa unsur – unsur megalitik dalam kehidupan mereka seperti lompat batu dan kubur batu.
  3. Sumba
    Etnik Sumba berada di Nusa Tenggara Timur, etnik ini yang masih menerapkan budaya megalitik pada kehidupan sehari – hari. Kubur batu masih dapat ditemukan pada sejumlah perkampungan, meja batu juga masih dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
    Corak Kehidupan Pada Masa Megalitikum

Pada masa megalitikum, manusia telah melakukan kegiatan – kegiatan menyangkut kehidupannya seperti berburu dan bercocok tanam. Berikut ini adalah ciri – ciri corak kehidupan pada zaman megalitikum :

  • Manusia telah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu – batu besar 
  • Berkembang dari zaman neolitikum hingga zaman perunggu 
  • Manusia telah mengenal sistem kepercayaan terutama animisme

Manusia Pendukung

Disebut zaman batu besar karena hasil kebudayaan pada zaman ini berupa peninggalan monument yang terbuat dari batu – batu berukuran besar. Kebudayaan ini muncul pada akhir zaman neolitikum namun perkembangannya justru terjadi pada zaman perunggu. Jadi manusia pendukung pada zaman ini diantaranya :

  • Suku dayak golongan ras proto melayu 
  • Bangsa deutro melayu (melayu muda) yang melakukan migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan dongson. Keturunannya adalah suku Jawa, Bali, Bugis dan Madura.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah