Sejarah Homo Wajakensis
Homo Wajakensis merupakan manusia purba dengan genus homo yang ditemukan tahun 1889 oleh von Reitschoten di Wajak, dekat Kecamatan Campur Darat, Tulungagung, Jawa Timur. Temuan ini kemudian diselidiki oleh Eugene Dubois yang berupa ruas leher dan tengkorak dengan volume otak sebesar 1.630 cc. Diperkirakan Homo Wajakensis hidup pada 40.000 – 25.000 tahun yang lalu dan hidup dimasa Pleistosen (Dilivium).
Pada tahun 1890, Eugene Dubois juga menemukan fosil manusia purba di Wajak yang terdiri dari fragmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kering, serta tulang paha. Penemuan ini kemudian dinamakan Homo Wajakensis atau manusia modern dari Wajak. Homo Wajakensis merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari Pithecanthopus Erectus dan tergolong dalam jenis Homo Sapiens.
Homo Wajakensis memiliki persamaan dengan pribumi Australia. Persamaan inilah yang selanjutnya mendasari Eugene Dubois memasukkan satu ras yang sama dengan nama Australoide atau bernenek moyang yang sama dengan bangsa Australia.
Persebaran Homo Wajakensis adalah Indonesia bagian Timur dan Benua Australia. Rahang atas dan rahang bawah sangat khas dengan manusia purba dari ras Australoid. Fosil yang sama ditemukan didaerah Irian dan Australia.
Ciri – Ciri Homo Wajakensis
- Muka datar dan lebar
- Hidung lebar dan bagian mulut menonjol
- Dahi agak miring dan diatas mata terdapat bususr dahi yang nyata
- Pipi menonjol kesamping
- Kapasitas otak sebesar 1350 cc – 1450 cc
- Berat badan 30 – 150 kg
- Tinggi badan 130 – 210 cm
- Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
- Perawakan masih seperti kera namun sudah berdiri tegak