Prasasti Talang Tuo adalah sebuah prasasti Kerajaan Sriwijaya yang menjelaskan tentang nasihat kepada semua orang mengenao penataan lingkungan hidup secara terus menerus untuk memajukan kesejahteraan hidup seluruh makhluk hidup. Perkembangan prasasti ini tidak bisa lepas dari amanat tersebut yang menjadi semangat untuk komunitas tertentu dimana mereka bergerak dalam keberlangsungan hidup, termasuk Gerakan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan atau Karhutla di Provinsi Sumatra Selatan.
Tak hanya itu, isi prasasti talang tuwo bila diartikan mempunyai makna bahwa usaha restorasi bagi hutan maupun lahan yang rusak untuk menjaga kemakmuran bagi makhluk hidup di bumi. Prasasti tersebut adalah peninggalan sejarah pada masa Kerajaan Sriwijaya dan pertama kali ditemukan oleh seorang Residen Palembang bernama Louis Constant Westenenk pada tanggal 17 November tahun 1920, tepatnya di Kaki Bukit Siguntang dimana kawasan tersebut saat ini diketahui sebagai Taman Bukit Siguntang di Kota Palembang.
Apabila diulas melalui teks yang dibuat pada tahun 684 masehi tersebut, amanatnya bukan sekadar ditujukan bagi semua orang di Sumatra Selatan saja, namun juga masyarakat mana pun yang mana bila dilihat dari dampak Sriwijaya adalah wilayah Asia Tenggara. Beberapa tanaman yang tercantum pada prasasti tersebut antara lain kelapa, bambu, aren, pinang dan beberapa pohon buah lainnya serta penataan saluran air, sedangkan keberadaannya selalu menjadi tolak ukur bagi kesadaran diri untuk menjaga lingkungan sekitar.
Hal berikutnya yang harus diketahui adalah prasasti talang tuwo menggunakan bahasa Melayu dan beraksara Pallawa, serta mempunyai 14 baris tulisan yang menjelaskan mengenai amanat untuk penataan lingkungan. Prasasti ini berhasil dibaca pertama kali oleh seorang sarjana yang bernama van Ronkel dan Bonsch, lalu dimuat ke dalam Acta Orientalia. Prasasti Talang Tuwo sudah disimpan di Museum Nasional Indonesia yang berada di Jakarta dan nomor inventarisnya adalah D.145 dimana prasasti tersebut telah tersimpan sejak tahun 1920 silam.
Demikian informasi mengenai prasasti talang tuwo yang sering mengingatkan manusia di muka bumi untuk meningkatkan kesadaran diri dalam menjaga sekaligus melestarikan lingkungan untuk seluruh makhluk hidup. Prasasti ini sudah ditemukan sejak tahun 684 masehi dan kondisi fisiknya masih cukup baik dengan bidangnya yang datar, serta ditulis dengan ukuran 50 cm x 80 cm dan hingga kini masih tersimpan di Museum Nasional Indonesia sejak beberapa puluh tahun lalu.