Pan-Islamisme – Pengertian, Ciri, Sejarah dan Latar Belakang Munculnya

Rahmad Ardiansyah

Pan-islamisme adalah paham yang bertujuan mempersatukan umat Islam sedunia. Paham ini dicetuskan oleh Jamaluddin aI-Afgani (1839-1897) dari Afganistan. Ada yang berpendapat bahwa paham pan-islamisme telah ada pada diri seorang tokoh pembaru Mesir yang bernama At-Tahtawi (1801-1873). At-Tahtawi menyebutkan dua ide, yaitu Islam dan patriotisme. Menurut At-Tahtawi antara ide Islam dan patriotisme tidak bertentangan. Islam dan patriotisme kemudian menjelma menjadi dua bentuk persaudaraan yaitu persaudaraan Islam (ukhuwah islamiah) dan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wataniah). Pan-islamisme muncul saat dunia Islam sedang rnengalami kemunduran. Sebaliknya, dunia Barat sedang berusaha menjajah negara-negara Islam, contohnya Inggris yang menguasai negara-negara seperti Afganistan. Mesir, Iran, dan India. Paham pan-islamisme mendorong lahimya negara-negara Islam dan juga gerakan-gerakan nasionalis.

Kongres pan-islamisme pertama kali berlangsung pada Mei 1926 yang dihadiri 12 negara. Terbentuknya Liga Negara Dunia Islam (Muslim World League) atau Rabithah al-A’lam al-lslami yang didukung 43 negara pada 1962 merupakan bukti konkret aktualisasi pan-islamisme. Liga ini juga mendorong untuk diselenggarakan konferensi-konferensi Islam dan program Islam Iainnya. Seruan yang disampaikan Raja Faisal dan Shah Iran pada tahun 1965 bagi terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam untuk para kepala negara muslim di Mekah sesungguhnya merupakan bagian dari usaha mewujudkan pan-islamisme. Lima tahun kemudian sebuah konferensi yang diselenggarakan di Jeddah dan dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri negara-negara muslim berhasil membentuk sebuah lembaga permanen yang dinamakan Organization of Islamic Conference (01C) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI). Organisasi yang berkedudukan di Jeddah ini dipandang sebagai upaya maksimal dalam menampung aspirasi pan-islamisme karena telah resmi dilakukan kerja sama antarpemerintah negara-negara muslim.

Pan-islamisme sebagai gerakan radikal dan progresif sangat disadari oleh imperialisme Barat, termasuk Belanda di Indonesia. Belanda merasa gerakan itu dapat membahayakan kelangsungan kaum imperialis Barat di Indonesia. Semangat pan-islamisme telah membangkitkan rasa kebangsaan yang kuat dengan didasari ikatan keagamaan.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah