Candi Angin, Jepara

Rahmad Ardiansyah

Lokasi Candi Angin

Candi Angin terletak di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Candi yang berada pada ketinggian sekitar 1200 mdpl atau berada di antara deretan Pegunungan Muria ini, banyak menyimpan teka teki yang belum terjawab hingga sekarang. Ketinggian tersebut bahkan menyebabkan tempat bersejarah tersebut tidak banyak dikunjungi oleh masyarakat.

Penamaan Candi Angin pada dasarnya karena bentuk bangunan yang tetap kokoh berada pada ketinggian tertentu meski diterpa angin. Candi ini bahkan memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan bangunan candi pada umumnya. Pasalnya, Candi Angin tersusun dari tumpukan batu andesit yang dikonstruksi secara berundak. Candi ini juga dipercaya masih memiliki bangunan lain yang tersembunyi di tanah.

Bentuk batu undakan yang Menyusun bangunan ini menunjukkan bentuk kehidupan manusia yang terjadi pada masa itu. Candi Angin bahkan diduga memiliki umur yang lebih tua jika dibandingkan dengan Candi Borobudur. Dan diperkirakan sebagai peninggalan buatan manusia purba, karena tidak ada ornamen Hindu-Budha yang melekat pada bangunannya.

Candi Angin Peninggalan Kalingga

Candi Angin juga disinyalir sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Kalingga. Hal ini karena Kerajaan Kalingga yang dipimpin oleh Ratu Kartikeyasinga terletak di pesisir pantai utara Jawa Tengah. Penamaan Candi Angin oleh para ahli spiritual bahkan ada yang menyebutkan bahwa candi ini memiliki pusaran angin yang berada pada lubang candi.

Pendapat lain dari portal resmi Kabupaten Jepara bahkan menjelaskan bahwa candi ini dibangun oleh Resi Wigotoyoso. Pasalnya, Resi Wigotoyoso menggunakan kekuatannya untuk mendatangkan batu ke tempat tersebut dengan sendirinya. Resi Wigotoyoso bahkan tidak perlu repot untuk menyusun bangunan tersebut karena dapat tersusun dengan ajaib membentuk sebuah bangunan candi.

Beberapa masyarakat bahkan ada yang percaya bahwa candi ini merupakan tempat penyembahan dewa angin atau biasa dikenal dengan dewa bayu dalam pewayangan. Selain itu, masyarakat juga menemukan bangunan serupa pada lokasi yang tidak berjauhan dari bangunan ini dengan sebutan Candi Bubrah. Pasalnya, kedua bangunan candi ini menyimpan kemisteriusan yang saling melengkapi.

Keberadaan Candi Angin yang masih misterius dihormati keberadaannya oleh masyarakat setempat. Beberapa masyarakat bahkan sering mengunjungi tempat ini ketika bulan Asy-Syura dengan membawa makanan berupa kupat-lepet sebagai tanda syukur dan terima kasih. Masyarakat yang mengunjungi tempat ini bahkan juga melantunkan doa untuk memohon sesuatu agar terkabul.

Hal menarik lain yang bisa ditemui di tempat ini adalah peninggalan punden berundak yang menyimpan sumur batu. Sumur tersebut bahkan mampu menyimpan air abadi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Lazimnya, air yang terdapat pada sumur tersebut tidak terendam ketika musim hujan dan tidak kering ketika musim kemarau.

Lokasi Candi Angin yang sulit dijangkau bahkan membuat perjalanan menjadi melelahkan jika ingin tiba di tempat tersebut. Masyarakat yang hendak mengunjungi tempat ini bahkan tidak boleh mengeluh kelelahan. Pasalnya, pelanggaran pantangan dalam mengeluh tersebut dapat mendatangkan hal buruk yang tidak diharapkan.

Selain itu, masyarakat juga mempercayai adat yang harus dilakukan sebelum memasuki Candi Angin. Masyarakat bahkan harus minum air kelapa muda sebelum masuk ke petilasan atau makam yang ada di sekitar candi. Anda bahkan perlu membawa minyak dan kembang telon ketika hendak memasuki tempat tersebut. Pantangan berupa tidak boleh BAB dan BAK di tempat tersebut juga harus dipatuhi.

Meski demikian, bangunan sejarah Candi Angin ini mulai dikembangkan sebagai salah satu objek wisata yang banyak diminati. Tempat ini bahkan telah dibekali dengan jaringan jalan yang bisa diakses menggunakan sepeda motor, angkutan umum dan mobil. Tempat ini juga memadukan keindahan alam dan sejarah yang sangat mengagumkan.

Sumber:

https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/jawa-tengah/candi-angin-wisata-bersejarah-misterius-di-jawa-tengah.html#:~:text=Bahkan%20ada%20yang%20beranggapan%20kalau,Sehingga%20dinamakan%20sebagai%20Candi%20Angin.

https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-dan-peninggalan-kerajaan-kalingga-di-jawa-tengah-1ummDvzRW9z/full

https://wesata.id/destinasi/jawa-tengah/jepara/candi-angin

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah