Memanfaatkan Peta sebagai Pendukung Pembelajaran Sejarah

Rahmad Ardiansyah

Pembelajaran sejarah menjadi sangat membosankan ketika guru hanya bercerita secara monoton apalagi guru menuntut untuk menghafalkan materi. Bukan rahasia lagi apabila mapel Sejarah adalah mapel dengan basis materi hafalan. Walaupun kurikulum sudah berubah, tuntutan soal HOTS yang tidak sepenuhnya bermain pada level C1 dan C2, tetapi masih banyak guru yang menekankan hafalan. Salah satu cara penyampaian menarik pembelajaran Sejarah adalah menggunakan teknik peta.

Peta menjadi media visual yang dapat digunakan guru sejarah menceritakan alur sebuah materi. Melalui peta, materi seperti penjelajahan bangsa Barat, PD1 dan PD 2, Perang Dingin dan materi – materi lain akan memudahkan siswa dalam mengolah sumber informasi dari guru. Ingat, tidak semua siswa adalah penghafal yang handal. Tidak semua siswa pendengar yang hebat. Dan tidak semua siswa dapat membaca dan mengolah informasi sendiri. Guru bertugas sebagai “koki” yang memasak dan menghidangkan kepada pelanggan.

Bagaimana cara menyampaikan materi pembelajaran Sejarah menggunakan peta? Pada tahap awal, guru harus bisa membuat peta dan paham wilayah wilayah peta yang digambar. Tentunya ini menjadi bekal dasar bagi seorang guru dengan basis mapel IPS yaitu memahami peta. Setelah guru membuat peta di papan tulis maka selanjutnya guru dapat menerangkan menggunakan peta tersebut dan memberi catatan – catatan pada sekeliling peta.

Apa manfaat penggunaan peta baik dari guru maupun siswa? Dari guru sendiri, peta dapat menjadi bahan untuk mempermudah proses delivery materi kepada siswa. Pembelajaran menjadi tidak monoton karena guru juga dapat memberi alur yang jelas dan memanfaatkan visual siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan peta sangat ampuh apabila tidak terdapat powerpoint di kelas. Peta juga bisa dimanfaatkan sebagai tugas keterampilan siswa guna mengecek seberapa dalam pengetahuan sejarah apabila diaplikasikan ke peta. Keuntungan bagi siswa, siswa akan mudah dalam mengolah informasi yang diberikan guru. Pelajaran sejarah yang terkesan “awang – awang” menjadi lebih riil ketika dijabarkan menggunakan peta.

Penggunaan peta akan semakin lengkap apabila dibarengi pula dengan media yang lain, sebagai contoh foto, infografis, penggunaan spidol berbeda warna dan lain sebagainya. Kolaborasi antar mapel inilah yang seharusnya ditampakkan guru sejarah agar pembelajaran tidak monoton. Guru sejarah diharapkan juga dapat memanfaatkan video, foto, powerpoint dan game interaktif agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah