Sejarah Kasta dalam Agama Hindu India

Rahmad Ardiansyah

Kasta berasal dari bahasa Spanyol dan Portugis yaitu casta yang berarti pembagian dalam masyarakat. Dalam agama Hindu kasta merupakan pembagian tingkatan ataupun sekat yang membagi masyarakat kedalam empat sekat yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Tujuan dari sistem kasta yaitu agar menjaga kemurnian ras Arya yang dianggap paling baik dibandingkan dengan ras Dravida.

Sistem Kasta Agama Hindu

Lapisan – lapisan ini lebih lanjut akan di jelaskan sebagai berikut :

  • Brahmana merupakan seorang tokoh pemuka agama atau disebut pendeta. Brahmana sendiri adalah golongan paling di hormati di kerajaan dan biasanya dijadikan penasehat raja. Kelebihan kaum brahmana juga dalam hal menghindukan seseorang dan orang yang berhak mendoakan dalam agama Hindu. Ranah dari kasta Brahmana adalah ranah agama.
  • Ksatria merupakan orang – orang dari golongan ningrat atau dari struktur kerajaan dan prajurit. Golongan ksatria memegang jalannya pemerintahan di agama hindu.
  • Waisya merupakan golongan masyarakat yang bermata pencaharian pedagang, petani serta pengusaha. Tugas dari waisya sendiri menyediakan perbekalan untuk semua golongan.
  • Sudra merupakan kasta paling bawah dalam tatanan kasta di agama Hindu. Kasta sudra sendiri terdiri dari rakyat jelata dan pekerja kasar.

Setiap kasta melaksanakan tugasnya masing – masing serta kewajibannya dalam masyarakat dan bernegara. Sistem kasta menjadikan golongan – golongan antar kasta tidak bisa menembus satu kasta ke kasta lain. Dari kasta waisya mau pindah ke ksatria tidak bisa karena sudah dipisahkan oleh sistem kasta. Apabila terjadi perkawinan antar kasta maka kedua belah pihak akan di kucilkan dan dibuang dan diberi kasta baru yang bernama varia. Dalam agama Hindu yang bisa mendoakan hanya orang – orang dari kasta brahmana.

Sistem Kasta di Bali

Di Bali terdapat tingkatan masyarakat yang dikenal dengan kasta dan warna. Kasta berbeda dengan warna, namun warna berkaitan erat dengan kasta. Tingkatan kasta diantaranya Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Sedangkan warna berkaitan dengan pekerjaan atau kasta. Hal ini hampir sama dengan sistem trah yang ada di Jawa. Trah berbeda dengan keturunan. Trah ditentukan melalui kemampuan di alam, dari mana asalnya hingga bobot bibit bebet.

Nama orang bali didasarkan pada kasta atau warna dan diikuti dengan urutan anak dan terakhir nama pemberian orang tua. Rumus penamaan yaitu kasta + urutan + nama pemberian. Urutan nama yaitu Wayan untuk anak pertama, Nyoman untuk anak ke dua, Made untuk anak ke tiga, dan Ketut untuk anak ke empat.

Sistem kasta dibali memberlakukan sistem patrilineal dimana garis keturunan yang dipakai adalah garis laki – laki. Sehingga wanita yang menikah dari kasta manapun dikemudian hari akan mengikuti kasta suaminya. Hal ini memungkinkan adanya perpindahan antar kasta untuk pihak wanita.

Pada kemudian hari sistem kasta dan warna ditolak oleh orang – orang yang menganggap dirinya pintar dengan pendapat bahwa kasta hanyalah alat pemecah belah oleh Belanda.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah