Beliau menjelaskan bahwa penamaan “Rembang” tidak ada kaitannya dengan Sunan Bonang maupun Dampo Awang. Mbah Karsid berpendapat bahwa nama “Dampo Awang” bukanlah nama orang melainkan nama posisi dalam sebuah pelayaran yaitu sebagai juru kemudi kapal perang atau nahkoda.
Sedangkan yang katanya peninggalan jangkar kapal serta bekas kapal karam adalah bekas kapal Belanda yang pecah setelah menabrak batu karang di sekitar pantai Lasem. Kalau di logika, apakah benar kapal Dampo Awang yang katanya dibalikkan Sunan Bonang berukuran sebesar salah satu bukit di Rembang? Sulit memang di logika tentang kapal Dampo Awang yang berukuran sebesar itu.
Lalu bagaimana penamaan Rembang menurut Mbah Karsid? Dia berkata bahwa penamaan Rembang berasal dari kata “Ngrambang” berasal dari kata Ngramban yang berarti mencari makanan hewan ternak berupa pohon tebu untuk sapi.
Dahulu Rembang tidak seramai Kota Lasem. Rembang merupakan kota kolonial buatan Belanda yang didirikan untuk menyaingi eksistensi Kadipaten Lasem yang lebih dulu berkembang. Namun pada perkembangannya, Rembang lebih berkembang dan dijadikan kabupaten.
Dahulu kadipaten berada di Lasem, namun setelah adanya konflik – konflik antara Belanda dengan pribumi dan Tionghoa, Belanda memindah kekuasaannya ke Kabupaten Rembang.
Baca Juga Situs Selodiri Terjan Rembang