
Secara antropologi, negara Indonesia adalah negara heterogen dengan adat budaya, agama, suku dan ras. Inilah yang memudahkan bangsa Belanda untuk melakukan politik adu domba. Dalam memecah belah, Belanda menggunakan aksi isu atau provokasi, propaganda, desas – desus, bahkan fitnah kepada kekuasaan yang ada dengan disusupi permusuhan besar.
Politik memecah belah ini menggunakan campuran strategi politik, ekonomi dan militer. Pelaksanaan sistem ini yaitu dengan mengangkat satu pemimpin untuk dijadikan calon pemimpin tandingan yang telah ada. Politik pecah belah diwujudkan dengan menentang suatu kekuasaan baik yang berada di pemerintahan maupun yang ada di masyarakat. Akan lahir dua pihak di dalam satu badan, baik di masyarakat maupun kerajaan, salah satu pihak tersebut dibantu Belanda sedangkan yang lain dipinggirkan. Belanda kemudian memunculkan isu – isu ketidakpercayaan terhadap pemimpin yang lama agar suatu kerajaan menjadi tidak solid. Bahkan terkadang ada bumbu – bumbu permusuhan dalam tubuh keluarga kerajaan yang pantas menduduki singgasana kerajaan diluar garis keturunan raja. Teknik yang digunakan Belanda dalam memecah belah adalah agitasi, propaganda, desas – desus dan bahkan fitnah.
Baca Juga : Hak Octroi Belanda di Indonesia
Contoh politik pecah belah adalah dengan memberi kehidupan layak suatu kelompok politik yang bertujuan agar lebih percaya ke pihak Belanda daripada kerajaannya sendiri. Selanjutnya kelompok tersebut menjadi duri dalam daging sebuah kerajaan.