Kedatangan AFNEI dan Perlawanan di Berbagai Daerah

Rahmad Ardiansyah

Kedatangan AFNEI dan Perlawanan – Perlawana di Daerah- Daerah

AFNEI adalah singkatan dari Allied Forces Netherlands East Indies. AFNEI adalah pasukan yang dikhususkan untuk melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan mengembalikan Indonesia ke tangan Belanda pasca Perang Dunia II. AFNEI berada di bawah Letnan Jendral Sir Philip Christison. 

Tugas utama AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut :

  • Mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Jepang 
  • Mengembalikan para tentara Jepang yang masih di Indonesia untuk kemudian di pulangkan ke Jepang 
  • Menangkap para penjahat perang
  • Membebaskan tawanan sekutu yang di tahan Jepang 
  • Merebut kembali kota – kota besar di Indonesia

Kemenangan sekutu terhadap blok timur mengharuskan Jepang menyerahkan kembali kekuasaan atas Indonesia ke Belanda. Adanya peralihan kekosongan dalam perpindahan kekuasaan ini dimanfaatkan pihak Indonesia untuk memerdekakan diri dengan cara memproklamasikan diri pada 17 agustus 1945. Datangnya AFNEI dengan maksud merebut kembali wilayah Indonesia.

Pada awalnya kedatangan pasukan sekutu AFNEI pada 15 september 1945 di Tanjung Priok dengan kapal Chamberlain yang dipimpin oleh W.R. Petterson disambut baik oleh Indonesia, namun setelah Indonesia mengetahui bahwa AFNEI di boncengi pasukan Belanda (NICA) yang berasal dari orang – orang sipil Belanda dan dua tokoh Belanda yaitu Van Mook dan Van Der Plass kemudian sikap Indonesia berbalik memusuhi AFNEI dan NICA.

Berikut adalah perlawanan berbagai tempat di Indonesia dalam ketika NICA mendarat :

1. Pertempuran di Surabaya (10 November 1945)

Pada 25 Oktober 1945 pasukan Inggris mendarat di Surabaya. Inggris yang dipimpin oleh AWS Mallaby langsung menduduki gedung – gedung pemeritahan serta tempat – tempat strategis di Surabaya.

Insiden Hotel Yamato

Adanya maklumat tanggal 31 agustus 1945 yang menetapkan 1 september bendera merah putih diperbolehkan berkibar di wilayah Indonesia. Gerakan – gerakan pengibaran meluas di berbagai tempat di Indonesia. Di Surabaya terjadi salah satu insiden yang di sebut insiden hotel Yamato. Beralamat di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya bernama Yamato Huteru / Hotel Yamato atau Hotel Oranje pada zaman kolonial.

Sekelompok orang Belanda dipimpin oleh Mr. W. V. Ch Ploegman mengibarkan bendera Belanda tanpa adanya persetujuan RI pada 18 September 1945 pada 21.00. Keesokan harinya para pemuda mengetahui mengetahui dan mengumpulkan massa guna menurunkan Bendera Balanda yang berkibar tersebut. Terjadi perundingan antara pemuda Surabaya dan orang – orang Belanda. Para pemuda Surabaya bersikeras agar Bendera tersebut di turunkan, namun dari pihak Belanda menolaknya. Terjadilah perkelahian di ruang perundingan. Ploegman tewas di cekik sedangkan Sudirman dan Hariyono berlari keluar Hotel Yamato. Sedangkan sebagian pemuda lain berusaha menurunkan bendera. Akhirnya Hariyono, Sudirman serta Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera dan merobeknya untuk selanjutnya mengereknya kembali. Insiden inilah yang mengawali pertempuran – pertempuran selanjutnya di Surabaya.

Kematian Mallaby

Gencatan senjata dilakukan pada 29 oktober 1945 yang berakibat situasi semakin mereda. Namun ada insiden lagi yang menyulut berkobarnya perang. Pada 30 oktober 1945 Jenderal Mallaby melewati Jembatan Merah dan berpapasan dengan sekelompok pemuda Surabaya. Hal ini menyulut adanya bentrok dengan Mallaby. Bentrok ini menyebabkan Mallaby tewas oleh seorang pemuda yang tidak diketahui identitasnya. Mallaby tewas terkena tembakan pistol dan mobilnya meledak oleh granat sehingga mayat Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby membuat pihak Inggris marah. Inggris dipimpin oleh E.C. Mansergh memberi ultimatum kepada rakyat Surabaya.

Bahwa siapa yang membunuh Mallaby harus menyerahkan diri selambat – lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi. Jika Tidak menyerahkan diri, maka pasukan sekutu akan menyerang Surabaya

Perdebatan Penyebab Baku Tembak

Penyebab baku tembak antara Mallaby dan pemuda Surabaya diperdebatkan oleh pihak Inggris. Tom Driberg, seorang anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party) pada 20 Februari 1946 mengemukakan keraguannya bahwa kejadian tersebut berawal dari pemuda Indonesia. Ia menyampaikan bahwa insiden tersebut diawali dari pasukan India dibawah kepemimpinan Mallaby yangtidak mengetahui adanya gencatan senjata yang sudah disepakati oleh Surabaya dan Inggris karena mereka terputus kontak dan telekomunikasi.

Baca Juga 16 Fakta Unik Insider 10 November

Pertempuran 10 November

Setelah adanya ultimatum yang dikeluarkan pihak Inggris, pihak Indonesia, TKR, mahasiswa, pelajar, serta pemuda – pemuda Surabaya menentang pemerintahan Belanda dan Inggris dan lebih memilih perang. 10 November perangpun dimulai. Dengan tank, pesawat, serta 30.000 infanteri tentara Inggris membombardir Surabaya. Selain itu juga meriam dari kapal – kapal laut yang ikut membombardir Surabaya. Serangan dari Inggris yang diperkirakan akan mampu menguasai dalam tiga hari, melebihi waktu yang ditentukan. Tokoh agama seperti KH Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai kyai pesantren lainnya mengerahkan santri untuk ikut berperang. Pidato Bung Tomo juga ikut mengobarkan semangat para pemuda Indonesia. Pidatonya adalah berikut :

Bismillahirrohmanirrohim, Merdeka. Saudara – saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara – saudara penduduk Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa tentara inggris telah menyebarkan pamflet – pamflet yang memberi suatu ancaman pada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan menyerahkan senjata yang telah kita rebut dari tentara Jepang, mereka telah meminta supaya kita datang dengan mengangkat tangan, mereka telah meminta supaya kita datang kepada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

Saudara – saudara, didalam pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia dari Surabaya, pemuda – pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda – pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda – pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda – pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda – pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda yang ada di Surabaya ini.

Di dalam pasukan – pasukan mereka masing – masing, dengan pasukan – pasukan rakyat yang di bentuk di kampung – kampung telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa di jebol. Telah menunjukkan suatu kekuatan sehingga mereka terjepit di mana – mana. Hanya karena taktik yang licik dari mereka itu saudara – saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin pemimpin yang lainnya ke Surabaya ini maka kita tunduk untuk menghentikan pertempuran ini. Tetapi pada masa itu mereka memperkuat diri, setelah mereka kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara – saudara kita semuanya Kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya. Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa, Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini tentara Inggris. Ini jawaban kita. Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris. Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata – senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu. Tuntutan itu walaupun kita tau bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita.

Selama banteng – banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih. Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga.

Saudara – saudara rakyat surabaya, siaplah keadaan genting! Tetapi saya ingatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak, baru kalau kita di tembak, maka kita akan ganti menyerang mereka. Kita tunjukkan bahwa kita ini benar – benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara – saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap, merdeka atau mati.

Dan kita yakin saudara – saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara – saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdekaa!!

Baca Juga : Biografi Bung Tomo

Pertempuran pemuda – pemuda Surabaya menghadapi Inggris berlangsung sengit. Perang tersebut berlangsung sampai tiga minggu sebelum Surabaya takluk oleh Inggris. Setidaknya 6.000 pejuang dari Surabaya tewas dan 200.000 sipil mengungsi dari Surabaya. Sedangkan dari Inggris menewaskan 600 korban jiwa. Pertempuran pada 10 November tersebut kemudian dikenang dengan Hari Pahlawan Indonesia.

2. Medan Area

Sama seperti di Surabaya, awalnya kedatangan AFNEI disambut baik oleh orang – orang Medan yang bertugas untuk membebaskan tawanan perang. Pada 9 oktober 1945 AFNEI yag diboncengi NICA yang dipimpin oleh T.E.D Kelly. Namun gara – gara suatu insiden menyebabkan kedua belah pihak yaitu pihak Indonesia dan pihak NICA kembali konflik. Insiden tersebut adalah perampasan lencana yang selanjutnya di injak – injak pasukan NICA di hotel Jalan Bali pada 13 Oktober 1945. Akibat insiden tersebut kemarahan para pemuda Medan tersulut dan terjadi penyerangan hotel yang dihuni NICA tersebut.

Pada tanggal 18 oktober 1945 sekutu mengeluarkan ultimatum kepada masyarakat Medan yang isinya :

  • Melarang rakyat membawa senjata 
  • Semua senjata harus diserahkan kepada sekutu

Pada 1 Desember 1945 Inggris dan Belanda memasang papan yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” di sudut – sudut kota Medan. Karena adanya papan – papan ini, kemudian terkenal sebagai Medan Area. Hal ini dilakukan oleh sekutu untuk membersihkan unsur – unsur Republik Indonesia di Medan.

Pada 10 Desember 1945 pasukan sekutu melancarkan serangan ke kota Medan. Pada bulan april 1946 sekutu telah mampu mengusir RI untuk pindah dari Medan menuju ke Pematang Siantar. Meskipun begitu, rakyat medan masih berjuang dengan pasukan Laskar Rakyat Medan Area.

3. Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya pasukan Inggris dan NICA di Bandung pada pertengahan Oktober 1945. Selama di Bandung tentara Inggris dan NICA melakukan aksi – aksi teror. Menjelang bulan November 1945 pasukan Inggris yang di boncengi NICA semakin merajalela hingga orang – orang TKR dan para pemuda Bandung berupaya untuk melakukan perlawanan.

Pertempuran besar maupun kecil terjadi di Bandung, sampai puncaknya pada 25 November 1945 bendungan Sungai Cikapundung Jebol dan membelah Bandung menjadi dua bagian. Bagian Utara di duduki Inggris dan NICA sedangkan bagian selatan diduduki pribumi.

Sesuai kebijakan diplomatik yang berisi bahwa Bandung bagian utara yang didominasi Inggris dan NICA harus di kosongkan maka pertempuran dan pembumi hangusan tempat tempat sentral di Bandung Utara di lakukan oleh orang – orang Bandung. Kota bandung terbakar dari batas timur Cicadas sampai batas barat Andir. Pada 23 dan 24 Maret orang – orang Bandung meninggalkan Bandung yang sudah menjadi lautan api, kemudian peristiwa ini di abadikan menjadi lagu Bandung Lautan Api.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah