Sejarah Singkat Candi – Candi Yang Ada Di Dataran Tinggi Dieng

Rahmad Ardiansyah

Dieng sebagai dataran tinggi di Jawa Tengah memiliki ke khasan sendiri melalui panorama alam, wisata serta ketinggiannya yang mencapai 2000 mdpl. Dieng memiliki sejarah yang cukup panjang dan menyimpan peninggalan – peninggalan bersejarah diantaranya adalah candi – candi yang ada di Dieng. Candi yang ada di Dieng berasal dari agama Hindu – Siwa. 

Candi – candi yang ada di Dieng diberi nama tokoh dalam pewayangan, diantaranya Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa serta Candi Gatotkaca, Candi Bima yang berdiri sendiri. Dari nama tersebut bisa kita lihat bukan nama dari Mahabarata India namun termasuk dalam nama – nama punakawan Semar. Awal ditemukan Candi Dieng pada tahun 1814 yang diawali ketika seorang tentara berkebangsaan Inggris yang sedang melakukan wisata ke Dieng yang tanpa sengaja melihat adanya bagian candi yang terendam di kubangan air. Kemudian pada 1856 dilakukan pengeringan dan pengerukan kompleks candi yang dipimpin oleh Van Kinsbergen dari Belanda. Dari proses inilah kemudian selanjutnya ditemukan lagi candi – candi yang tak jauh dari awal ditemukannya candi pertama tersebut. Pada 1864 dilakukan pencatatan dan pengambilan gambar kompleks Candi Dieng.

Umur dan kapan candi – candi ini didirikan belum diketahui secara jelas kapan dibangunnya, karena belum pernah ditemukan adanya peninggalan yang menunjukkan angka tahun didirikannya candi – candi ini. Satu – satunya prasasti yang ditemukan di sekitar kompleks candi memiliki angka tahun 808 Masehi dan para ahli menduga bahwa usia candi lebih tua dari pada prasasti tersebut.

Para ahli menganggap bahwa kompleks Candi Dieng dianggap berasal dari abad ke 8 – 9 Masehi atas dasar perintah yang diberikan oleh para raja Dinasti Sanjaya. Namun berbeda setalah adanya penelitian lanjut yang menyatakan bahwa pembangunan kompleks candi ini dibangun pada dua tahap yaitu tahap pertama dimulai pada akhir abad ke 8 dan berakhir pada awal abad ke 8. Dan tahap yang kedua dimulai dari pertengahan abad ke 8 sampai sekitar tahun 780 M. Secara keseluruhan luas dari kompleks Candi Dieng sendiri adalah 1,9 x 0,8 Km2. Kompleks Candi Dieng dibagi menjadi tiga kelompok gugusan candi serta satu buah candi yang berdiri sendiri.

  1. Kelompok Candi Arjuna
    Terdapat empat candi pada kelompok Candi Arjuna yaitu dari selatan ke utara Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Sambadra dan Candi Puntadewa. Kelompok Candi Arjuna berada di tengah – tengah komplek Candi Dieng. Berada di depan Candi Arjuna terdapat Candi Semar. Keempat candi di kelompok Candi Arjuna menghadap ke barat dan Candi Semar menghadap ke Candi Arjuna. Kelompok Candi Arjuna merupakan yang paling utuh bila dibandingkan dengan kelompok lain di Candi Dieng.Candi Arjuna
    Candi Arjuna memiliki kemiripan dengan Candi Gedong Sanga. Memiliki denah persegi dengan luas 4 m2. Tubuh candi berada pada batur dengan tinggi 1m. Pintu masuk candi berada pada sisi barat yang akan mengantarkan ke dalam tubuh candi. Pada pintu candi terdapat bilik yang menjorok 1 m keluar dari tubuh candi. Pada bagian atas pintu masuk terdapat kalamakara.

    Pada dinding luar candi sisi utara, selatan dan barat terdapat bingkai yang terbuat dari susunan batu yang merupakan relung tempat menyimpannya arca. Pada bagian depan bingkai relung terdapat hiasan berupa pahatan yang memiliki pola kertas tempel, sedangkan bagian bawah bingkai terdapat hiasan kepala naga yang menganga. Pada bagian atas bingkai terdapat kalamakara tanpa rahang bagian bawah. Pada dinding bagian kiri dan kanan pintu bangunan yang menjorok ke luar terdapat relung untuk tempat arca. Kini relung yang terdapat pada bagian kanan dan kiri relung dalam keadaan kosong tanpa arca. Pada tengah dinding di bawah relung terdapat saluran air atau disebut juga jaladwara.

    Atap Candi Arjuna berbentuk kubus bersusun yaitu semakin keatas semakin megecil. Pada sisi – sisi kubus terdapat relung serta terdapat hiasan seperti mahkota bulat yang berujung runcing. Sebagian hiasan – hiasan ini sudah dalam kondisi rusak. Di tengah ruangan tubuh candi, terdapat batu layaknya yoni. Pada sudut luar candi, terdapat arca dalam kondisi rusak yang menempel di dinding bagian belakang candi.

    Candi Semar
    Letak Candi Semar yaitu berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah dari candi ini berbentuk persegi panjang membujur dari utara ke selatan. Tinggi batur candi yaitu 50 cm tandpa adanya relief ataupun hiasan. Tangga menuju ke dalam tubuh candi berada di sisi sebelah timur candi. Berbeda dengan Candi Arjuna, pada Candi Semar tidak terdapat bilik penampil yang menjorok keluar. Pada bagian atas pintu terdapat hiasan kalamakara tanpa rahang.

    Terdapat lubang jendela kecil di sebelah kiri serta kanan pintu, pada bagian utara serta selatan candi terdapat masing – masing dua jendela kecil dan pada sisi belakang candi terdapat tiga buah lubang. Di dalam ruangan candi dalam kondisi kosong tanpa adanya arca. Atap candi berentuk limasan tanpa adanya hiasan. Puncak candi sudah hilang dan tidak diketahui bentuk asli  dari puncak candi tersebut. Konon candi ini dahulu digunakan untuk keperluan penyimpanan persenjataan dan alat perlengkapan pemujaan.

    Candi Srikandi
    Candi ini terletak di sebelah utara Candi Arjuna. Batur candi ini memiliki ukuran 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus. Pada sisi barat terdapat tangga serta bilik penampil yang menghubungkan ke dalam tubuh candi. Pada sisi utara candi terdapat pahatan berupa penggambaran dari Wisnu, sisi timur menggambarkan Syiwa sedangkan selatan menggambarkan Brahma. Sebagian dari pahatan ini dalam kondisi rusak sehinga tidak terlihat bentuk asli dari pahatan tersebut.

    Candi Sembadra
    Batur dari candi ini memiliki tinggi 50 cm dengan denah dasar candi berbentuk bujur sangkar. Pada bagian selatan, timur dan utara tubuh candi terdapat bilik penampil yang menjorok keluar berbentuk relung. Pintu masuk berada di sisi barat dan dilengkapi bilik penampil. Adanya bilik penampil di sisi lain membuat candi ini layaknya poligon. Puncak dari candi ini sudah rusak sehingga tidak terlihat bentuk asli dari atap candi ini. Pada keempat sisi candi juga terdapat relung kecil yang berfungsi untuk menaruh candi.

    Candi Puntadewa
    Candi Puntadewa berukuran tidak terlalu besar, namun memiliki bentuk yang meninggi. Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi 2,5 m. Tangga menuju ke ruangan tubuh candi dilengkapi dengan pipi candi dan dibuat bersusun dua menyesuaikan batur candi. Atap candi ini mirip dengan atap Candi Sembadra yaitu berbentuk kubus besar. Atap candi juga sudah hancur dan keempat sisi terdapat relung yang digunakan untuk menyimpan arca. Pintu candi terdapat bilik penampil yang memiliki hiasan bermotif kertas tempel. Bagian dalam candi kosong tanpa adanya arca.

  2. Kelompok Gatotkaca
    Terdapat lima candi di kelompok Candi Gatotkaca, yaitu Candi Gatotkaca, Candi Nakula, Candi Gareng, Candi Petruk dan Candi Setyaki. Namun yang terlihat utuh saat ini hanya Candi Gatutkaca, candi lain masih berupa reruntuhan saja.

    Candi Gatutkaca berdiri pada batur setinggi 1 m bersusun dua dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Sisi candi bagian selatan, timur dan utara terdapat bilik penampil yang menjorok keluar. Pintu menuju ke dalam candi terdapat di sisi bagian barat dan dilengkapi dengan bilik penampil. Candi Gatotkaca sepintas seperti candi bertingkat karena bentuk atap candi ini yang dibentuk sama dengan tubuh candi. Puncak atau atap candi telah hancur dan tidak diketahui bentuk aslinya.

  3. Kelompok Candi Dwarawati
    Terdapat empat candi  pada kelompok Candi Dwarawati, diantaranya Candi Dwarawati, candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi Margasari. Namun, candi yang masih utuh pada saat ini adalah Candi Dwarawati.Candi Dwarawati memiliki bentuk yang hampir sama dengan Candi Gatotkaca, yakni memiliki denah dasar segi empat serta dengan penampil di sisi – sisinya. Pada tubuh candi berdiri pada batur setinggi sekitar 50 cm. Tangga pada sisi barat dalam keadaan polos tanpa hiasan dan pahatan. Pada sisi utara, timur dan selatan dinding terdapat bilik penampil yang digunakan untuk meletakkan arca. Sekilas candi ini seperti bertingkat karena kesamaan bentuk atap dan tubuh candi. Pada keempat sisi atap candi terdapat relung tempat arca yang dalam keadaan kosong. Puncak candi tidak ditemukan dan tidak diketahui bentuk aslinya. Di halaman candi ini terdapat susunan batu yang mirip dengan lingga dan yoni.
  4. Candi Bima
    Candi ini terletak menyendiri di atas bukit dan candi terbesar diantara candi – candi yang ada di Dieng. Bentuk dari Candi Bima berbeda dengan candi – candi yang ada di Jawa Tengah. Kaki candi berbentuk denah dasar bujur sangkar, namun karena setiap sisi – sisi memiliki penampil yang menjorok keluar menjadikan denah dasar Candi Bima seolah berbentuk segi delapan.Penampil pada bagian depan candi menjorok 1,5 ke depan yang berfungsi menghubungkan ke dalam tubuh candi. Di ketiga sisi yang lain terdapat relung untuk menempatkan arca, namun tak ada satupun relung yang terisi dengan arca – arca tersebut. Atap candi bima berbentuk bertingkat terdiri dari 5 tingkat mengikuti lekuk dari tubuh candi yang makin keatas makin mengecil. Pada setiap tingkat terdapat relung kudu dan pelipit padma ganda. Kudu merupakan arca setengah badan yang seolah menjenguk ke luar bagian candi. Hiasan kudu ini juga terdapat di Candi Kalasan. 

Selain terdapat candi – candi, di area Dieng juga terdapat bangunan peninggalan lain yaitu Tuk Bimo Lukar dan Dharamsala.

Tuk Bimo Lukar
Dharamsala

 

  •  Tuk Bimo Lukar
    Tuk Bimo Lukar merupakan mata air yang mengaliri Sungai Serayu. Sumber air ini berasal dari Gunung Prau. Tuk Bimo Lukar dianggap sebagai mata air suci bagi umat Hindu yang ada di Dieng. Tuk Bimo Lukar berbentuk pancuran air yang dianggap sebagai lingga dan dibawahnya terdapat yoni berupa batu yang terdapat cekungan di tengahnya.
  • Situs Dharamsala
    Dharamsala merupakan situs bersejarah di Dieng yang berisi umpak – umpak batu. Diperkirakan fungsi dari Dharamsala merupakan tempat peristirahatan atau persiapan sebelum melkukan kegiatan agama yang dilakukan di Candi Dieng. Diperkirakan tempat ini merupakan kompleks paseban seperti tempat untuk belajar yang didasari oleh banyaknya umpak batu dengan denah layaknya di kelas.

Video Candi di Dieng

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah