Sejarah Singkat Candi Kalasan

Rahmad Ardiansyah

Candi Kalasan terletak di Desa Kalibening, Tirtamani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yaitu 16 km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Pada Prasasti Kalasan menyebutkan bahwa candi ini bisa disebut dengan nama Candi Kalibening menyesuaikan nama tempat berdirinya candi tersebut. Candi Kalasan berada tak jauh dari Candi Sari. Dua candi ini memiliki kemiripan di struktur bangunan dan pahatannya. Ke khasan dari kedua candi ini yang tidak ditemukan di candi – candi lain yaitu adanya vajralepa (bajralepa) yang berfungsi untuk melapisi pahatan relief serta ornamen yang berada pada sisi luar candi.

Keberadaan Candi Kalasan dimuat dalam Prasasti Kalasan dengan angka tahun 700 Saka atau 778 M. Prasasti ini ditulis dengan bahasa Sansekerta dan menggunakan huruf pranagari. Pada prasasti tersebut menyebutkan bahwa para pendeta Wangsa Syailendra memberi saran kepada Maharaja Tejapurnama Panangkrana untuk mendirikan sebuah bangunan suci yang digunakan untuk memuja Dewi Tara serta biara untuk pendeta Buddha. Menurut Prasasti Raja Balitung (907 M) menyebutkan bahwa Teja Panangkarana adalah penamaan Rakai Panangkaran, putra Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Hindu.

Panangkaran menjadi raja kerajaan Mataram hindu dari kurun waktu 750 – 850 M, wilayah Jawa Tengah bagian utara dikuasai oleh Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu dan menyembah dewa Syiwa. Hal ini bisa dibuktikan apabila melihat krakter – karakter candi yang ada di wilayah tersebut. Pada masa yang sama, Wangsa Syailendra yang menganut Buddha Mahayana yang lebih condong ke aliran Tantryana berkuasa di daerah selatan Jawa Tengah. Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya kemudian disatukan melalui pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodawadhani anak dari Maharaja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada taun 838 – 851 M.

Desa Kalasan dipersembahkan Rakai Panangkaran agar dibangun bangunan suci untuk menyembah Dewi Tara dan membangun biara untuk para pendeta. Konon Candi Kalasan inilah bangunan suci tersebut karena di dalam candi semula ditemukan arca dari Dewi Tara sedangkan biara untuk para pendeta adalah Candi Sari. Menurut Prasasti Kalasan, Candi Kalasan dibangun pada tahun 788 M. Candi Kalasan mengalami tiga kali pemugaran, hal ini dibuktikan melihat adanya empat sudut kaki candi dengan bagian yang menonjol serta terdapat tulisan yang membahas adanya pemugaran oeh Van Romondt seorang arkeolog Belanda pada 1927 sampai 1929. Candi Kalasan sampai saat ini masih digunakan terutama bagi penganut Buddha Tantryana serta pemuja Dewi Tara.

Diperkirakan angunan Candi Kalasan berada pada ketinggian sekitar 20 m dari permukaan tanah, sehingga tinggi dari Candi Kalasan mecapai 34 m. Candi ini berdiri pada bangunan bujur sangkar degan ukuran 45×45 m yang membentuk selasar candi. Pada ke empat sisi candi terdapat tangga untuk naik ke bagian selasar yang dihiasai kepala naga pada kaki tangga. Pada alas dari tangga terdapat susunan batu, pada depan alas tangga terdapat lempengan – lempengan batu yang berlekuk – lekuk.

Candi Kalasan secara keseluruhan mempunyai bentuk persegi panjang dengan ukuran 34×45 m, yang terdiri dari ruang utama yang berbentuk bujur sangkar serta bilik – bilik pintu yang menjorok keluar pada keempat sisi candi. Terdapat relief pada sekeliling dinding candi yang bermotif pahatan kumuda yaitu daun kalpataru yang keluar dari sebuah jambangan bulat.

Kalamakara Candi Kalasan

Terdapat empat buah pintu di Candi Kalasan pada setiap sisi candi, namun hanya pintu di sisi timur yang bisa masuk ke tubuh candi. Bila dilihat dari pintu utama tersebut bisa dilihat bahwa Candi Kalasan menghadap ke Timur. Pada dinding – dinding candi terdapat cekungan untuk menempatkan arca, walaupun tidak semua cekungan berisi arca. Pada atas pintu candi terdapat kalamakara, serta hiasan pahatan wanita bersila yang memegang benda di kedua tangannya. Relung candi pada sisi kiri dan kanan atas pintu candi terdapat hiasan sesosok dewa dalam posisi berdiri memegang bunga teratai.

Pada puncak candi memiliki bentuk kubus perlambang dari puncak Meru yang dikelilingi oleh 52 stupa dengan tinggi rata – rata 4,60 m. Batas antara atap dan tubuh candi terdapat hiasan deretan makhluk kerdil atau yang disebut Gana. Atap candi memiliki bentuk segi delapan dan bertingkat dua. Pada tigkat pertama terdapat hiasan relung berisi arca Budha dan pada tingkat ke dua terdapat relung yang berisi Dhayani Budha. Puncak candi sebenarnya berbentuk stupa, namun belum ditemukan dan belum dikonstruksikan karena belu ditemukan bentuk aslinya. Apabila dilihat dari dalam candi, puncak candi berbentuk rongga dari susunan lingkaran batu yang semakin keatas semakin menyempit.

Ruang utama Candi Kalasan berbentuk bujur sangkar dan terdapat susunan batu bertingkat yang digunakan untuk tempat meletakkan patung Dewi Tara. Diperkirakan patung Dewi Tara terbuat dari perunggu setinggi enam meter dan menempel pada dinding. Pada belakang susunan batu terdapat semacam altar pemujaan.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah