Sejarah Singkat Petirtaan Jolotundo, Pemandian Raja Kahuripan

Rahmad Ardiansyah

Petirtaan Jolotundo berada di lereng Gunung Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Petirtaan Jolotundo merupakan kolam pemandian raja – raja zaman Kerajaan Kahuripan. Air di Petirtaan Jolotundo tidak pernah berkurang sekalipun pada musim kemarau. Berdasarkan penelitian, air di Petirtaan Jolotundo merupakan air terbaik dengan kandungan mineral yang tinggi. Petirtaan Jolotundo dibangun pada masa Kerajaan Kahuripan dibawah pemerintahan raja Airlangga. Petirtaan ini merupakan satu dari sekian banyak obyek peninggalan sejarah di Gunung Penanggungan.

Sejarah Pembangunan Petirtaan Jolotundo

Petirtaan Jolotundo dibangun oleh raja Kerajaan Udayana sebagai wujud cintanya kepada putri dari Jawa yaitu Putri Guna Priya Dharma yang dinikahinya dan menyambut kelahiran anaknya, Airlangga yang lahir pada tahun 991 M. Pembangunan Petirtaan Jolotundo dilaksanakan pada tahun 997 M, seperti yang ada di dinding kolam. Menurut sumber lain, petirtaan ini merupakan tempat pertapaan Airlangga setelah memutuskan untuk mengundurkan diri dari singgasana Kahuripan. Pada Petirtaan Jolotundo terdapat dua kolam yang diperuntukkan kepada sang raja dan ratu. Hal ini kemudian dilanjutkan hingga sekarang sebagai pemisah menurut gender bagi para pengunjung. Petirtaan Jolotundo telah mengalami 2 kali pemugaran yaitu pada tahun 1923 oleh pemerintahan Hindia Belanda dan pada tahun 1990 – 1994 oleh pemerintah Indonesia.

Petirtaan Jolotundo

Petirtaan Jolotundo memiliki ukuran panjang 16,85 meter; lebar 13,52 meter; dan tinggi 5,2 meter. Bangunan Petirtaan Jolotundo berbahan dasar batu andesit dengan pahatan yang halus. Hal ini menandakan bahwa dahulu Petirtaan Jolotundo dibangun oleh tenaga terampil. Pada Petirtaan Jolotundo terdapat 52 pancuran yang bersumber dari Gunung Penanggungan. Sebanyak 52 pancuran tersebut memuntahkan air terus menerus meskipun pada musim kemarau. Kondisi Petirtaan Jolotundo tidak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.

Terdapat ratusan ikan dan tumbuhan liar di kolam bagian bawah. Meski begitu, pengunjung tak satupun berani mengambil ikan dari kolam petirtaan ini. Disekitar Petirtaan Jolotundo terdapat bongkahan batu candi yang merupakan bagian candi yang belum terekonstruksi.

Penelitian Air Petirtaan Jolotundo

Pada tahun 1985 dilakukan penelitian tim dari Belanda mengkaji kualitas air di Petirtaan Jolotundo. Hasilnya air di Petirtaan Jolotundo menduduki peringkat ke 5 dunia. Sedangkan pada penelitian kedua pada tahun 1991 yang dilakukan oleh para arkeolog menghasilkan kesimpulan bahwa air dari petirtaan Jolotundo menduduki peringkat 3 dunia.

Tradisi di Petirtaan Jolotundo

Air dari Petirtaan Jolotundo dianggap bisa menambah kecantikan dan awet muda, oleh karena itu banyak diantaranya para pengunjung wanita melakukan ngalap berkah. Pada malam 1 Muharam atau 1 Suro dan bertepatan dengan bulan purnama, Jolotundo dipenuhi pengunjung yang datang untuk ritual siraman di Petirtaan Jolotundo.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang. Sejak menjadi pelajar saya hobi terkait IT terkhusus pengelolaan blog. Selain mengelola website Idsejarah.net, saya juga menjadi admin web mgmpsejarahsmg.or.id, admin web sma13smg.sch.id sekaligus menjadi salah satu penulis LKS di Modul Pembelajaran MGMP Sejarah SMA Kota Semarang. Saat ini saya sedang menjalankan program Calon Guru Penggerak angkatan 10. Projek web Idsejarah.net saya harapkan akan menjadi media untuk mempermudah guru sejarah dalam mengakses artikel, video, dan media pembelajaran terkait pembelajaran sejarah. Website ini akan terus dikelola dan dikembangkan agar semakin lengkap. Kedepannya besar harapan saya untuk mengembangkan aplikasi android untuk guru sejarah. Selain mengelola website, saya juga aktif mengelola channel Youtube Idsejarah sebagai media berekspresi platform video online.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah