Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi 17 Agustus 1945

Rahmad Ardiansyah

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Sebelum dibentuk organisasi BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai), pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan kongres pemuda seluruh Jawa di Bandung. Kongres ini diprakarsai oleh Angkatn Moeda Indonesia dengan peserta dari utusan pemuda, pelajar serta mahasiswa di Jawa. Kongres ini menyuarakan akan adanya persatuan dan bersiap melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Hasil dari kongres ini diantaranya : 

  1. Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda, dipersatukan dibawah pimpinan nasional.
  2. Mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.

Disisi lain, kongres ini menyatakan bekerjasama dengan pihak Jepang untuk mencapai kemenangan akhir. Sebagian tokoh pemuda yang ikut dalam kongres ini menyatakan tidak puas atas hasil yang telah disepakati diantaranya Sukarni, Harsono Tjokroaminoto serta Chairul Saleh. Mereka merencanakan untuk membuat pertemuan rahasia pada gerakan pemuda yang lebih radikal pada tanggal 3 dan 15 Juni 1945. Pertemuan ini menghasilkan pembentukan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia dengan tujuan :

  1. Mencapai persatuan seluruh golongan masyarakat Indonesia
  2. Menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat yang berdaulat
  3. Membentuk NKRI
  4. Mempersatukan Indonesia dengan bahu membahu bersama Jepang, namun apabila perlu, gerakan ini bermaksut untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dengan kekuatan sendiri.

Para pemuda glongan radikal kemudian diikutsertakan dalam Gerakan Rakyat Baru yang terbentuk pada sidang Cuo Sangi In dengan tujuan untuk mengobarkan semangat cinta tanah air dan semangat perang. Gerakan Rakyat Baru beranggotakan 80 orang yang berasal dari Indonesia, Jepang, golongan orang Cina, Arab dan peranakan Eropa.

BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945 resmi ditutup dan digantikan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) dengan Ir. Soekarno sebagai ketua, Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua serta Mr. Ahmad Subardjo sebagai penasehat. Berikut ini adalah perwakilan dari berbegai pulau dalam tubuh PPKI :

  • Perwakilan dari Jawa dengan jumlah 12 orang diantaranya : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. Abdul Kadir Purubojo, Prof. Dr. Mr. Supomo, R.P Suroso, Mr. Sutardjo Kartohadikusumo, Ki Bagus Hadikusumo, Wakhid Hasyim, Otto Iskandardinata, dr. Radjiman Wediodiningrat.
  • Perwakilan dari Sumatera dengan jumlah 3 orang diantaranya : dr. Amir, Mr. Teuku Moh. Hasan, Mr. Abdul Abas.
  • Perwakilan dari Sulawesi dengan jumlah 2 orang diantaranya Dr. G.S.S.J. Ratu Langie, Andi Pangeran
  • Perwakilan pulau Kalimantan yaitu A.A. Hamidhan.
  • Perwakilan dari Sunda Kecil (Nusatenggara) yaitu Mr. I Gusti Ketut Pudja
  • Perwakilan dari Maluku yaitu Mr. J. Latuharhary
  • Perwakilan golongan Cina yaitu Drs. Yap Tjwan Bing

Berikutnya, anggota PPKI bertambah tanpa seijin Jepang yakni Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri serta Ahmad Subardjo. Gunseiken Mayor Jenderal Yamamoto menegaskan bahwa PPKI tidak hanya dipilih oleh pejabat di lingkungan tentara keenambelas, namun juga dipilih oleh Jenderal Besar Terauci yang menjadi penguasa perang tinggi di seluruh Asia Tenggara.

Jendral Terauci memanggil Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman
Wediodiningrat ke Dalat Vietnam dalam rangka pengangkatan PPKI. Pada tanggal 9 Agustus 1945, ketiganya berangkat ke Dalat, Vietnam untuk bertemu Jenderal Besar Terauchi untuk menyampaikan perintah Jepang atas kemerdekaan Indonesia dan menyerahkan pelaksanaan kepada PPKI. Ketiganya kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945 dan tidak mengetahui kalau Jepang sudah menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 dan Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan.

14 Agustus 1945
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Berita mengenai kekalahan Jepang sangat dirahasiakan oleh pemerintah Jepang yang ada di Indonesia, namun para pemuda mengetahui hal tersebut setelah mendengar siaran radio BBC di Bandung pada tanggal 15 Agustus 1945.

15 Agustus 1945
Pukul 4 sore, tanggal 15 Agustus 1945, golongan pemuda yang diwakili Sutan Syahrir menemui Hatta dirumahnya dan mengabarkan bahwa Jepang sudah kalah. Ia mendesak kepada Hatta agar sesegaera mungkin memproklamasikan kemerdekaan. Hatta tidak bisa memenuhi permintaan Syahrir dan mengajaknya ke rumah Soekarno. Soekarno menolak dengan alasan ia hanya mau memproklamasikan kemerdekaan setelah dilakukan rapat PPKI. Kedua golongan ini sangat berbeda dalam pandangannya terhadap kemerdekaan, disatu sisi golongan pemuda menginginkan kemerdekaan secepatnnya sedangkan golongan tua menghendaki proklamasi pada waktu yang tepat.

Pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB, golongan pemuda mengadakan rapat di ruang bagian belakang gedung Lembaga Bakteriologi di jalan Pegangsaan Timur No. 13 Jakarta yang dipimpin oleh Chairul Saleh. Rapat ini menghasilkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan rakyat Indonesia sendiri dan tidak terkait dengan pemerintahan Jepang atau negara manapun. Sedangkan golongan tua menghendaki proklamasi
kemerdekaan dilakukan setelah rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Wikana dan Darwis kemudian mendapatkan tugas untuk menyampaikan hal tersebut kepada Soekarno. Pukul 22.30 keduanya menemui Soekarno dan Hatta di jalan Pegangsaan Timur, No. 56 Jakarta. Mereka terlibat
perdebatan hebat dengan tokoh golongan tua diantaranya Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.

Dilain sisi, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia baik diberikan dari pemerintah Jepang maupun hasil perjuangan sendiri tidak perlu dipersoalkan. Yang perlu diperhatikan adalah sekutu yang mengalahkan Jepang dan akan mengambil alih kekuasaan Indonesia lagi.

16 Agustus 1945
Pukul 24.00, Wikana dan Darwis meninggalkan rumah Soekarno dengan diliputi perasaan kesal. Golongan tua tidak menyetujui usulan golongan muda dalam hal proklamasi kemerdekaan. Kemudian diadakan lagi rapat antara golongan muda dan memutuskan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta ke luar kota. Shudanco Singgih mendapatkan tugas untuk memboyong Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok yang dibantu Chudanco Latieh Hendraningrat yang menggantikan Daidanco Kasman Singodimedjo yang bertugas ke Bandung.

Pada akhirnya perbedaan pandangan antara golongan pemuda dan golongan tua inilah yang kemudian mendorong golongan pemuda untuk memboyong Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang berusia 9 bulan) dan Hatta ke Rengasdengklok pada dini hari pada tanggal 16 Agustus 1945. Hal ini bertujuan agar Soekarno dan Hatta tidak mendapatkan pengaruh dari pemerintah Jepang. Pemilihan Rengasdengklok dengan perhitungan bahwa Rengasdengklok berada jauh dari jalan raya utama Jakarta – Cirebon dan disana dengan mudah mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Di Rengasdengklok Soekarno dan Hatta mendiami rumah milik warga yang
bernama Jo Ki Song yang merupakan seorang Tionghoa. Golongan pemuda berusaha menekan agar Soekarno dan Hatta melaksanakan proklamasi kemerdekaan secepat mungkin. Namun, karena wibawa dari kedua pemimpin bangsa ini para pemuda segan untuk mendekati dan menekannya.

Rumah Joo Ki Song

Soekarno menyatakan bersedia melaksanakan proklamasi setelah melakukan pembicaraan dengan Sudanco Singgih. Maka, Sudanco Singgih segera kembali ke Jakarta untuk memberi tahu pernyataan Soekarno kepada teman – temannya di golongan pemuda.

Disisi lain pada tanggal 16 Agustus 1945, di Jakarta para anggota PPKI bersiap melakukan rapat di Gedung Pejambon 2. Hasil dari perundingan ini adalah menetapkan Jakarta sebagai tempat melaksanakan proklamasi dan meminta izin kepada Laksamana Tadashi Maeda untuk menjamin keselamatan para pemimpin bangsa. Ahmad Soebardjo menanyakan keberadaan Soekarno dan Hatta kepada Wikana. Akhirnya Soekarno dan Hatta dijemput oleh Wikana beserta anggota golongan tua lain.

Jusuf Kunto dari golongan pemuda kemudian mengantar Ahmad Soebardjo dan golongan tua ke Rengasdengklok. Sesampainya di Rengasdengklok pukul 17.30, Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada golongan pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilakukan pukul 17 Agustus 1945 selambat – lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan ini kemudian para pemuda memulangkan Soekarno dan Hatta ke Jakarta untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan.

PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN TANGGAL 17 AGUSTUS 1945

Teks Proklamasi Kemerdekaan dirumuskan oleh Ir. Sokarno, Drs. Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo di rumah Laksamana Tadashi Maeda pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945. Pada awalnya Soekarno yang membuat konsep teks proklamasi dan kemudian disempurnakan oleh Hatta dan Ahmad Sobardjo. Begitu konsep teks proklamasi selesai, Sayuti Melik kemudian menyalin dan mengetik menggunakan mesin ketik yang diambilnya dari kantor perwakilan AL Jerman milik Mayor Dr. Hermann Kandeler.

Rumah Tadashi Maeda

Pada awalnya, pembacaan teks proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada. Namun, melihat jalan menuju Lapangan Ikada di jaga ketat oleh tentara Jepang yang bersenjata lengkap, rencana tersebut di urungkan dan
akhirnya memilih kediaman Soekarno yaitu Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta untuk membacakan teks proklamasi.

Pengibaran Sang Saka Merah Putih

Pada akhirnya, pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 (pertengahan bulan Ramadhan) dilakukan pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dan dilanjutkan dengan pidato singkat tanpa teks. Bendera Merah Putih yang sebelumnya dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan oleh seorang prajurit PETA, Latief Hendraningrat yang dibantu Soehoed. Setelah bendera Merah Putih berkibar, para hadirin selanjutnya menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Teks Proklamasi

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah