Sejarah Museum Kebangkitan Nasional

Rahmad Ardiansyah

 

Museum Kebangkitan Nasional memiliki sejarah panjang dan sangat menarik untuk dipelajari. Gedung Museum Kebangkitan Nasional didirikan pada tahun 1899 diatas tanah seluas 15.742 m2 sebagai sekolah dan asrama dokter Jawa dan Sekolah Kedokteran Bumi Putera atau dikenal dengan nama STOVIA (School tot Opleding van Inlandsche Arsten) yang diresmikan pada tahun 1902.

STOVIA merupakan penyempurnaan dari Sekolah Dokter Jawa yang berdiri pada tahun 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden (kini bernama Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto). Karena kegiatan dari Sekolah Kedokteran Jawa dianggap mengganggu kenyamanan rumah sakit, maka dewan pengajar memutuskan memindahkan sekolah dari lingkungan rumah sakit Weltevreeden.

Pada tahun 1899 Direktur Sekolah Dokter Jawa, H.F. Rool mulai melaksanakan pembangunan gedung baru disamping rumah sakit militer. Pembangunan gedung ini sempat terhenti karena kekurangan biaya. Pembangunan dilanjutkan berkat adanya bantuan dari seorang pengusaha perkebunan dari Deli dan pembangunan gedung ini selesai pada tahun 1901.

Mulai tanggal 1 Maret 1902 gedung sekolah tersebut telah resmi dijadikan tempat pendidikan kedokteran dan asrama yang lengkap dengan fasilitas. Sekolah Kedokteran Jawa kemudian diganti dengan nama School tot Opleiding van Inlandsche Arsten (STOVIA) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra dengan masa pendidikan 9 tahun. Kurikulum yang digunakan di STOVIA disamakan dengan School Voor Officieren van Gezondeid di Utrech. Dengan begitu diharapkan lulusan STOVIA sama dengan lulusan dari sekolah kedokteran di Eropa.

Pelajar STOVIA yang telah menyelesaikan pendidikannya mendapatkan gelar Inlandsch Arts atau dokter Bumiputra dan diangkat menjadi pegawai pemerintah serta ditempatkan di daerah – daerah terpencil untuk mengatasi berbagai penyakit menular. Para lulusan tersebut dibekali tas kulit yang didalamnya terdapat alat – alat kedokteran dan uang saku untuk menuju lokasi.

Tanah yang digunakan untuk mendirikan gedung STOVIA berbentuk persegi panjang tidak sempurna. Bangunan di bagian timur dimanfaatkan sebagai kantor direktur, kantor dewan pengajar, tata usaha, poliklinik dan ruang kelas. Pada bangunan bagian utara, barat dan selatan digunakan sebagai asrama yang dilengkapi dengan kamar mandi. Pada bagian halaman terdapat tiga bangunan yang digunakan untuk praktek fisika dan kimia, kegiatan senam dan ruang rekreasi.

STOVIA menjadi lembaga pendidikan pertama tempat berkumpulnya pelajar – pelajar dari berbagai daerah. Pelajar STOVIA memiliki kecerdasan tinggi karena telah melalui proses yang ketat dan selektif. Siswa yang telah diterima kemudian menmpati asrama yang selalu diawasi oleh pengawas Indo – Belanda yang disebut suppoost. Gedung asrama STOVIA menjadi media penghubung siswa berbagai daerah sehingga tercipta suasana saling memahamai kebudayaan masing – masing. Rasa persaudaraan pun mulai lahir tanpa menghiraukan etnis, budaya atau agama.

Karena perkembangan STOVIA yang semakin pesat dan tempat yang tidak memadai, maka pada tahun 1920 dipindah ke jalan Salemba (sekarang menjadi fakultas kedokteran UI), sedangkan bangunan lama dijadikan asrama dan tempat pendidikan lainnya seperti sekolah apoteker, MULO (SMP) dan AMS (SMA). Pada tahun 1942 – 1945 ketika masuk penjajahan Jepang, gedung ini berhenti sebagai tempat aktivitas pembelajaran dan beralih fungsi menjadi penampungan tawanan para tentara Belanda.

Gedung Museum Kebangkitan Nasional menjadi salah satu bangunan saksi sejarah bagi negara Indonesia. Disinilah tempat organisasi – organisasi pergerakan lahir seperti Boedi Oetomo, Jong Java, Jong Minahasa, Jong Ambon dan lain – lain. Di gedung ini pula tokoh – tokoh pergerakan menimba ilmu seperti Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangoenkoesoemo, R. Soetomo dan lain – lain.

Pada tahun 1973 – 1974 gedung ini dipugar dan Soeharto sebagai presiden yang menjabat pada saat itu meresmikan penggunaan gedung sebagai gedung bersejarah dan memberi nama “Gedung Kebangkitan Nasional” yang didalamnya meliputi beberapa museum seperti Museum Kesehatan, Museum Pers, dan Museum Boedi Oetomo. Selainkan dijadikan museum, gedung ini juga dimanfaatkan sebagai perkantoran – perkantoran swasta atau yayasan seperti Kantor Yayasan Pembela Tanah Air, Perpustakaan Yayasan Idayu, Yayasan Perintis Kemerdekaan dan Lembaga Perpustakaan Dokumentasi Indonesia. Untuk memfungsikan sebagai museum, maka museum – museum yang ada di gedung ini dilebur menjadi satu menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Kantor – kantor yang sebelumnya berada di dalam gedung dipindah keluar gedung dan runagan – ruangan kosong didalamnya digunakan untuk pengembangan pameran museum.

Museum Kebangkitan Nasional
Museum Kebangkitan Nasional terletak di Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki tujuh ruang diantaranya :

  1. Ruang Pengenalan

Ruangan ini berisi ilustrasi masuknya bangsa barat ke Indonesia hingga munculnya perlawanan – perlawanan yang bersifat kedaerahan.

  1. Ruang Awal Pergerakan Nasional

Ruangan ini menggambarkan bangkitnya pergerakan nasional yang menampilkan :

  • Peragaan Klas STOVIA
  • Pembelaan HF. Roll
  • Patung pelajar STOVIA yang menggambarkan proses belajar mengajar
  1. Ruang Kesadaran Nasional

Ruang ini menggambarkan kesadaran berbangsan dan bernegara yang menampilkan perjuangan R.A. Kartini, Wahidin, Dewi Sartika dan lain – lain. Koleksi yang terdapat pada ruangan ini diantaranya :

  • Meja kursi makan pelajar STOVIA
  • Peralatan kedokteran
  1. Ruang Pergerakan Nasional

Ruang ini menggambarkan tentang perjalanan dari awal pergerakan nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasi seperti Budi Utomo, Indische Partij, Muhammadiyah dan lain – lain. Koleksi yang ada di ruangan ini diantaranya :

  • Diorama pertemuan Wahidin, Sutomo, dan Suradji
  • Dioramaberdirinya Budi Utomo
  • Foto – foto organisasi awal kebangkitan
  • Vandel – vandel
  • Foto – foto organisasi pemuda
  1. Ruang Propaganda Studie Fonds

Ruangan ini menggambarkan suasana pertemuan Wahidin dengan para pelajar STOVIA yang umumnya sangat tertinggal dalam hal pendidikan sehingga muncul ide pembentukan Studie Fonds. Koleksi yang ada di ruangan ini adalah :

  • Lukisan perjalanan Dr. Wahidin
  • Patung Dr. Wahidin
  • Patung pelajar STOVIA
  1. Ruangan Memorial Budi Utomo

Sebelumnya ruangan ini disebut ruang Praktek Anatomi dan menjadi ruangan paling bersejarah karena di ruang ini Budi Utomo dibentuk pada 20 Mei 1908. Koleksi yang ada di ruangan ini diantaranya :

  • Lukisan Wahidin Sudirohusodo
  • Kerangka manusia yang digunakan praktek pelajar STOVIA
  • Kursi kuliah STOVIA
  • Patung dada pendiri Budi Utomo
  • Foto kegiatan pelajar STOVIA
  • Lukisan situasi perkumpulan Budi Utomo
  1. Ruang Pers

Ruang pers menggambarkan tentang perjalanan Pers Perjuangan di Indonesia. Koleksi yang ada di ruangan ini diantaranya :

  • Tokoh pers
  • Vandel berbagai macam alat cetak
  • Mesin tik
  • Tustel
  • Foto – foto

Jam Buka

  • Selasa – Jumat : 08.30 – 15.00
  • Sabtu – Minggu : 08.30 – 14.00
  • Senin dan hari libur nasional tutup

Galeri Museum Kebangkitan Nasional

Sumber : Triptrus.com
Sumber : tripadvisor.com
Sumber : wartakota.tribunnews.com

 

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah