Museum Joang 45

Rahmad Ardiansyah

Museum Joang 45 terletak di Jl. Menteng Raya No. 31, RT 1/RW 10, Kb. Sirih, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Pada masa penjajahan Belanda, gedung ini difungsikan sebagai hotel yang bernama Hotel Schomper. Saat Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, gedung ini diambil alih oleh Jepang dan diserahkan kepada Jawatan Propaganda Jepang (Sendenbu). Sejak bulan Juli 1942, Sendenbu menyerahkan gedung ini kepada pemuda untuk dipergunakan sebagai tempat pendidikan politik para pemuda dalam rangka menyongsong kemerdekaan. Dibalik niat baik Jepang ternyata Jepang memanfaatkan para pemuda guna kepentingan perang Asia Timur Raya. 

Maksud Jepang tersebut mampu dibelokkan oleh para pemimpin Indonesia yang ditugaskan sebagai pengajar dengan menanamkan cita – cita kemerdekaan yang murni. Para pemimpin yang pernah menjadi pengajar disini diantaranya Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Sunaryo dan Achmad Subarjo. Pusat pendidikan ini kemudian dikenal dengan nama Asrama Menteng 31 dan pemudanya disebut “Pemuda Menteng 31”. Pada tahun 1974 gedung ini dialih fungsikan sebagai museum yang bernama Museum Joang 45 dan gedungnya dinamakan Gedung Joang 45.

Asrama Menteng 31 merupakan tempat perjuangan pemuda termasuk salah satunya rencana penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini dimanfaatkan berbagai aksi melalui Comite van Actie diantaranya mendesak pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), pembentukan Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan memprakarsai peristiwa Rapat Raksasa Ikada. Para tokoh pemuda yang menonjol dari Asrama Menteng 31 diantaranya Adam Malik, Sukarni, Chaerul Saleh dan A.M. Hanafi.

Dapat dibilang hanya pada ruang pendahuluan yang memuat informasi berkaitan dengan Gedung Joang 45. Ruang – ruang berikutnya lebih banyak memaparkan mengenai kisah – kisah perjuangan Indonesia dalam merebut serta mempertahankan kemerdekaan yang sebagian ditampilkan dalam bentuk foto – foto bersejarah. Meskipun demikian, ada juga dokumentasi dalam bentuk lain seperti lukisan, benda bersejarah, peta berbentuk maket dan diorama. Ada pula pojok multimedia yang menampilkan film dokumenter dan rekaman – rekaman perjuangan melawan penjajahan.

Dibagian museum terdapat dua mobil kepresidenan yang antik. Mobil pertama bermerk Buick  buatan General Motors dengan nomor polisi REP-1 yang pernah digunakan sebagai mobil dinas Presiden Soekarno. Mobil kedua adalah mobil berwarna putih gading yang merupakan mobil dinas Mohammad Hatta. Mobil ini bermerk Desoto yang berplat polisi REP-2. Satu mobil lagi yaitu mobil yang pernah digunakan Soekarno saat terjadi usaha pembunuhan yang dikenal dengan peristiwa Peristiwa Cikini.

Jam Buka
Selasa – Minggu pukul 09.00-15.00
Senin dan Hari Libur Nasional Tutup

Tiket Masuk
Dewasa 5.000
Mahasiswa 3.000
Pelajar 2.000

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah