Perang Balkan, Runtuhnya Hegemoni Turki Ottoman di Eropa

Rahmad Ardiansyah

Semenanjung Balkan adalah sebuah wilayah yang terletak di Eropa tenggara dan berbatasan langsung dengan daratan Asia (Anatolia). Ada beberapa hal yang membuat wilayah ini dianggap penting diantara wilayah Eropa lain seperti tempat berdirinya peradaban Yunani dan segala hasil pemikiran serta inovasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Dalam aspek politik, Semenanjung Balkan dikenal sebagai wilayah yang kerap bergejolak dan menjadi sasaran penaklukan bangsa – bangsa lain karena letaknya yang strategis. Satu dari banyaknya konflik di Semenanjung Balkan adalah Perang Balkan I. 

Perang Balkan I merupakan sebutan bagi konflik bersenjata di Semenanjung Balkan yang berlangsung dari tahun 1912 – 1913. Akibat perang ini, Turki Ottoman yang merupakan kekaisaran yang berkuasa harus kehilangan wilayahnya di Benua Eropa, dengan pengecualian kawasan Konstantinopel dan sekitarnya. Perang Balkan diawali dari adanya pembentukan aliansi dari negara – negara di Semenanjung Balkan yang mencakup Bulgaria, Serbia, Montenegro dan Yunani untuk menaklukkan Rumelia, wilayah di Semenanjung Balkan yang dikuasai Kesultanan Turki Ottoman. Saat Turki Ottoman dikalahkan, negara – negara aliansi tadi justru kemudian malah terlibat konflik satu sama lain dengan adanya pembagian hasil dari penaklukan.

Wilayah Kekuasaan Turki Ottoman sebelum Perang Balkan

 

Wilayah Kekuasaan Turki Ottoman di Semenanjung Balkan setelah Perang Balkan

Latar Belakang Perang Balkan
Sejak jatuhnya Kekaisaran Byzantium dan jatuhnya Konstantinopel ke Turki Ottoman pada abad ke 14, wilayah Semenanjung Balkan berangsur – angsur jatuh ke tangan Ottoman. Ottoman merupakan negara yang dipimpin oleh sultan dari etnis Turk dan menjadikan Islam sebagai agama resmi negara, sementara wilayah Balkan mayoritas adalah penganut Kristen Ortodoks. Perbedaan kultur antara penduduk asli Balkan dan Ottoman membuat ide mengenai nasionalisme berbasis etnis pasca Revolusi Prancis dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Ottoman menjadi alasan menjadikan tanah airnya sebagai negara yang merdeka.

Satu persatu wilayah Ottoman di Semenanjung Balkan mengalami pemberontakan dan berhasil melepaskan diri. Pada tahun 1900an, negara – negara Balkan yang merdeka dari bekas kekuasaan Ottoman diantaranya Serbia, Montenegro, Bulgaria dan Yunani. Namun keberhasilan negara – negara ini dalam memerdekakan diri nyatanya masih belum memuaskan mereka. Masing – masing negara tersebut masih berambisi mencaplok wilayah Ottoman di Semenanjung Balkan agar wilayahnya semakin luas. Ottoman sendiri masih memiliki sisa wilayah yang cukup luas di Balkan dimana provinsi – provinsinya mencakup wilayah yang terletak di sebelah utara Yunani dan sebelah selatan Serbia, Montenegro dan Bulgaria.

Pada tanggal 13 Maret 1912, Bulgaria dan Serbia menjalin aliansi militer rahasia sebagai langkah untuk memerangi Ottoman bersama – sama. Beberapa bulan kemudian, giliran Yunani dan Montenegro yang ikut dilibatkan dalam perjanjian militer serupa. Setelah keempat negara tadi sepakat melakukan perjanjian militer bilateral, keempat negara tersebut kemudian membentuk aliansi bernama “Liga Balkan” pada bulan September 1912. Bulgaria adalah salah satu negara Liga Balkan yang paling kuat dengan jumlah tentaranya yang melebihi setengah juta personil. Dilain sisi, Montenegro diatas kertas menjadi negara terlemah dengan wilayah terkecil dan masih bergantung pada militer Serbia.

Kondisi Ottoman saat permulaan abad 20 memang bermasalah. Pada sektor militer, Ottoman terlambat melakukan modernisasi dan peremajaan alutsista. Demikian pula fasilitas – fasilitas penunjang di Balkan seperti jalan raya guna mempermudah mobilisasi pasukan Ottoman. Kemudian pada tahun 1908, prajurit Ottoman yang tergabung dalam gerakan Turki Muda berani melakukan pemberontakan menuntut adanya reformasi dan mengubah negaranya menjadi monarki konstitusional. Dan sejak tahun 1911, Ottoman terlibat dalam perang melawan Italia karena Italia menginginkan wilayah Ottoman di Afrika Utara (Libya). Melihat tersitanya perhatian Ottoman akibat perang melawan Italia, Liga Balkan memberanikan diri untuk menyerang Ottoman.

PERANG BALKAN PERTAMA (1911 – 1913)
Front Barat (Ottoman versus Serbia dan Montenegro)
Pada tanggal 7 Oktober 1912, pasukan Montenegro menyerang secara mendadak di dekat Podgorica, sekaligus menandakan awal Perang Balkan. Tindakan Montenegro sama sekali tidak diduga oleh Ottoman, karena Montenegro notabene adalah negara terkecil di Semenanjung Balkan.  Namun dengan bantuan dari sekutunya serta tidak siapnya pasukan Ottoman di Balkan menyebabkan Montenegro berani menyerang dan hasilnya mampu merebut provinsi – provinsi Ottoman di pesisir barat Balkan hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Situasi semakin rumit setelah pada tanggal 18 Oktober, negara – negara anggota Liga Balkan menyatakan perang dan menyerbu Ottoman dari perbatasannya masing – masing. Turki pada saat itu ibarat orang tua yang sekarat dan negara – negara Balkan dapat diibaratkan adalah serigala yang kapan saja siap menerkam. .

Respon Ottoman atas serangan Liga Balkan adalah langsung membuat perjanjian damai dengan Italia dan menyerahkan Libya kepada Italia. Namun hal tersebut tidak serta merta membuat pertahanan Ottoman di Balkan dapat bekerja dengan baik karena Ottoman harus mempertahankan wilayahnya di banyak front secara mendadak. Sebagai contoh di front barat, disaat Ottoman kewalahan melawan Montenegro, dalam waktu yang sama juga harus menahan serangan Serbia. Hanya dalam kurun waktu 5 hari setelah menyatakan perang, pasukan Serbia berhasil menduduki kota Pristina dan Novi Pazar (sekarang sebelah barat daya Serbia).

Ketika pasukan Serbia mencoba memasuki wilayah Makedonia, timbul pertempuran antara pasukan Serbia dan Ottoman di Kumanovo, Makedonia Utara. Hasilnya, Serbia mampu memenangkan pertempuran tersebut sehingga mereka bisa memasuki wilayah di selatan Kumanovo dan selanjutnya mencaplok Skopje pada tanggal 26 Oktober. Pada bulan berikutnya, Sebia masih menunjukkan superioritasnya dengan berturut – turut menang atas Ottoman pada tanggal 16 dan 19 November di Prillep dan Bitola, Makedonia selatan.

Sementara itu, di pesisir barat Balkan, kekalahan demi kekalahan diterima Ottoman yang menyebabkan golongan nasionalis Albania merasa khawatir kelak wilayahnya akan dicaplok dan dipecah oleh Liga Balkan, sehingga Albania mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak pada tanggal 28 November. Pasca deklarasi dari Albania tersebut, Serbia kemudian memfokuskan pada pencaplokan negara muda, Albania. Pada awal Desember 1912, mereka menduduki Elbasan. Beberapa bulan kemudian yaitu pada bulan April 1913, giliran kota Lushnja dan Berat yang jatuh ke tangan Serbia pasca keberhasilan mengalahkan Ottoman di Albania.

Tidak semua wilayah Albania mampu direbut Serbia dan Montenegro. Kota Skutari yang letaknya di barat daya Albania masih berada pada kekuasaan Ottoman kendati sejak bulan Februari 1913 menjadi sasaran penyerbuan Montenegro. Skutari sebelumnya sudah pernah dikuasai Montenegro ketika Ottoman menarik mundur pasukannya pada bulan April 1913. Namun menyusul munculnya tekanan dari negara – negara adidaya Eropa, Montenegro terpaksa mundur pada 5 Mei dan nantinya menjadi wilayah Albania yang merdeka.

Front Timur (Ottoman versus Bulgaria)
Dari semua pertempuran yang dialami Ottoman, front timur adalah wilayah terpenting bagi Ottoman karena wilayahnya yang dekat dengan ibukota Konstantinopel. Pertempuran pertama terjadi pada tanggal 22 Oktober antara Ottoman melawan Bulgaria di Lozengrad dimana pasukan Bulgaria berhasil mengalahkan Ottoman. Seminggu selanjutnya, pertempuran berlanjut di Luleburgaz dengan hasil Bulgaria mampu mengalahkan Ottoman. Pada bulan selanjutnya, Bulgaria mampu merebut wilayah Serres dan Saloniki (kini menjadi wilayah Yunani timur) setelah Ottoman dipaksa menyerah usai pertempuran melawan Yunani.

Ottoman sendiri bukannya tidak bertaji sama sekali. Pada tanggal 18 November, pasukan Ottoman mampu mengalahkan pasukan Bulgaria di Catalca sehingga laju Bulgaria mampu dibendung. Di tempat lain, Bulgaria dan Yunani juga terlibat sengketa kepemilikan Saloniki.

Kesuksesan kemenangan Bulgaria atas Ottoman, semakin meningkatkan rasa percaya diri Bulgaria untuk menyerang Ottoman. Target Bulgaria selanjutnya adalah Adrianople (kini bernama Edirne dan terletak di Turki barat laut) supaya jalan untuk menguasai konstantinopel terbuka. Namun, karena Adrionople merupakan wilayah yang penting bagi Ottoman, di wilayah ini bercokol puluhan ribu tentara Ottoman, sehingga perangpun berlangsung alot hingga memakan waktu berbulan – bulan. Begitu kewalahannya Bulgaria hingga Serbia turut mengirimkan bala bantuan ke pihak Bulgaria dalam wujud pasukan artileri pada bulan Februari 1913.

Tembok kokoh Ottoman akhirnya jebol juga. Itulah gambaran pertempuran di Adrianople. Pada bulan Maret 1913, pasukan gabungan Serbia dan Bulgaria akhirnya berhasil menembus kompleks perbentengan yang melindungi Adrionople dan menguasai wilayah tersebut. Pertempuran ini juga merupakan pertempuran paling berdarah selama Perang Balkan karena memakan korban jiwa sebanyak 42 ribu nyawa dimana lebih dari separuhnya berasal dari pihak Ottoman. Sebulan selanjutnya pasca jatuhnya Adrionople, Bulgaria melakukan gencatan senjata kepada pihak Ottoman. Meskipun sebenarnya ditujukan kepada pihak Bulgaria, namun gencatan senjata ini juga dilakukan oleh negara – negara lain dalam Liga Balkan.

Front Selatan (Ottoman versus Yunani)
Dibandingkan dengan wilayah lain, Yunani lebih banyak mengambil tempat diwilayah laut yang berupa pulau – pulau kecil. Pertempuran melawan Ottoman akhirnya pecah pada tanggal 22 Oktober 1912 di Celah Sarantaporo (sekarang berada di provinsi Thessaly, Yunani tengah) dengan kemenangan di tangan Yunani. Pasca pertempuran tersebut, Yunani mulai mencaplok wilayah – wilayah Ottoman di sebelah utara dan timur Yunani. Di laut, pasukan Yunani menduduki Pulau Lemnos dan menjadikan pulau tersebut sebagai markas garis depan untuk memblokade Selat Dardanelles supaya armada Yunani bisa leluasa menguasai pulau – pulau di Laut Aegea, laut yang terletak di timur Yunani dan sebalah barat Dardanelles.

Karena terdesak dari laut dan darat, pasukan Ottoman yang berada di Saloniki (sekarang terletak di Yunani timur dan bernama Thessaloniki) akhirnya menyerah pada tanggal 8 November. Kesuksesan dalam mencaplok wilayah timur Balkan membuat Yunani mengalihkan pandangan selanjutnya yaitu ke pesisir barat Balkan, kota Ioannina. Upaya perebutan kota Ioannina berlangsung alot, baru pada bulan Maret 1913, Ioannina dapat ditaklukkan. Dilain sisi, Selat Dardanelles, armada laut Ottoman sempat menyerang armada Yunani pada tanggal 18 Desember 1912 untuk menghentikan blokade, namun gagal dan Yunani tetap melakukan blokade di laut Yunani terhadap Selat Dardanelles.

Ketika perang melawan Ottoman belum benar – benar berakhir, timbul percekcokan antara Yunani dan Bulgaria atas pembagian wilayah taklukan. Percekcokan tersebut kemudian membuahkan perang di dekat Sungai Angitis (kini terletak di Yunani Utara) pada Mei 1913. Akibat konflik ini, lantas membuat Yunani melakukan perjanjian rahasia dengan Serbia yang sama – sama memiliki masalah dengan Bulgaria perihal Makedonia. Hasilnya, berdasarkan Traktat Saloniki yang diresmikan pada tanggal 1 Juni 1913, Serbia dan Yunani sepakat saling membantu apabila kedua negara tersebut diserang Bulgaria.

PERUNDINGAN DAMAI LONDON (1912-1913)
Pecahnya Perang Balkan I membuat negara – negara adidaya Eropa Barat merasa khawatir akan keikutsertaan Rusia dalam perang tersebut dan memanfaatkan Perang Balkan I sebagai akses mendapatkan Laut Mediterania yang airnya tidak pernah membeku sepanjang tahun. Kebetulan baik Rusia maupun negara – negara Balkan sama – sama berpenduduk mayoritas Kristen Ortodoks. Kekhawatiran terbesar ditunjukkan negara Austria-Hongaria yang memang memiliki sebagaian besar wilayah di Balkan. Hal ini lantas memaksa Austria-Hungaria untuk membujuk negara – negara yang terlibat dalam Perang Balkan I guna menjalani perundingan damai di London, Inggris supaya situasi tersebut tidak bertambah rumit.

Perundingan London pertama kali digelar pada tanggal 3 Desember 1912 dan ditandai dengan pernyataan gencatan senjata sementara dari negara – negara yang terlibat dalam Perang Balkan. Namun, pada bulan Januari 1913 terjadi kudeta di Ottoman oleh kelompok nasionalis Turki Muda. Rezim Ottoman yang baru pasca kudeta kembali menaikkan tensi di wilayah Balkan karena keengganan rezim baru dalam keikutsertaan deklarasi damai di London. Namun, negara – negara adidaya Eropa Barat tidak ambil pusing terkait hal tersbut dan tetap memaksa negara – negara Balkan untuk melakukan perundingan perdamaian. Yang menjadi fokus selanjutnya adalah bagaimana pembagian wilayah hasil taklukan Liga Balkan yang pasca perang berakhir.

Hasil perundingan negara Balkan yaitu disepakatinya Traktat London pada tanggal 30 Mei 1913. Berdasarkan traktat tersebut, negara – negara yang teribat perang setuju untuk menghentikan perang dan garis batas antara sisa – sisa wilayah Ottoman dengan wilayah taklukan Liga Balkan selanjutnya menjadi batas resmi wilayah Ottoman. Namun, Traktat London gagal dalam menentukan wilayah taklukan kekuasaan masing – masing negara Balkan. Masalah inilah yang kemudian menyebabkan meletusnya Perang Balkan II sebulan pasca ditetapkannya Traktat London.

PERANG BALKAN KEDUA (1913)
Pada tanggal 29 Juni 1913, pasukan Bulgaria melakukan invasi ke arah barat dan barat daya. Tepatnya ke Makedonia yang saat itu dikuasai Serbia dan Yunani secara terpisah. Bulgaria mengharapkan ketidaksiapan kedua negara dan mendapatkan wilayah seluas mungkin sebelum negara – negara adidaya Eropa ikut campur. Namun serangan tersebut ternyata malah berujung bencana. Di wilayah Bregalnica, pasukan Bulgaria harus mengakui kekalahan dari Serbia dan Montenegro. Sementara di Kilkis dan Saloniki, pasukan Bulgaria dipukul mundur Yunani.

Saat pasukan Bulgaria harus berjibaku dengan bekas sekutunya di barat, Rumania selaku negara tetangganya di sebelah utara menyatakan perang kepada Bulgaria pada tanggal 10 Juli karena menginginkan wilayah Silistra yang berada di bagian timur laut Bulgaria. Untuk menginvasi wilayah tersebut, Rumania memecah pasukannya dalam dua kelompok. Salah satu pasukannya digerakkan menuju ibukota Sofia yang terletak di Bulgaria barat. Disisi lain, pasukannya ditugaskan menguasai Bulgaria timur laut. Invasi ini berjalan sangat lancar karena Bulgaria sudah terlanjur mengkonsentrasikan kekuatan pasukannya untuk menyerang Serbia dan Yunani.

Diinvasinya Bulgaria oleh Rumania membuat Ottoman terpancing untuk ikut berperang melawan Bulgaria dan mendapatkan kembali wilayahnya yang hilang semasa Perang Balkan I. Maka, begitu melihat prajurit Ottoman yang datang ke arah mereka, pasukan Bulgariapun memilih mundur sehingga Adrianople dan Thracia timur dapat kembali menjadi wilayah Ottoman tanpa pertumpahan darah. Dikepung dari segala arah dan terancam kehilangan negaranya sendiri, Ferdinand I selaku raja Bulgaria lantas meminta bantuan kepada Rusia supaya mau menengahi pihak – pihak yang bertikai.

KONDISI PASCA PERANG
Pada tanggal 30 Juli dilakukan perundingan damai antara pihak – pihak yang terlibat dalam Perang Balkan II dimulai di Bukares, Rumania. Ottoman adalah satu – satunya negara yang tidak ikut serta dalam perundingan damai karena dilarang oleh Rumania. Hasilnya, pada tanggal 10 Agustus dicapailah Traktat Bukares yang memastikan batas – batas wilayah masing – masing negara. Serbia adalah negara yang paling diuntungkan dari Traktat Bukares karena wilayahnya bertambah 2 kali lipat. Bulgaria sendiri menjadi pihak yang paing dirugikan karena wilayahnya banyak dicaplok bagian utara diserahkan ke Rumania, mereka hanya mendapat sedikit wilayah Makedonia sehingga wilayah Bulgaria di wilayah barat sedikit bertambah.

Pasca diresmikan Traktat Bukares, Bulgaria melakukan perundingan dengan Ottoman mengenai batas – batas wilayah masing – masing negara. Buah dari perundingan tersebut adalah keluarnya Traktat Konstantinopel pada tanggal 30 September dimana traktat ini memastikan kalau Adrianople beserta wilayah timurnya menjadi hak milik Ottoman. Bagi kaum Turki Muda, Traktat Konstantinopel dianggap sebagai kesuksesan karena telah mengembalikan sebagian besar sisa – sisa wilayah Rumelia di sebalah tenggara hanya dalam kurun waktu beberapa bulan pasca kekalahan memalukan Perang Balkan I, sekaligus memastikan kalau Ottoman tetap memiliki pengaruh signifikan dalam dinamika politik Balkan.

Berakhirnya Perang Balkan II ternyata merupakan pemantik dari perang dunia yang lebih besar. Setahun pasca Perang Balkan Kedua, putra mahkota Austria-Hongaria dibunuh oleh ekstrimis Serbia sehingga Austria-Hongaria menyatakan perang pada Serbia dan pecahlah Perang Dunia I. Negara – negara Balkan sekali lagi terpecah dalam dua kubu. Kubu Bulgaria dan Ottoman tergabung dalam Blok Sentral, sedangkan Serbia, Montenegro dan Rumania berada di Blok Sekutu. Yunani bersikap netral, namun menyusul lengsernya raja Yunani, Constantine I, pada tahun 1917 akibat tekanan negara – negara Sekutu, kemudian Yunani bergabung dengan Blok Sekutu.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah