Salah satu paham yang cukup bisa dikatakan paling otoriter adalah paham fasisme. Paham Fasisme memiliki pandangan yang mengedepankan bangsanya sendiri dan memandang rendah bahasa lainnya. Paham ini memiliki sifat ultra nasionalis, militeris, rasis, dan imperialis yang dapat menghambat proses multikulturalisme. Ideologi fasisme melakukan gerakan radikal nasionalis otoriter politik yang berusaha untuk mengatur bangsanya menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem ekonomi politik. Dasar fasisme adalah kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan memiliki kemampuan untuk melakukan kekerasan serta peperangan untuk menekan oposisi.
Awal terbentuknya paham fasisme dimulai dalam Perang Dunia I oleh sindikalis nasional Italia yang menggabungkan sayap kanan dan sayap kiri pandangan politik. Banyak anggapan bahwa kecondongan paham ini adalah pada sayap kanan di awal 1920-an. Mereka menganggap tingginya kekerasan, militerisme, dan perang dapat memberikan perubahan yang positif untuk masyarakat dengan tujuan memberikan renovasi pendidikan, spiritual, dan menanamkan keinginan untuk mendominasi dalam karakter orang. Menurutnya,kekerasan dan perang dapat menciptakan regenerasi semangat, vitalitas, dan nasional. Orang-orang maupun negara yang menganut paham ini akan anti dengan komunisme, individualis, demokratis, parlemen, liberal, borjuis, konservatif, proletar, dan kapitalis. Konsep-konsep seperti materialisme, egalitarianisme, dan rasionalisme yang menjunjung tindakan, hirarki, disiplin, semangat, dan keinginan pun ditolak mentah-mentah oleh paham fasisme.
Ciri-ciri paham fasisme di antaranya adalah tidak rasional, tidak mengakui oposisi, tidak mengakui persamaan derajat manusia, totalitarisme, pemerintah oleh kelompok elite, dan rasialisme. Pengikut dari paham ini menjadi massa yang seragam untuk kepemimpinan otoritas absolut. Gerakan militer menjadi suatu gerakan dan aktivitas yang penting bagi paham ini karena fasisme selalu berada dalam bayangan bahwa negara dalam keadaan bahaya dan musuh siap menyerbu di mana-mana. Musuh dan oposisi bagi paham fasisme dikontruksi dalam sebuah kerangka ideologi dan konspirasi. Paham fasisme juga merupakan ideologi identitas di mana sebuah unsur haruslah bersifat murni dan bebas dari unsur-unsur yang menganggap sebagai unsur yang tidak asli.
Struktur ekonomi yang dijalankan oleh paham fasisme biasanya memiliki struktur ekonomi kapitalis berjalan yang mana paham ini menempatkan manusia sebagai alat pembangunan negara. Warga biasa tidak akan sadar bahkan tidak peduli dengan hirarki ekonomi-politik lantaran elit politik dan elit ekonomi bekerja sama dengan ideologi bangsa ultra nasionalis. Pembentukan partai tunggal negara totaliter yang memiliki tujuan untuk memobilisasi massa suatu bangsa agar tercipta “manusia baru” yang sesuai dan ideal bagi paham fasisme ini. Pada dasarnya para fasisme berniat menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk propaganda bahkan genosida demi tercapainya tujuan yang mereka impikan.
Beberapa contoh kejadian dalam negara-negara yang memiliki propaganda paham fasisme, seperti di bawah ini:
- Naziisme Jerman yang memiliki tujuan berupa kejayaan Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler yang menyebut dirinya sebagai Fuhrer atau pemimpin. Menurut Hitler Jerman adalah ras arya yang ditakdirkan untuk berkuasa atas bangsa-bangsa lainnya.
- Fasisme Italia yang dipimpin oleh Benito Musollini yang merupakan seorang mantan guru dan wartawan pada tahun 1919. Munculnya golongan fasisme ini diawali karena keadaan negerinya yang sangat buruk pasca kemenangannya dalam Perang Dunia I.
- Militerisme Jepang yang diawali dengan adanya inovasi dalam berbagai bidang termasuk militer yang dipelopori oleh Mutsuhito atau Meiji Tenno. Susunan angkatan darat dan angkatan laut negara ini pun berkiblat pada Jerman.