Pengertian dan Fungsi Punden Berundak

Rahmad Ardiansyah

Punden berundak adalah salah satu hasil kebudayaan pada masa batu besar atau megalithikum. Punden berundak berupa bangunan bertingkat yang tersusun atas batu – batuan yang dihubungkan tanjakan kecil sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden berundak tersusun atas tiga tingkatan dimana masing – masing tingkatan memiliki makna tersendiri. Tingkatan pertama pada punden berundak melambangkan kehidupan ketika masih dalam kandungan ibu, tingkatan kedua pada punden berundak melambangkan kehidupan di dunia saat ini. Sedangkan pada tingkatan ketiga melambangkan kehidupan manusia setelah meninggal. Biasanya di setiap tingkat terdapat menhir.

Penemuan punden berundak banyak dijumpai di Kosala dan Arca Domas Banten, Cisolok Sukabumi, serta Pugungharjo di Lampung. Dalam perkembangan selanjutnya, punden berundak berakulturasi dengan budaya Hindu Buddha yaitu sebagai dasar candi, kerantin, atau bangunan keagamaan lainnya.

Penerapan Punden Berundak dalam Agama Hindu, Buddha dan Islam

Punden berundak merupakan budaya asli Indonesia. Bentuk punden berundak dapat ditemukan di Candi Borobudur yang merupakan hasil akulturasi budaya lokal dengan budaya Hindu Buddha pada candi. Pengaruh punden berundak juga dapat dilihat dalam bangunan bangunan masjid dimana terdapat punden berundak pada tangga yang tersusun mengelilingi bangunan utama. Selain pada bangunan Islam dan Hindu Buddha, monumen nasional juga mendapat unsur punden berundak yang ditunjukkan pada bangunan monas. Pada bangunan monas terdapat punden berundak yang terdapat di bawah cawan.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah