Disebut zaman batu baru karena peralatan batu yang ditemukan memiliki bentuk baru, yaitu sudah diolah halus, merupakan pengaruh kebudayaan bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) yang bermigrasi dari Yunan, China Selatan, ke wilayah Indonesia pada tahun kurang lebih 2000-1500 SM. Diperkirakan bangsa ini menurunkan Suku Sasak, Dayak, Toraja, dan Nias. Peralatan neolithikum berkaitan erat dengan terjadinya revolusi kemampuan baru dari mengumpulkan makanan secara alami menjadi menghasilkan dan mengolah makanan sendiri (food producing).
Ciri kehidupan zaman batu baru sebagai berikut :
a. Teknologi
Berkembang kemampuan baru untuk mengolah halus peralatan batu di kedua sisinya (befacial), pengaruh dari kebudayaan Bacson Hoabinh yang dibawa bangsa Proto Melayu. Dengan demikian unsur estetika (keindahan) semakin menjadi pertimbangan dalam pengolahan alat. Terdapat dua jenis kapak neolitik, yaitu Kapak Persegi dan Kapak Lonjong.
Kapak persegi atau beliung juga disebut Neolitikum Barat, menyebar di Indonesia bagian barat, dari Bacson Hoabinh (Yunnan) ke Semenanjung Malaka, melalui Sumatera hingga Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Nusa Tenggara Timur. Sedangkan kapak lonjong atau disebut Neolitikum Timur, menyebar dari Bacson Hoabinh (Yunnan) ke Indonesia, P.Formosa, kepulauan Filiphina, Maluku, Sulawesi, hingga Papua. Hingga kini penduduk suku pedalaman Papua, diantaranya Suku Asmat, masih menggunakan kapak lonjong sebagai alat keseharian dan menjadi budaya suku bangsa Papua. Ole karena itu, kapak lonjong disebut juga Kapak Papua.
*perbedaan kapak persegi dan lonjong terletak pada batu yang ada pada tangkai
b. Kehidupan sosial dan ekonomi
Peradaban besar pada zaman batu muda adalah adanya revolusi besar kemampuan dari food gathering ke food producing, melalui upaya bertani, beternak dan mengawetkan makanan. Kemampuan bertani telah jauh berkembang dengan dilakukannya teknik bersawah dengan sistem pengairan yang mulai tertata dengan baik. Mereka juga memelihara ternak, baik dengan tujuan untuk sekedar kesukaan, menemani atau diambil daging dan hasilnya. Sedangkan kemampuan mengawetkan makanan ditempuh dengan cara pengeringan, pengasapan dan pengasinan. Kemampuan mengolah dan menghasilkan makanan ini berkaitan erat dengan cara hidup menetap (sedenter/sedentary). Mereka mulai bertempat tinggal menetap dengan rumah – rumah sederhana dari dahan pepohonan dan atap dedaunan. Organisasi kemasyarakatan berkembang dengan munculnya kelompok penguasa. Kelompok ini menjadi cikal bakal pemerintah, yaitu pemerintahan kesukuan yang dipimpin oleh kepala suku dan dipilih dengan hukum rimba, yaitu didasarkan pada siapa yang paling kuat. Pembagian kerja dalam masyarakat juga semakin kompleks, didasarkan jenis kelamin, usia, kemampuan membuat peralatan hingga mata pencaharian. Berdasarkan corak kehidupan ekonomi masyarakatnya, periode ini juga sering disebut sebagai periode bercocok tanam.
c. Hasil budaya
Zaman batu muda menghasilkan dua kebudayaan yaitu kebudayaan neolitikum barat berupa kapak persegi atau beliung yang tersebar di Indonesia bagian barat dan neolitikum timur berupa kapak lonjong yang tersebar di Indonesia bagian timur, utamanya di Papua, sehingga sering disebut kapak Papua. Kedua jenis peralatan tersebut telah diolah halus dikedua sisinya, mendapatkan pengaruh kebudayaan Bacson Hoabinh dari daerah yunnan, perbatasan China Selatan dengan Vietnam.
d. Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan pada masa ini telah semakin berkembang dengan munculnya dinamisme, yaitu kepercayaan bahwa benda – benda tertentu memiliki kekuatan gaib, yang dapat mempengaruhi hidup manusia. Dasar – dasar dinamisme telah ada sejak zaman batu tengah. Pada zaman ini, disamping sebagai alat kerja, kapak batu persegi (beliung) juga digunakan dalam ritual pemakaman orang meninggal sebagai bekal kubur. Perkembangan sistem kepercayaan memuncak dengan munculnya animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, bahwa orang yang telah meninggal, jasadnya saja yang tidak berfungsi, tetapi rohnya tetap hidup dan tinggal bersama masyarakat.