Catatan Perjalanan Fa-Hien Serta Sejarah Hidupnya

Rahmad Ardiansyah

Fa Hien atau disebut sebagai Fa Hsien adalah seorang biarawan asal China sekaligus penjelajah pada abad ke-5 masehi. Ia merupakan salah satu dari orang-orang yang telah melaporkan atas keberadaan beberapa negara di masa awal era Hindu – Budha di Indonesia. Selain itu, ia juga mempunyai marga bernama Kung dan berasal dari kawasan Wu Yang yang berada di Ping Yang dan termasuk sebagai salah satu nama departemen ternama di Provinsi Shan Si.

Catatan perjalanan Fa-Hien berawal dari dirinya mempunyai 3 kakak laki-laki namun mereka sudah meninggal sebelum gigi pertamanya akan tumbuh. Sang ayah meminta dirinya untuk melayani di kawasan Budha dan menyuruhnya untuk menjadi seorang samanera. Akan tetapi, Fa-Hien kala itu mengalami sakit yang sangat serius dan harus dibawa ke biara untuk segera mendapat penanganan lebih lanjut dan usai pulih dirinya memutuskan untuk tidak kembali ke rumahnya.

Kemudian, sekitar tahun 399 hingga 414 masehi ia akhirnya pergi ke Khotan, yakni sebuah kota yang berada di Indonesia dan ia melihat sekaligus berperan sebagai saksi atas festival agama Budha yang menakjubkan serta ditemani Raja Hiu maupun para penganut agama Budha mana pun. Setelah itu, ia pun berkunjung ke beberapa wilayah tertentu seperti Kshmir, Kabul, Kandahar serta Punjab, lalu pergi ke India bagian tengah dan ia pertama kali menginjakkan kakinya di sana pada tahun 405 usai 6 tahun melancong.

Fa-Hien sudah tinggal di India selama 10 tahun demi menemukan Salinan Vinaya Pitaka secara utuh dan mengumpulkannya agar dapat mengetahui kebenarannya dan menerjemahkan ke dalam bahasa Cina bersama Sramana Buddha Bhadra, yakni seseorang asal Idia. Ia akhirnya pergi ke Ceylon yang merupakan lokasi dimana ia menyalin beberapa teks yang sakral. Catatan perjalanan Fa-Hien kemudian berlanjut ke Pulau Jawa dan tiba di Negeri Tirai Bambu tahun 414. Ketika berada di rumahnya di Cina, ia menulis seputar perjalanannya yang berjudul ‘”Memoirs of Eminent Monks” serta “Memoirs of Marvellous Monks”. Tulisan yang ia ciptakan menjelaskan seputar beberapa tempat sakral maupun benda tertentu bagi penganut agama Budha yang menjadi agama paling banyak diyakini sebagian besar masyarakat India kala itu. Seusai Fa-Hien kembali ke negara asalnya, ia mampu menerjemahkan Vinaya Pittaka dan menuju ke Biara Sin yang merupakan tempat dirinya meninggal dunia saat ia menginjak usia 88 tahun, sedangkan kisah perjalanannya masih menjadi perbincangan hangat hingga kini.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah