Model- model kurikulum terdiri dari empat macam yaitu:
1. Kurikulum Subjek Akademis
Model kurikulum subjek akademis, yaitu model kurikulum tertua dan sangat praktis mudah disusun, dan mudah digabungkan, serta .mengutamakan isi (subject matter) yang merupakan kumpulan dari bahan ajar atau rencana pembelajaran. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplin para ahli, masing- masing telah mengembangkan ilmu secara sisematis, logis dan solid. Para pengembang kurikulum tidak susah – susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tingga memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli displin ilmu, kemudian mengorganisasikan secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya.
Ditinjau dari isinya, Sukmadinata (2005:84) mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi empat kelompok besar:
1. Correlated curriculum.
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu peajaran dikorelasikan denga pelajaran lainnya.
2. Unified atau concentrated curriculum
Pola organisasi bahan peajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3. Integrated curriculum Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4. Problem solving curriculum Pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampian yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.[1] Pada kurikulum model ini, guru cenderung lebih banyak dimaknai sebagai seseorang yang harus ”digugu” dan ”ditiru”. Menurut Idi (2007:126), ada empat cara dalam menyajikan pelajaran dari kurikulum model subjek akademis.
- Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan dari yang lebih mudah hingga ke materi yang lebih sulit. Sebagai contoh, dalam pengajaran pada jenjang kelas yang rendah diperlukan alat bantu mengajar yang masih kongkret. Hal ini dilakukan guna membentuk konsep riil ke konsep yang lebih abstrak pada jenjang berikutnya. Dalam Matematika, misalnya, konsep penjumlahan selalu disampaikan terlebih dahulu sebelum konsep perkalian, karena perkalian untuk bilangan bulat positif dapat dipandang sebagai penjumlahan berulang dari bilangan tersebut.
- Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat. Untuk memahami suatu konseptertentu diperlukan pemahaman konsep lain yang telah diperoleh atau dikuasai sebelumnya. Perhatikan 3 x 4, yang mempunyai makna 4 + 4 + 4. Seseorang hanya bisa menghitung perkalian tersebut jika telah memahami dengan baik makna dari penjumlahan. Dengan demikian penjumlahan merupakan prasyarat untuk perkalian.
- Pendekatan yang digunakan cenderung induktif, yaitu disampaikan dari hal-halyang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
- Urutan penyajian bersifat kronologis. Penyampaian materi selalu diawali dengan menggunakan materi-materi terdahulu. Hal ini dilakukan agar sifat kronologis/urutan materi tidak terputus.[2](Yus M Cholily.
MODEL KURIKULUM:
6)Karakteristik kurikulum :
l kurikulum menekankan isi/materi ajaran
l isi kurikulum berasal dari disiplin ilmu (solid-sistematis)
l peranan guru sangat dominan
l penyajian : ekspositori & inkuiri
2. Kurikulum Humanistik
Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Bahwa anak itu memiliki potensi, punya kemampuan, dan punya kekuatan untuk berkembang. Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur afeksi. Pendidikan ini diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh, bukan saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain). Hal ini menandakan bahwa pendekatan ini berpegang pada prinsip peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Penganut model kurikulum ini beranggapan bahwa siswa merupakan subjek utama yang mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan yang bisa dikembangkan. Hal ini sejalan dengan teori Gestalt yang mengatakan bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh (Sukmadinata: 2005:86). Pendidikan yang menggunakan kurikulum ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah. Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan dianggap sebagai unit proses yang dinamis serta merupakan upaya yang mampu mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. Karena itu, seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan perkembangan dari aspek kognitif, estetika, dan moral.
Dalam proses penerapan di kelas, kurikulum humanistik menuntut hubungan emosinal yang baik antara guru dan siswa. Guru harus bisa memberikan layanan. yang membuat siswa merasa aman sehingga memperlancar proses belajar mengajar. Guru tidak perlu memaksakan segala sesuatu jika murid tidak menyukainya. Dengan rasa aman ini siswa akan lebih mudah menjalani proses pengembangan dirinya. Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang lebih mementingkan proses dari pada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang mandiri. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk mengembangkan potensinya. Dalam evaluasinya, guru lebih cenderung memberikan penilaian yang bersifat subyektif.[3]
3. Kurikulum Rekontruksi Sosial
Kurikulum ini lebih memusatkan pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidika internasional. Dalam aliran ini kurikulum merupakan sebuah kerjasama. Pandangan rekontruksi sosial di dalam kurikulum dimuai sekitar tahun1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep- konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah- masalah sosial. Setelah diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
Pada rekontruksionis tidak mau terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsesus sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melaui prosedur demokrasi. Para rekontruksionis sosial menentang intimidasi, menakut nakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah- masalah sosia yang mendesak (crusial) dan kerja sama atau bergotong royong untuk memecahkannya.[4]( 92 )
· Desain kurikulum Rekontruksi Sosial.
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini:
a) Asumsi Tujuan utamanya adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan- hambatan atau gangguan- gangguan yang dihadapi manusia.
b) Masalah- masalah sosial yang mendesak
c) Pola- pola organisasi Pola organisasi disusun seperti sebuah roda. Di tengah- tengah sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama yang dibahas secara pleno. Topik- topik yang dibahas tersebut merupakan jari- jari. Semua kegiatan jari- jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai.
· Komponen-komponen Kurikulum
Kurikuum rekontruksi sosial ini memiliki komponen – komponen yang sama dengan model kurikulum lain, namun isi dan bentuk- bentuknya
berbeda.
- Tujuan dan isi kurikulum
Bahwa tujuan serta isi kurikulum selalu mengalami perubahan setiap tahunnya hal ini disebabkan demi mengikuti perkembangan jaman serta kecanggihan teknologi yang ada. - Metode
Metode yang digunakan mementingkan minat dan bakat alami yang dimiliki oleh siswanya - Evaluasi
Dalam evaluasi siswa dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan
4. KurikulumTeknologi
Terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi yang dihasilkan. Demikian pula sebaliknya, kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan juga terhadap perkembangan model konsep kurikulum. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak ( software) dan perangkat keras ( hardware) penarapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technologi),
sedangkan penerapan teknologi perangjat lunak disebut juga teknologi sistem (system technologi)
Ø Ciri-ciri kurikulum teknologi
· Tujuannya diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan menjadi hasil belajar siswa. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang bersifat khusus, yang didalamnya terkandung aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
· Metode pengajarannya bersifat individual, dimana setiap siswa mendapat tugasnya masing-masing sesuai dengan kemampuan tingkat belajarnya. Siswa yang kecepatan belajarnya bagus, sedang maupun lambat mendapat perhatian semua. Tetapi tak menutup kemungkinan para siswa mendapat tugas yang bersifat kelompok untuk mengurangi rasa individual mereka supaya merangsang rasa sosialisasi. Penyampaian materi pada umumnya hanya penegasan kepada para siswa materi yang dipelajari, selanjutnya para siswa belajar mandiri dengan buku-buku dan bahan ajar lainnya.
· Bahan ajar atau isi
kurikulum diambil dari disiplin ilmu, dengan diramu sedemikian rupa sehingga memudahkan penguasaan suatu kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang kecil sesuai dengan urutannya. Penjabaran seperti ini memudahkan penyampaian materi yang hendak dicapai. Sesuai dengan landasannya, kurikulum teknologi lebih ditekankan
pada sifat ilmiah.
· Evaluasi dapat dilakukan kapan saja, setelah siswa mendapat topik pelajaran siswa dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi sebagai umpan balik untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menerima dan memahami topik yang telah disampaikan. Bentuk evaluasi pada umumnya obyektifitas.
Seperti halnya model kurikulum yang lain, model kurikulum ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengajaran yang menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan teknologi baru secara umum lebih menyenangkan. Dari sisi pelaksanaanya model pengajaran ini pengusaaan siswa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain. Namun demikian, model pengajaran ini memiliki keterbatasan. Model kurikulum ini kurang bias melayani siswa dengan bakat yang berbeda. Model ini cenderung seragam dengan menggunakan alat yang ada. Keberhasilan siswa tergantung pada teknologi dan juga perasaan mereka terhadap hal tersebut, bila tanggapan siswa positif maka pengusaan materi lebih cepat dan meningkat cepat pula. Model kurikulum teknologi disesuaikan dengan pemikiran pendidikan. Model ini sangat mengutamakan penguasaan dan pembentukan kompetensi. Model kurikulum teknologi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang, kurikulum ini juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi besar dijadikan kompetensi yang lebih kecil sehingga perilaku-perilaku siswa dapat diamati atau diukur.
Ø Jenis teknologi
a. Teknologi cetak
b. Teknologi Audio-video
c. Teknologi berbasis komputer
d. Teknologi terpadu