Candi Deres, Jember, Jawa Timur

Rahmad Ardiansyah

Candi Deres terletak di Desa Purwosari, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Peninggalan berupa reruntuhan bangunan ini ditemukan pada tahun 1980an. Bangunan tersebut terbuat dari batu bata besar khas Kerajaan Majapahit. Bangunan yang diduga telah lama didirikan tersebut kini dicengkeram dan ditopang oleh pohon beringin.

Sejarah Pendirian Candi Deres

Candi Deres diduga didirikan pada masa Raja Hayam Wuruk. Pendirian bangunan ini ada kemungkin dilakukan ketika melakukan perjalanan panjang atau tirtayatra pada tahun 1359. Raja Hayam Wuruk tersebut melakukan perjalanan keliling Jawa Timur dengan jarak tempuh sekitar 1700 kilometer.

Kisah perjalanan tersebut bahkan tertulis dalam Kitab Negarakretagama oleh Mpu Prapanca, seorang Petinggi Agama Budha, Dang Acarya Nadendra dan Sastrawan Istana. Mpu Prapanca yang menulis perjalanan tersebut bahkan diduga ikut mendampingi perjalanan Raja Hayam Wuruk dalam mengitari Jawa Timur.

Perjalanan keliling Jawa Timur dilakukan melewati beberapa desa yang hingga saat ini beberapa Namanya belum berubah. Diantaranya, Desa Kunir dan Bondoyudho, Lumajang; Desa Sadeng dan Sarampwan, Puger Jember; Desa Balung dan Kuta Blater, Jember; Desa Kuta Bacok, Watu Ulo/Jember; Desa Renes, Wirowongso Jember; serta Desa Basini, Besini/Jember.

Selanjutnya, Raja Hayam Wuruk dan Mpu Prapanca menuju wilayah Tigang Juru. Wilayah tersebut biasa dikenal dengan wilayah tapal kuda. Selama perjalanan keliling Jawa Timur, pembangunan candi dimulai ketika tiba disekitar Desa Basini dan Sadeng. Pembangunan Candi Deres tersebut dapat ditandai dengan penggunaan batu bata merah khas Majapahit.

Batu bata Majapahit tersebut dapat ditandai dengan ciri guratan motif sulur melengkung dan memanjang seperti hasil guratan jari. Batu tersebut bahkan memiliki bentuk ukuran yang sangat besar. Batu bata yang digunakan juga dilakukan dengan proses pembakaran yang baik. Untuk itu, bahan tersebut memiliki kualitas yang kuat dan mampu bertahan hingga saat ini.

Kondisi Candi Deres

Pengaruh berbagai faktor lingkungan dan aksi vundalisme yang menimpa candi ini mengakibatkan bangungan menjadi ambruk. Pemerintah bahkan khawatir untuk merekontruksi bangunan tersebut karena memiliki struktur dasar yang sudah rapuh. Candi Deres juga hanya menyisakan batu reruntuhan candi yang bertumpuk diamit oleh pohon pada lahan seluas 10×7 meter.

Kehancuran bangunan ini bahkan sempat diperparah oleh kejadian pada tahun 1966. Pasalnya, berbagai sentimen suku, ras dan agama menyebabkan bangunan candi ini menjadi sasaran empuk bagi beberapa orang yang tidak menyukai keberadaannya. Basuki Rahmad, Petugas BPCB bahkan mengungkapkan adanya penemuan tulang binatang, tengkorak manusia dan benda sejarah di tempat tersebut.

Candi Deres sudah tak terbentuk lagi ini pada dasarnya adalah candi yang diakui oleh negara pada masa Kerajaan Majapahit. Candi ini bahkan tertulis dalam Kitab Negarakertagama sebagai salah satu dari 27 jumlah candi yang lainnya. Kajian literatur tentang bangunan ini juga mengungkapkan adanya fungsi awal bangunan Candi Deres sebagai tempat pemujaan dan pendarmaan atau pemakaman.

Candi Deres bahkan termasuk satu-satunya situs budaya di Jember yang berbentuk candi. Candi Deres memiliki lokasi pasti di area persawahan Desa Purwoasri. Untuk melestarikan budaya dan menanamkan nilai sejarah bangunan ini, Kerjasama dengan dinas pariwisata harus segera digalakkan. Sisa batu bangunan kuno klasik dari Candi Deres bahkan memang sengaja dibiarkan tanpa ditata ulang.

Sayangnya, pembangunan objek wisata dalam rangka pelestarian Candi Deres harus dilakukan dengan seksama. Pembangunan tersebut sebaiknya dilakukan dengan cara memberikan akses jalan yang terjangkau bagi pengunjung. Tokoh masyarakat yang berani mengkampanyekan strategi ini bahkan meminta pemerintah daerah untuk membangunan wisata dalam menaikkan omzet desa.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Deres

http://kuliahkaryawan.i-tech.ac.id/id1/3053-2939/Candi-Deres_69009_kuliahkaryawan-i-tech.html

https://www.majalah-gempur.com/2015/10/kampanyekan-situs-candi-deres.html

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah