Candi Ngawen terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Candi Ngawen memiliki lokasi relatif sekitar 5 km berada di selatan Candi Mendut. Candi yang memiliki sebutan lain Venuvana atau dalam bahasa sansekerta berarti Hutan Bambu telah lama dibangun sejak 824 Masehi. Candi ini bahkan sering disebut dalam prasasti Karang Tengah.
Sejarah Penemuan Candi Ngawen
Penemuan Candi Ngawen di tempat ini dilakukan oleh seorang arkeolog Belanda, N. W. Hoepermans. Penemuan candi ini diawali dengan kondisi archa budha yang rusak dan terkubur di kaki Gunung Pring. Kemudian, rasa penasaran tersebut membuat arkeolog Belanda tersebut berusaha menggali hingga mencapai 2-3 meter.
Penemuan galian candi tersebut disampaikan kepada berbagai tokoh arkeolog yang ada. Penemuan tersebut bahkan menarik perhatian Van Erp untuk membantu menemukan berbagai struktur bangunan lain dari Candi Ngawen. Menariknya, candi ini ditemukan dalam kondisi tertutup pasir letusan Gunung Merapi dengan ketebalan 2 meter.
Bentuk Candi Ngawen
Candi Ngawen terdiri dari lima candi-candi kecil. Pasalnya, candi utama bangunan ini dihiasi dengan patung Budha yang ditemukan tidak memiliki kepala. Patung tersebut bahkan memiliki sikap duduk Ratna Sambawa dengan sikap tangan Bumi Sparca Mudra. Bentuk tersebut bahkan menunjukkan Dyani Budha Ratna Sambawa sebagai corak candi berlatar belakang agama Budha.
Meski demikian, patung singa yang menempati 4 sudut bangunan ini hampir menyerupai bangunan candi Hindu. Terlebih lagi bangunan ini tampak runcing. Namun, komponen candi berupa stupa dan teras berundak yang dihadirkan oleh Candi Ngawen menunjukkan simbol dalam candi Budha.
Struktur bangunan Candi Ngawen bahkan sangat menyerupai Candi Mendut. Candi ini memiliki 5 bangunan candi dengan letak berderet. Terdapat dua candi induk sebagai candi utama. Sedangkan tiga candi lainnya merupakan candi apit yang berfungsi sebagai bangunan pendamping candi induk.
Bangunan candi yang berjajar tersebut bahkan mengarah ke utara hingga selatan. Candi ini memiliki denah bujur sangkar yang bisa digambarkan dengan Candi Ngawen I, II, III, IV dan V. Kemudian, anda dapat menemui ukuran dan bentuk konstruksi bangunan yang sama pada Candi Ngawen II dan IV. Bentuk arsitektur bangunan ini bahkan melambangkan pembangunan gaya arsitektur abad ke-9 dan ke-10.
Candi Ngawen juga memiliki relief pada setiap sisi yang Nampak jelas. Anda bahkan dapat melihat ukiran unik yang membentuk ukiran kinara-kinari dan kala-makara. Lazimnya, kinara-kinari merupakan makhluk berwujud setengah manusia dan burung yang memiliki tugas sebagai penjaga kalpataru dan pertunjukan.
Gambaran relief atau ukiran kinara-kinari ini bahkan digambarkan mengapit kalpataru sebagai pohon kahyangan untuk menggantungkan segala asa dalam kehidupan. Pohon tersebut juga digambarkan dengan dahan yang menjuntai dengan berbagai macam perhiasan yang sangat indah. Untuk itu, kinara-kinari harus menjaga perhiasan tersebut dengan baik.
Selain itu, keunikan Candi Ngawen yang dihadirkan dalam penggunaan arsitektur ini juga terletak pada arca singa yang menopang empat sisi bangunan. Bentuk arca ini bahkan menyerupai lambing singa Negara Singapura yang bisa mengaliri air melewati mulut arca. Menariknya lagi, arca bentuk ini bahkan jarang ditemukan pada candi di Jawa, tetapi di kuil wilayah Mathura di India.
Candi Ngawen pada dasarnya memiliki fungsi yang sama sebagai tempat ibadah umat beragama Budha. Meski demikian, penggunaan Candi Ngawen sebagai tempat ibadah memiliki frekuensi yang sangat berbeda. Pasalnya, Candi Ngawen sangat jarang dikunjungi ketika hari biasa. Namun, candi ini masih dikunjungi pada masa tertentu, seperti perayaan hari waisak.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Ngawen
https://www.liputan6.com/regional/read/2973855/candi-ngawen-dijaga-empat-singa-misterius
https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah-candi_ngawen_53
http://warnainfo.blogspot.com/2012/06/candi-ngawen-magelang.html