Bima merupakan satu diantara lima pandawa yang ada di kisah epic Mahabarata. Dalam upaya mencari jati diri dan kesempurnaan, Bima harus mencari dan berjuang sendiri agar untuk mendapatkan jati diri siapa ia sebenarnya. Pertempuran pertama Bima yaitu ketika ia berhadapan dengan naga yang ada di tengah laut yang hendak memakan dirinya. Bima memenuhi perintah gurunya Rsi Durna untuk turun ke laut tanpa batas dan mengharuskannya tanpa membawa senjata apapaun yang ada hanya apa yang melekat di tubuhnya saja.
Menyanggupi perintah sang guru, Bima menerjuni lautan dan beradu sakti dengan sang naga. Bima hanya menggunakan “kuku Pancanaka” untuk beradu dengan naga. Ukuran tubuh dan kesaktian tidak menjadi patokan, semangat tinggi terhadap dharmanya yang kemudian menentukan siapa yang memenangkan pertempuran ini. Bima dengan tangguh melakukan perlawanan kepada sang naga walaupun dari segi tubuh sang naga jauh lebih besar. Dengan kuku Pancanaka Bima merobek tenggorokan sang naga dan membuat lautan memerah dengan darah sang naga.
Bima berteriak keras dan mengangkat kepala sang naga yang telah ia potong dengan kuku Pncanaka menandakan bahwa ialah sang pemenang dari pertempuran melawan naga, seakan mengabarkan kemenangannya ke seantero jagad. Samudera bergelombang keras karena naga – naga lain yang berlarian menghindari kemarahan Bima. Teriakan dan sorot matanya seakan petir dan badai yang maha dahyat yang mengaduk lautan bak kolam mainan. Bima melampiaskan kemarahannya yang selama ini terbendung. Darah ksatrianya mengalir dan tak mampu terbendung lagi oleh apapun.
Kahyangan utama berdegup kencang atas keperkasaan Bima dan tak ada seorang dewa pun yang berani menenangkannya. Tergopoh – gopoh Sang Bhatara Guru, raja dari para dewa melesat ke kahyangan pingitan tertinggi guna meminta Sang Hyang Wenang untuk menenangkan Bima dari nafsu amarahnya yang mengguncang jagat raya.