Kisah – Kisah Ganesha Sang Anak dari Dewa Siwa

Rahmad Ardiansyah

Dewa Ganesha termasuk dalam dewa yang populer selain dewa – dewa Trimurti seperti Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa pelebur atau penghancur). Telah banyak penemuan arca Ganesha di Indonesia terutama di Jawa. Diantaranya ada arca Ganesha yang berbentuk sederhana hingga arca Ganesha yang berbentuk rumit megah. Hal tersebut disesuaikan dengan tingkat keterampilan seniman dan kondisi ekonomi masyarakat pada tempat ditemukannya arca Ganesha tersebut.

Ganesha merupakan dewa berkepala gajah yang dianggap setengah dewa dan setengah manusia. Ganesha merupakan anak dari Dewa Siwa sang pelebur. Masyarakat Hindu percaya bahwa Ganesha merupakan perlambang dewa ilmu pengetahuan. Hingga saat ini, banyak candi, wihara maupun pura menempatkan arca Ganesha di dalamnya. Penempatan Ganesha tersebut bertujuan agar kelak anak – anak yang dilahirkan akan menjadi pintar dan berbakti kepada orang tuanya.

Arca Ganesha

Dewa Ganesha sangat dikagumi para pakar ikonografi karena bentuk , gaya seni, serta langgamnya yang beraneka ragam. Namun pada dasarnya, ciri utama Ganesha yaitu belalai yang sedang menghisap isi mangkuk yang ada di tangannya. Mangkuk yang ada di tangan Ganesha dipercaya merupakan cairan ilmu pengetahuan yang tak akan habis walaupun dihisap terus menerus oleh Ganesha. Hal ini dimungkinkan sebagai perlambang bahwa ilmu pengetahuan tidak akan habis apabila dipelajari secara terus menerus.

Karena kepopulerannya, ia juga dianggap sebagai penyingkir rintangan baik magis maupun fisik. Arca Ganesha biasanya ditempatkan di tempat – tempat berbahaya seperti di tebing, jurang dan lain – lain untuk menandakan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang rawan bencana serta sebagai perlambang keselamatan.

Pemujaan Dewa Ganeha disebut juga Ganapatya. Ganesha memiliki nama lain yaitu Ganapati yang berarti pemimpin dari para Gana. Gana merupakan makhluk kahyangan yang bertugas mengawal Dewa Siwa. Nama lain dari Ganesha diantaranya Ekadanta (hanya memiliki satu gading), Lambodara (berperut gendut), Vighneswara (penyingkir rintangan), dan Haremba (bertangan delapan).

Kisah – Kisah Dewa Ganesha

Kelahahiran Ganesha dan Dipenggalnya Kepala Ganesha oleh Dewa Siwa

Kitab Siwa Purana menjelaskan, dahulu kala Dewi Parvati, istri dari Dewa Siwa ingin mandi. Karena ia tidak ingin ada yang mengganggu ketika ia mandi, Dewi Parvati kemudian menciptakan seorang anak yang ia namakan dengan nama Ganesha. Dewi Parvati memberi tahu kepada Ganesha agar melarang siapapun yang akan masuk ke dalam rumahnya karena Dewi Parvati sedang mandi. Ganesha hanya boleh menuruti kata – kata Dewi Parvati. Pesan tersebut kemudian dilaksanakan oleh Ganesha.

Selang beberapa waktu, Dewa Siwa pulang dan hendak memasuki rumahnya, namun ia dihadang oleh Ganesha. Dewa Siwa mengatakan bahwa ia adalah suami dari pemilik rumah yang Ganesha jaga, namun Ganesha tetap bersikukuh bahwa tidak seorangpun boleh masuk ke rumahnya.

Dewa Siwa kehilangan kesabaran dan bertarung melawan Ganesha. Pertarungan terjadi dengan sengit diantara keduanya. Sampai akhirnya Siwa menggunakan senjata Trisulanya dan memenggal kepala Ganesha. Saat Dewi Parvati selesai mandi, ia menemukan anaknya, Ganesha sudah tak bernyawa dan dalam keadaan kepala terpenggal. Mengetahui hal tersebut Dewi Parvati sangat marah dan menuntut agar Ganesha dihidupkan kembali kepada Dewa Siwa.

Dewa Siwa termenung dan menyanggupi permintaan istrinya. Dewa Siwa kemudian menemui Dewa Brahma sang pencipta, ia bercerita tentang kejadian yang telah dialaminya dan meminta kepada Dewa Brahma untuk menghidupkan kembali Ganesha. Atas saran Dewa Brahma, Dewa Siwa diutus untuk memerintah abdinya yaitu Gana untuk memenggal hewan apapaun yang ia temui pertamakali dan menghadap ke utara.
Ketika sampai di dunia, hewan yang menghadap ke utara dan hewan pertama yang ditemui Gana adalah seekor gajah. Ketika akan dipenggal kepalanya, gajah tersebut memberontak hingga menyebabkan salah satu gadinganya patah. Pada akhirnya gajah tersebut dapat dikalahkan dan dipenggal oleh Gana untuk selanjutnya diserahkan kepada Dewa Siwa. Ganesha pun dihidupkan dengan wujud yang berbeda yaitu manusia berkepala gajah.

Ganesha Sang Anak yang Tampan

Dikisahkan Dewa Ganesha lahir atas inisiatif Dewa Indra dan para dewa lain, agar Siwa menciptakan seseorang untuk mengalahkan makhluk yang akan menghancurkan kahyangan. Siwa kemudian mengerahkan kekuatannya untuk menciptakan tokoh baru yaitu seorang anak yang lahir dari rahim Dewi Parvati. Anak tersebut diberi nama Vighneswara (penyingkir rintangan). Dikemudian hari ia akan diperintah untuk menghadapi para raksasa.

Dewi Parvati sangat bangga terhadap Vighneswara atas ketampanan anaknya. Dia bahkan mengundang para dewa untuk datang ke rumahnya dan menyaksikan ketampanan anaknya. Semua dewa kagum terhadap Vighneswara kecuali Sani. Sani tidak mau memandang Vighnesawara karena ia mendapat kutukan dari istrinya bahwa apa saja yang ia lihat akan berubah menjadi abu.

Dewi Parvati tetap meminta kepada Sani agar ia melihat anaknya. Akhirnya Sani menuruti apa kata Dewi Parvati dan kepala Vighneswara pun hancur menjadi abu. Dewi Parvati berduka. Untuk menghibur Dewi Parvati, Dewa Brahma menghibur Dewi Parvati dengan menghidupkan anaknya kembali melalui suatu prosesi. Brahma akan menghidupkan Vighneswara dengan mengganti kepala Vighneswara dengan hewan yang ditemui Brahma pertama kali. Ia pun turun ke dunia dan bertemu dengan gajah, maka digantinya kepala Vighneswara dengan kepala gajah.

Ganesha : Dewa Pertama yang Harus Disembah

Ganesha memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dewa lain. Semua sekte Hindu tidak terlepas dari pemujaan Dewa Ganesha. Berikut ini adalah cerita mengapa Ganesha dipuja semua sekte Hindu.

Alkisah dahulu Dewa Siwa pergi dari rumahnya untuk bertapa dan bermeditasi di Gunung Kailas (Gunung Himalaya). Ia meninggalkan Dewi Parvati bersama dua temannya yaitu Jaya dan Vijaya. Sepeninggal Siwa, Jaya dan Vijaya memberi saran kepada Parvati agar menciptakan seorang anak agar Dewi Parvati tidak lagi kesepian. Dewi Parvati kemudian menciptakan Vinayaka atau Ganapati yang kemudian menemani dirinya ketika ditinggalkan Siwa bertapa.

Suatu saat, Dewi Parvati menyuruh Vinayaka untuk menjaga rumah dan melarang siapa saja memasuki rumah karena ia akan mandi. Sesaat kemudian Siwa pulang kerumah dan mendapati seorang anak yang menjaga rumahnya. Karena telah mendapat mandat dari sang ibu, Vinayaka menolak Siwa yang akan memasuki rumahnya. Siwa sangat marah dan dilemparnya trisulanya hingga memotong kepala Vinayaka.

Ganesha meninggal sesaat kemudian dengan kepala yang terpenggal. Mendengar adanya pertengkaran Dewi Parvati keluar dari rumahnya dan mendapati anaknya Vinayaka meninggal dunia. Dia menangis. Dewa Siwa sadar ia telah melakukan kesalahan besar. Dewa Siwa kemudian mengirimkan prajuritnya untuk mencari pengganti kepala Vinayaka dengan hewan yang pertama kali mereka temui. Prajurit suruhan Siwa kemudian bertemu dengan seekor gajah. Dipenggallah kepala gajah tersebut dan diserahkan kepada Siwa. Degan kekuatannya, Siwa kemudian menghidupkan Vinayaka beserta kepala gajah yang menggantikan kepala Vinayaka. Vinayaka hidup kembali, para dewa memberkati anak tersebut dengan anugerah bahwa siapa saja yang menyembah Vinayaka pertama kali akan mendapat anugerah dan mereka yang tak menyembahnya akan mendapat rintangan dan tida mendapat keberhasilan.

Hal inilah yang menjadi sebab mengapa Dewa Ganesha disembah pertama kali. Ritual penyembahan Ganesha ditemui pada acara pernikahan, membuka usaha serta persembahyangan di rumah dan tempat suci.

Kisah Terpotongnya Gading Ganesha

Dahulu kala terdapat legenda yang menjelaskan patahnya gading Ganesha. Parashurama yang berniat menemui Siwa dihadang oleh Ganesha. Mereka berdua bertarung, Parashurama melempar kapak pemberian Siwa ke arah Ganesha. Mengetahui bahwa kapak tersebut adalah pemberian Siwa, ayahnya, Ganesha kemudian tidak menghindari kapak tersebut. Kapak tersebut mengenai gading dari Ganesha. Terpotonglah gading Ganesha. Mengetahui hal tersebut Parvati sontak marah dan mengutuk Parashurama. Parvati mengutuk Parashuraa tidak akan puas membunuh para ksatria dan akan selalu haus akan darah ksatria. Kemudian Siwa keluar dan menenangkan Dewi Parvati. Mengetahui hal tersebut, Parashurama meminta maaf dan memberikan kapaknya kepada Ganesha. Dari sinilah kemudian dapat kita lihat arca – arca Ganesha dengan salah satu taringnya yang terpotong serta salah satu tangannya memegang kapak.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah