Latar Belakang dan Sejarah Restorasi Meiji

Rahmad Ardiansyah

1877 --- In 1877, nine years after the Meiji Restoratin, a major rebellion in Kyushu concentrated the opposition of conservative elements to the westernization of Japan. The traditional forces, including for example samurai infuriated at no longer being allowed to carry swords, were defeated by the new conscript army. Thousands were executed. Here the brave new officers in their western-style uniforms accept the surrender of un-uniformed rebels. --- Image by © Asian Art & Archaeology, Inc./CORBIS

Latar Belakang Restorasi Meiji

Ketika terjadi Restorasi Meiji, Jepang diperintah oleh Kesyogunan Tokugawa. Tokugawa merupakan kesyogunan ketiga yang memerintah secara diktator setelah berturut – turut Kesyogunan Kamakura dan Kesyogunan Muromachi. Ketika Kesyogunan Tokugawa memerintah, Jepang menerapkan politik isolasi dunia luar (politik Sakoku). Politik ini dimaksudkan agar Jepang menutup diri dari pengaruh dunia luar, agama asing dan pengaruh asing. Orang – orang Jepang dilarang keluar dari wilayah Jepang sedangkan orang non Jepang di usir keluar Jepang.Selama politik isolasi pada masa pemerintahan Kesyogunan Tokugawa, Jepang dalam kondisi tentram. Namun, pertambahan penduduk menciptakan permasalahan baru pada bidang ekonomi. Pada tanggal 30 Maret 1854, Jepang terpaksa meninggalkan politik isolasi yang ditandai dengan Perjanjian Shimoda. Perjanjian ini berisi bahwa pelabuhan Suimoda dan Hakodate dibuka untuk perdagangan asing. Pembukaan dua pelabuhan ini merupakan awal dari masuknya pengaruh luar ke wilayah Jepang. Selanjutnya pada tahun 1858 dibuka lagi pembukaan pelabuhan pada tahap kedua yang ditandai dalam Townsend Harris Agrement yang berisi :

  • Jepang menyetujui pengangkatan duta Amerika di Yedo dan konsul – konsul di kota – kota pelabuhan yang dibuka untuk perdagangan asing
  • Jumlah pelabuhan yang dibuka ditambah
  • Diadakan perdagangan bebas dan warga negara Amerika Serikat dibolehkan diam di Yedo, Osaka, dan kota lainnya yang telah dibuka untuk perdagangan asing
  • Penetapan peraturan bea impor,
  • Pertukaran mata uang dengan bebas

Akibat diadakannya perjanjian ini, Jepang menjadi negara yang terbuka dan politik isolasi pun berakhir. Hal ini menjadi latar belakang diberlakukannya Restorasi Meiji. Masyarakat Jepang kecewa dengan pemerintahan Syogun Tokugawa yang melepaskan politik isolasi dan memilih terbuka pada pengaruh luar. Syogun dianggap lemah dan inilah awal dari gerakan Restorasi Meiji.

Proses Terjadinya Restorasi Meiji

Terbukanya negara Jepang membawa pengaruh yang signifikan bagi bangsa Jepang terutama kekuasaan syogun, sebab dibukanya wilayah Jepang memunculkan perasaan anti syogun. Syogun dianggap lemah dan dianggap menjual tanah Jepang kepada pihak asing. Selain itu, gerakan pro-Tenno semakin kuat dimana Komei Tenno (Kaisar Osyahito) menolak perjanjian Shimoda dan menuntut Syogun harus mengembalikan kekuasaannya kepada Tenno.

Kekacauan semakin bertambah setelah gerakan anti Syogun dipimpinan daimyo (gubernur militer) Satsyuma dan Cosyu. Pemerintahan Syogun Tokugawa tidak dapat menangani permasalahan ini dan pada akhirnya memutuskan untuk mengirim tentara guna membasmi gerakan anti Syogun. Namun tentara tersebut mampu dikalahkan dan pemerintahan Syogun Tokugawa terpaksa harus memberikan kekuasaannya kepada Tenno.

Masa Restorasi Meiji

Masa – masa peralihan kekuasaan dari Syogun dan Tenno memulai babak ketegangan tersendiri di Jepang antara Tenno dan Syogun. Bangsa Asing seperti Inggris dan Perancis berusaha ikut campur untuk melemahkan Jepang dengan cara mengadu domba dua bersaudara yaitu Tenno dan Syogun. Inggris mendukung Tenno sedangkan Perancis mendukung Syogun. Namun, baik Tenno maupun Syogun, keduanya menolak adanya dukungan dari negara luar. Pada tahun 1867, Kaisar Osyahito (Komei Tenno) digantikan oleh Kaisar Mutsuhito yang tekenal sebagai Kaisar Meiji. Meiji Tenno (Mutsuhito 1867-1912 yang diangkat pada saat berumur 14 tahun) akhirnya memegang tampuk kekuasaan per tanggal 14 Desember dan membuka babak baru kegemilangan Jepang.

Mutsuhito

Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Restorasi Meiji”. Tenno memakai sebutan nama masa pemerintahan Meiji. Meiji sendiri diartikan sebagai berfikiran cerah dan fikirannya diterangi. Langkah awal yang dilakukan Tenno adalah dengan memindah ibu kota pemerintahan dari Kyoto ke Tokyo pada tahun 1869, menciptakan bendera kebangsaan bernama Hinomaru yang didasarkan pada Ameterasu sebagai dewa matahari dan lagu kebangsaan Kimigayo yang didasarkan atas keabadian Tenno sebagai dewa.

Agama Shinto kemudian diresmikan sebagai agama negara. Hal ini semata – mata dilakukan untuk menjamin kekokohan bangsa Jepang yang diproyeksikan menjadi negara modernisasi Jepang. Pada tanggal 8 April 1868 menjadi hari yang bersejarah bagi Jepang, karena pada tanggal tersebut Kaisar Meiji mengeluarkan Proklamasi berisi :

  • Akan dibentuk parlemen
  • Harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa
  • Semua jabatan terbuka untuk semua orang
  • Akan dibentuk tentara nasional
  • Tiap warga negara mempunyai hak yang sama
  • Adat istiadat kolot yang menghalang
  • halangi kemajuan akan dihapuskan
  • Mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan negara

Modernisasi Jepang Akibat dari Restorasi Meiji

Setelah dasar – dasar pemerintahan dibentuk, Kaisar Meiji kemudian melakukan pembangunan besar – besaran. Pembangunan ini dilakukan di berbagai bidang dan dilakukan dengan teknologi modern. Tujuan dari pembangunan ini adalah untuk mengejar ketertinggalan negara Jepang dari Bangsa Barat. Pembangunan ini kemudian disusun rapi secara bertahap.

1. Pemerintahan

Tenno sebagai kepala negara memiiki sifat dewa menurut ajaran Sinto. Dihapuskannya sistem feodal yang sebelumnya berlaku. Setiap wilayah daimyo diangkat seorang wakil pemerintah pusat. Daimyo dijadikan pegawai negeri dan ditempatkan di ibu kota sehingga memudahkan dalam pengawasan. Tanah yang mereka kuasai diserahkan kepada Tenno. Pada tanggal 11 Februari 1890, disahkan Undang – Undang dasar Negeri Jepang oleh Tenno. Berikutnya dilakukan penyusunan Dewan perwakilan Rakyat yang terdiri atas dua bagian, diantaranya :

  • Majelis Tinggi dimana anggotanya ditunjuk oleh Tenno seumur hidup
  • Majelis Rendah dimana anggotanya dipilih oleh orang – orang yang membayar pajak tanah sebesar jumlah tertentu.

Selanjutnya dibentuk kabinet yang bertanggung jawab atas raja, artinya walaupun kabinet tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, kabinet tersebut tidak perlu dibubarkan selama raja Jepang masih berkehendak. Untuk menyesuaikan zaman, maka disusunlah peraturan yang berasal dari hukum Perancis dan Jerman.

2. Militer

Pada tahun 1873, dibentuk kesatuan tentara Jepang. Angkatan perang dibangun secara modern dengan peralatan – peralatan yang dibeli dari negara – negara Eropa. Selanjutnya Jepang mempelajari pembuatan alat perang tersebut dan memproduksi sendiri. Susunan angkatan darat dipegang oleh keluarga Chosyu dan dibuat mencontoh angkatan darat negara Jerman sedangkan angkatan laut dipegang keluarga Satyusuma dibentuk dengan mencontoh angkatan laut negara Inggris. Disisi lain, warga negara yang sudah berusia 20 tahun diwajibkan untuk mengikuti wajib militer dan selanjutnya ditempatkan di daerah perbatasan yang berbahaya. Dengan diberlakukannya modernisasi militer di Jepang, ditumbuhkan kembali semangat Busyido dalam kemiliteran Jepang. Ajaran Busyido memiliki makna menginsyafi kedudukan masing – masing dalam kehidupan, mempertinggi derajat dan kecakapan diri, melatih dirinya lahir dan batin untuk menyempurnakan kecakapan dalam ketentaraan, memegang teguh disiplin, menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah yang terakhir. Mati memperjuangkan Tenno adalah mati dalam sebuah kesempurnaan dan termulia.

Dalam pengorganisasian angkatan perang, pemerintah Jepang membentuk Departemen Pertahanan (Gunbatsu). Departemen ini tidak bertanggung jawab atas parlemen, namun kepada Tenno. Dalam perkembangannya, badan ini berkembang pesat hingga menjadi suatu badan yang memiliki pengaruh cukup besar. Jepang memiliki angkatan pertahanan yang kuat karena setengah dari anggaran belanja negara dipergunakan untuk kebutuhan militer.

Akibat dari adanya modernisasi ini adalah secara otomatis golongan Samurai dihapuskan dan hal ini kemudian menyebabkan adanya pemberontakan Satsuma. Pemberontakan Satsuma (Seinan Senso, Perang Barat Daya) merupakan pemberontakan klan Samurai Satsuma yang berlangsung pada 11 bulan awal era pemerintahan Meiji yang dimulai pada tahun 1877 dan dipimpin oleh Saigo Takamori terhadap tentara kekaisaran Meiji. Perang saudara ini merupakan perang terakhir dan terbesar dalam sejarah Jepang. Perang ini terjadi di Kyusu, tepatnya di Prefektur Kumamoto, Prefektur Miyazaki, Prefektur Oita dan Prefektur Kagoshima.

Latar belakang pemberontakan Satsuma adalah adanya perubahan sistem dalam pemerintahan yang menyebabkan para Samurai tersingkir. Modernisasi Jepang telah mengikis kekuasaan Samurai dan menghancurkan sistem tradisional yang sebelumnya berlaku. Penghapusan Pedang Haito-rei yang melarang para Samurai untuk membawa katana merupakan salah satu faktor munculnya pemberontakan ini.
Pertempuran antara para Samurai dan pemerintah berlangsung selama enam minggu dan terakhir Saigo Takamori hanya memiliki sisa 300 – 400 prajurit. Ketika pertempuran terakhir yaitu pertempuran Shroyama, Saigo mengalami luka berat. Saat – saat genting ketika Saigo akan ditangkap, ia melakukan Seppuku pada tanggal 24 September 1877. Perang ini menghabiskan banyak dana pemerintah Jepang, sekaligus menjadi akhir dari Samurai Jepang. Sepuluh tahun kemudian, Kekaisaran Jepang meminta maaf akan kematian Saigo Takamori sekaligus memberikan gelar Samurai terakhir.

3. Pendidikan

Restorasi Meiji juga mempengaruhi dunia pendidikan di Jepang. Pada tahun 1871 dibentuk Departemen Pengajaran dengan mengubah pengajaran tradisional ke pengajaran modern layaknya pengajaran di Eropa Barat. Dalam sistem ini diberlakukan pendidikan wajib bagi anak – anak usia 6 tahun dan hal ini berlaku pada semua penduduk. Untuk setiap 600 penduduk didirikan 1 sekolah rendah. Jepang membagi 8 wilayah pendidikan, setiap daerah diberi 32 sekolah menengah dan 1 perguruan tinggi.

Salah satu hal yang dianggap penting adalah pengiriman pelajar ke Eropa untuk menyempurnakan ilmu yang dipelajari. Mereka ditugaskan untuk belajar ilmu teknik, kedokteran, ekonomi dan lain – lain. Setelah kembali ke negaranya, mereka dituntut untuk aktif dalam pembangunan dan modernisasi negara. Hasilnya, dalam 50 tahun Jepang sudah menjadi negara yang modern.

4. Industri

Pada masa awal industri, Jepang memfokuskan pada industri teh dan sutera. Kedua komoditas inilah yang sangat laku di pasaran luar negeri. Tujuan pemfokusan pasar adalah untuk mendapatkan devisa sebesar – besarnya yang kemudian digunakan untuk modernisasi perusahaan teh dan sutera dan pengembangan sebuah industri. Pada masa itu, Jepang belum bisa memproduksi mesin – mesin modern kemudian dibelilah mesin dari Eropa dan didatangkanlah ahli teknik dari luar negeri. Setelah orang – orang Jepang mampu mengoperasikan mesin – mesin tersebut, selanjutnya ahli – ahli tersebut dipulangkan ke negaranya. Perdagangan di Jepang berkembang dengan pesat. Disamping industri teh dan sutera, pada perkembangannya Jepang juga merancang industri peralatan perang dan industri alat besar.

Industrialisasi dan Politik Imperialisme Jepang

Kemajuan industri Jepang setelah masa Restorasi Meiji membuat Jepang menjadi negara yang haus akan bahan mentah. Selama masa awal perkembangan industri, Jepang sebagai sebuah negara masih bisa menggunakan bahan mentah dari negaranya sendiri. Namun pada perkembangannya bahan mentah tersebut semakin lama semakin menipis sedangkan permintaan pasar masih terus berjalan. Para pemimpin pemerintahan bekerja keras untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Berbagai langkah ditempuh, namun hasilnya nihil. Pada akhirnya Jepang menempuh langkah imperialisme layaknya negara – negara di Eropa.

Adapun sasaran imperialisme Jepang tersusun sebagai berikut : merebut wilayah Korea yang kaya akan bahan tambang dan tanahnya yang subur. Letak Korea yang berdekatan dengan Jepang merupakan pintu gerbang untuk menguasai Mancuria. Kemudian target selanjutnya adalah dengan menguasai Mancuria yang memiliki tanah yang subur dan kaya akan biji besi. Daerah ini sangat cocok untuk dijadikan tempat migrasi Jepang yang terlampau padat. Imperialisme Jepang bukan hanya gerakan militer melainkan juga perluasan perdagangan.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah