Situs Trinil: Jejak Evolusi Pithecanthropus Erectus di Jawa Timur

Rahmad Ardiansyah

No comments

Situs Trinil di Ngawi, Jawa Timur, merupakan salah satu situs paleoantropologi Indonesia yang lebih sederhana dibandingkan situs raksasa seperti Sangiran. Terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, kawasan ini berada di Lembah Bengawan Solo, sekitar 13 kilometer sebelum pusat Kota Ngawi dari arah Solo. Trinil menjadi saksi bisu kehidupan purba pada era Pleistosen tengah, di mana fosil-fosil berharga ditemukan, situs Trinil memberikan petunjuk krusial tentang asal-usul manusia.

Sejarah Penemuan yang Mengubah Pandangan Dunia

Pada akhir abad ke-19, Eugene Dubois seorang ahli anatomi Belanda, membawa terobosan besar. Mulai tahun 1891, ia menemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada 1893, disertai sisa-sisa hewan dan tumbuhan purba. Nama Pithecanthropus Erectus berasal dari bahasa Yunani: pithecos(kera), anthropus (manusia), dan erectus (tegak), yang berarti “manusia kera berjalan tegak”. Makhluk ini hidup sekitar 700.000 hingga satu juta tahun lalu, berdasarkan lapisan geologis Pleistosen tengah. Penemuan ini mendukung teori evolusi Darwin, menjadikan Trinil sebagai titik awal studi manusia purba di Asia Tenggara.

Fosil Pithecanthropus Erectus yang ditemukan mencakup tulang paha yang lebih panjang dari lengan, membuktikan kemampuan berjalan tegak (bipedal) seperti manusia modern. Selain itu, tempurung kepala menunjukkan campuran ciri kera dan manusia, yang membuat Dubois menyebutnya sebagai “missing link” dalam rantai evolusi. Fosil ini menggambarkan adaptasi Pithecanthropus Erectus di lingkungan tropis Jawa kuno, di mana mereka berburu dan bertahan hidup. Penemuan ini mengonfirmasi bahwa evolusi manusia tidak hanya terjadi di Afrika, tapi juga di wilayah Asia.

Museum Trinil: Penjaga Warisan Purba

Di area seluas tiga hektare, Museum Trinil berdiri sebagai pusat pelestarian. Didirikan atas inisiatif Prof. Teuku Jacob dari Universitas Gadjah Mada, museum ini menyimpan koleksi fosil langka. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Replika tengkorak Pithecanthropus Erectus.
  • Tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris).
  • Gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus).
  • Tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus).

Koleksi ini memberikan gambaran lengkap tentang ekosistem purba, menarik peneliti dan wisatawan untuk menyelami masa lalu.

Karakteristik Fosil Tengkorak

Tengkorak Pithecanthropus Erectus dari Trinil memiliki bentuk pendek tapi memanjang ke belakang, dengan volume otak sekitar 900 cc—di antara otak kera (600 cc) dan manusia modern (1.200-1.400 cc). Tonjolan kening menonjol, disertai penyempitan tajam di belakang mata, menandakan otak yang belum sepenuhnya berkembang. Bagian belakang kepala meruncing, diduga milik individu perempuan dewasa berdasarkan sambungan tulang. Fitur ini mencerminkan tahap transisi evolusi yang menarik.

Ciri-Ciri Utama Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus Erectus menunjukkan adaptasi unik sebagai jembatan antara kera dan manusia. Berikut poin-poin pentingnya:

  • Tinggi badan: Sekitar 165-180 cm, dengan postur tegak.
  • Volume otak: 750-1.350 cc, lebih besar dari kera tapi lebih kecil dari manusia modern.
  • Bentuk tubuh: Proporsional dengan anggota badan kokoh dan kuat.
  • Alat pengunyah: Rahang tebal dan geraham besar untuk makanan keras.
  • Fitur wajah: Tonjolan kening tebal, hidung lebar, dan belakang kepala menonjol.

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment

Ikuti kabar terbaru dari Idsejarah di channel whatsapp

Klik disini

Channel WA Idsejarah