Sejarah Singkat Candi Plaosan

Rahmad Ardiansyah

Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Candi Plaosan terbagi menjadi dua komplek yaitu Plaosan Lor (lor berarti utara) dan Plaosan Kidul (kidul berarti selatan). Relief  yang ada di Candi Plaosan sangat halus dan rinci layaknya relief yang ada di Candi Borobudur, Candi Sewu serta Candi Sari.

Candi Plaosan yang beraliran Buddha ini menurut para ahli mulai dibangun pada masa Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu pada awal abad ke 9 Masehi. Hal ini di dukung oleh catatan De Casparis yang berpegang pada Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Prasasti tersebut menceritakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan dengan suaminya. De Casparis berpendapat, Sri Kahulunan  merupakan gelar Pramordhawardani, putri dari Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra. Sang putri yang beragama Buddha menikahi Rakai Pikatan yang memeluk agama Hindu.

Pendapat lain mengenai pembangunan Candi Plaosan adalah pembangunan candi yang dimulai sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan. Anggraeini berpendapat, Sri Kahulunan merupakan ibu Rakai Garung yang memerintah Mataram sebelum Rakai Pikatan. Ia juga berpendapat bahwa pemerintahan Rakai Pikatan yang terlalu singkat tidak memungkinkan untuk membangun candi sebesar Candi Plaosan. Rakai Pikatan mendirikan candi perwara setelah masa pembangunan candi utamanya.

Di dekat candi perwara Candi Plaosan Kidul pada bulan Oktober 2003, ditemukan prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut mempunyai ukuran 18,5 x 2,2 cm yang terbuat dari lempengan emas. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta  menggunakan huruf Jawa Kuno. Prasasti ini belum diketahui isinya, namun menurut Tjahjono Prasodjo, epigraf yang ditugasi untuk membaca prasasti ini, ia berpendapat dari prasasti ini menguatkan dugaan bahwa pembangunan Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor lebih luas dari pada Candi Plaosan Kidul. Terdapat dua pasang Dwarapala yang saling berhadapan di bagian depan (barat) komplek ini, sepasang terletak di pintu masuk utara dan sepasang lagi di pintu masuk selatan. Pada pelataran utara terdapat teras batu berbentuk persegi yang dikelilingi oleh deretan umpak batu. Ada dugaan bahwa umpak batu ini dahulu difungsikan sebagai tempat untuk meletakkan sesajian. Konon diatas umpak batu ini dahulu merupakan sebuah bangunan yang terbuat dari kayu dan diatas masing – masing umpak terdapat arca Dhyani Buddha. Teras yang sama namun berukuran lebih kecil terletak di selatan kompleks Candi Plaosan Lor.

Bangunan utama pada komplek Candi Plaosan Lor adalah dua buah candi utama. Kedua candi ini sama – sama menghadap ke barat dan dikelilingi oleh pagar batu. Sebenarnya kedua candi utama ini dikelilingi oleh 174 candi perwara, 58 candi kecil yang berdenah dasar persegi, serta 116 berbentuk stupa. 7 candi berbaris pada masing – masing sisi utara serta selatan candi utama, 19 candi berbaris pada sisi timur, dan terakhir 17 candi berbaris di depan candi utama. Sayangnya candi – candi ini masih dalam kondisi hancur dan belum bisa di rekonstruksi.

Pada sudut barisan candi perwara terdapat candi berukuran kecil yang dikelilingi oleh dua barisan umpak yang kemudian di selingi oleh sebuah candi kecil lagi di setiap sudutnya. Pada sisi barat pagar batu yang mengelilingi bangunan utamma, ada sebuah gerbang gapura paduraksa, dengan atap yang dihiasi oleh deretan mahkota kecil. Puncak atap gapura berupa persegi dengan mahkota di bagian paling atas.

Kedua bangunan candi utama berdiri diatas kaki setinggi 60 cm tanpa adanya selasar yang mengelilingi tubuh candi. Untuk menuju tubuh candi terdapat tangga yang dilengkapi dengan pipi tangga dan hiasan kepala naga di pangkal tangga. Terdapat hiasan berupa pahatan bermotif bungan dan sulur – suluran di bingkai pintu dan terdapat kalamakara tanpa rahang bawah di atas pintu.

Pada sisi luar candi utama terdapat relief yang menggambarkan sosok laki – laki dan perempuan yang berdiri dalam ukuran yang mendekati ukuran manusia sesungguhnya. Relief pada candi yang ada di selatan menggambarkan laki – laki dan pada candi bagian utara menggambarkan perempuan.Sisi dalam kedua bangunan utama terbagi menjadi enam ruangan, yaitu tiga ruangan yang terdapat di bawah dan tiga ruangan lain terdapat di lantai dua. Kedua lantai ini dibatasi oleh papan yang sudah tidak terlihat lagi, namun masih bisa di lihat alur bekas tempat memasang lantai tersebut.

Pada ruangan tengah terdapat 3 arca Buddha duduk berderet di atas padadmasana menghadap pintu, akan tetapi Buddha yang berada di tengah sudah raib. Di dinding kiri serta kanan ruangan terdapat relung yang idfungsikan sebagai tempat untuk meletakkan alat penerangan. Relung ini diapit oleh relief Kuwera dan Hariti. Terdapat pintu penghubung ke ruangan samping di kiri dan kanan dekat pintu utama. Susunan kedua ruangan dibawah lainnya, di bangunan utara ataupun bangunan selatan, mirip dengan susunan di ruangan tengah. Pada sisi timur terdapat 3 arca Buddha yang duduk berderet di atas padadmasana yang menghadap ke barat. Arca Buddha yang berada di tengah juga sudah raib.

Plaosan Kidul
Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul dipisahkan oleh jalan raya. Jika di Plaosan Lor mempunyai dua candi utama yang berdiri megah, di Plaosan Kidul ini candi utamanya dalam kondisi hancur dan masih menyisakan candi perwara saja.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah