Pada awal ditemukannya, reruntuhan candi diperkirakan adalah sebuah benteng Belanda, namun setelah ditemukannya arca Wisnu asumsi ini pun berubah. Lima tahun kemudian pada tahun 1957 ditemukan arca kedua arca dewa Wisnu. Arca – arca tersebut kini disimpan di Museum Nasional di Jakarta dengan sebutan Arca Wisnu I dan Arca Wisnu II.
Terdapat dua bangunan yang dinamakan Lemah Duhur Lanang dan Lemah Duhur Wadon. Karena keduanya berada di area pesawahan, maka keduanya menggunakan batu bata sebagai bahan bangunannya. Candi Lemah Duhur Lanang merupakan bangunan dengan kaki candi yang berbentuk persegi empat dengan ukuran 9×9,6 m serta anak tangga yang berada di sisi sebelah barat laut dengan kondisi tangga yang rusak.
Pada puncak Candi Lemah Duhur Lanang terdapat sebuah lingga dengan tinggi 1,11 m dan berdiameter 40 cm yang tertancap pada tanah. Lingga ini dulu ditemukan di reruntuhan kaki bangunan. Bentuk lingga yang ada di Candi Lemah Duhur Lanang berbentuk semu dengan hanya menampakkan bentuk bujur sangkar pada bagian bawah dan bulat pada bagian atas. Bentuk lingga yang seharusnya adalah bujur sangkar pada bagian bawah, segi delapan pada bagian tengah dan bulat pada bagian atas. Dengan ditemukannya lingga di Candi Lemah Duhur Lanang maka dapat dipastikan candi ini bercorak Hindu.
Candi Lemah Duhur Wadon berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 3,5 x 3,5 m. Bangunan ini berbahan bata. Saat ditemukan pertama kali, candi ini dalam kondisi runtuh dengan menyisaan bagian kaki candi. Terdapat indikasi bahwa candi ini menghadap ke arah timur.