Sejarah Homo Ergaster
Homo Ergaster berasal dari Afrika timur dan Afrika selatan yang hidup sekitar 1,9 hingga 1,4 juta tahun lalu. Homo Ergaster diperkirakan hidup pada masa Pleistosen bagian bawah, dimana bumi masih tertutupi oleh es (iklim pendinginan global). Homo Ergaster sendiri merupakan jenis manusia purba paling awal yang ada, dan merupakan nenek moyang dari anggota Homo Sapiens yang lain. Penemu fosil Homo Ergaster pertama kali adalah Richard Leakey dari Koobi Fora di Kenya.
Penamaan “Homi Ergaster” sendiri berasal dari bahasa Yunani dimana kata Ergaster tersebut memiliki arti “Pekerja“. Jadi Homo Ergaster adalah “Manusia pekerja”, nama ini dipilih karena penemuannya berada di dekat bekas penggalian yang ditemukan bersama dengan kapak genggam dan parang di dekatnya.
Ciri-Ciri Fisik Homo Ergaster
- Kapasitas tengkoraknya sekitar 800-1200 cc
- Wajahnya berukuran kecil dan lebih terlihat ortognatik
- Punya enamel gigi yang sedikit
- Punya hidung yang besar
- Kekuatan rahangnya telah berkurang
Perbedaan fisik antara Homo Ergaster dan Homo Sapiens terdapat pada tulang tengkoraknya yang lebih tipis dan sulkus nya kurang jelas. Penemuan Homo Ergaster paling lengkap ditemukan di Danau Turkana, Kenya pada tahun 1984. Dimana sisa lain nya ditemukan di Tanzania, kenya, Ethiopia dan Afrika selatan. Karakteristik Ergaster sendiri memang
sangat mirip seperti manusia pada jaman sekarang, tetapi pada bagian kekuatan gigi dan struktur alat pengunyah memiliki perbedaan.
Sejarah Kehidupan Homo Ergaster
Homo Ergaster diperkirakan adalah versi sebelum Homo Sapiens berevolusi dari (homo habilis/homo rudolfensis) di bagian timur Afrika. Cara bertahan hidu[ hidup homo ergaster adalah dengan berburu dan mengumpulkan makanan serta hidup secara nomaden menyesuaikan hewan buruan. Manusia purba yang satu ini berburu mangsa dengan ukuran yang lebih kecil dan sudah terluka. Hidupnya berpindah-pindah tempat (nomaden). Beberapa tempat penemuan dari jejak jejak Hmo Ergaster yaitu di Ethiopia (situs Konso Gardula dan Omo), lalu Kenya (Olorgesaillie), dan Tanzania (Olduvai Gorge). Hasil budaya dari homo ergaster adalah kapak genggam, alat serpih, parang dan alat lain yang terbuat dari tulang. Kegunaan alat-alat ini adalah untuk berburu, memotong daging buruan, mengikis hingga memotong kulit. Sejarah mengatakan Homo ergaster meninggalkan benua Afrika karena disana ada persaingan antara spesies lainnya. Sumber makanan telah berkurang, akhirnya mereka meninggalkan aktivitas gunung berapi.