Mengenal Teknologi LIDAR dalam Menguak Misteri Candi

Rahmad Ardiansyah

Lidar merupakan perpanjangan kata dari light detection and raging sebuah metode yang banyak digunakan dalam survey dan mapping permukaan tanah berbasis 3D. Teknologi LIDAR banyak dimanfaatkan untuk memproyeksikan permukaan tanah oleh para geolog dan tak terkecuali dimanfaatkan oleh para arkeolog untuk memproyeksi objek – objek kajian peradaban seperti candi atau situs kuno. Dengan adanya teknologi LIDAR memungkinkan seorang arkeolog mempercepat dalam menganalisa objek berupa bentuk 3D komperhensif yang melebihi kapasitas dari Google Maps.

LiDAR (Light Detection and Ranging) merupakan istilah populer dari teknologi Airbone Laser Scanning (ALS) memiliki fitur yang sangat berguna dalam menganalisis permukaan tanah tempat sebuah candi berdiri dan tersembunyi. Airbone Laser Scanning terdiri dari sistem laser berfrekuensi tinggi, GPS (Global Positioning System), dan Inertial Measurment Unit (IMU). Informasi yang dihasilkan akan memuat bentuk permukaan tanah berupa tiga dimensi. Penggunaan LIDAR sangat membantu dalam mengenali objek di vegetasi lebat seperti di hutan atau pegunungan karena laser pulse yang dipancarkan LIDAR mampu menembus hingga permukaan tanah. Penggunaan LIDAR sudah dimanfaatkan dalam memetakan situs Angkor Wat di Kamboja.

Video Pemanfaatan LIDAR dalam dunia arkeologi

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah