Sejarah Candi Merak
Candi Merak berada di Klaten, tepatnya di Dukuh Candi, Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi Candi Merah dapat ditemukan di sebelah barat laut Klaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Boyolali. Candi ini ditemukan dalam kondisi terkubur pada lahan kosong dengan Pohon Joho dengan beberapa arca yang sedikit terlihat.
Penemuan Candi Merak pertama kali terjadi pada tahun 1925. Dimana beberapa burung merak yang berada di sekitar wilayah ini ditemukan sering bertengger dan tidur di atas pohon Joho. Usia candi ini diperkirakan hampir memiliki kesamaan dengan Candi Bima yang bisa ditemukan di Kompleks Candi Dieng.
Penemuan Candi Merak maupun jenis candi lain di wilayah klaten menunjukkan adanya peradaban agung di wilayah tersebut. Hal ini dipercaya karena candi memiliki fungsi sebagai tempat ibadah dan upacara keagamaan. Latar belakang Candi Merak yang kental dengan agama hindu, membuat bangunan ini diperkirakan berdiri pada masa Kerajaan Mataram Kuno yaitu pada abad ke-8 dan ke-9.
dengan agama hindu dapat diperkirakan bangunan ini berdiri pada masa Kerajaan Mataram kuno pada abad ke-8 dan ke-9.
Struktur Candi
Candi Merak yang telah berhasil dipugar memiliki bentuk bujur sangkar dengan ketinggian 12 meter. Candi Merak bahkan memiliki luas ukuran candi induk 8,38×8,38 meter. Terdapat penampil candi dengan ukuran panjang kali lebar 155×160 cm. Candi Merak juga memiliki pipi tangga dengan ukuran panjang 230 cm dan lebar 252 cm.
Penamaan Candi Merak pada dasarnya diperoleh dari keberadaan sangkar burung merak yang berada di sekitarnya. Candi ini memiliki candi utama yang menghadap ke timur dan dilengkapi dengan tiga perwara yang menghadap ke barat. Keseluruhan total lokasi Candi Merak memiliki ukuran 8,86×13,5 meter.
Bentuk Candi Merak dapat digambarkan dengan pipi tangga berhias kalamakara. Tubuh Candi Merak memiliki lima buah relung. Salah satu relung tersebut diisi oleh arca Durga Mahisasuramardhini. Terdapat bentuk atap dengan tiga tingkat bujur sangkar yang dihiasi oleh 12 relung. Kemudian, salah satu relung tersebut dihadirkan dengan relief arca duduk di padmasana.
Arca Durga Mahisasuramardhini pada dasarnya diambil dari gabungan beberapa kata. Terdapat Durga, Mahisa, Asura dan Mardini. Arca Durga atau Arca Dewi Durga tersebut bahkan digambarkan dengan ciri banyak tangan. Anda mungkin bisa menghitung jumlah tangan tersebut antara 8 hingga 16 buah.
Keunikan Candi Merak dihadirkan oleh motif geosentris dengan ragam hias tumbuhan pada bagian relief candi. Relief tersebut memiliki lingkaran bujur sangkar dan oval dengan bagian luar dibingkai oleh kelopak bunga. Bentuk ragam hias tumbuhan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai bentuk bunga teratai.
Relief hiasan bunga seringkali disebut sebagai purnakalasa. Bentuk relief tersebut menggambarkan arti keberuntungan dan kebahagiaan. Candi Merak juga memiliki ragam hias kombinasi antara hiasan tumbuhan teratai dengan geometris belah ketupat. Ragam hias atau ornamen tersebut tersebar pada bagian pelipit dan kaki candi.
Candi Merak sebagai candi hindu memiliki Lingga dan Yoni yang terdapat pada bilik andi induk. Simbol Lingga dan Yoni tersebut bahkan bisa digambarkan sebagai bentuk pemujaan agama Hindu. Candi Merak juga memiliki beberapa bentuk arca yang digunakan sebagai pemujaan pada bagian bilik dan luar candi.
Arca Durga juga bisa ditemukan pada bilik perwara di sebelah utara. Sedangkan arca Ganesha terdapat pada bilik perwara bagian Barat. Candi Merak bahkan memiliki beberapa arca yang berada di luar bilik atau di sekitar halaman. Arca tersebut terdiri dari arca Nandi dan beberapa arca lain sebagai bentuk perwujudan dewa yang diyakini oleh agama Hindu aliran Hindu Syiwa.
Sumber:
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/candi-merak-2/