Pembelajaran Sejarah dengan Model Window Shopping

Rahmad Ardiansyah

Pernahkah Anda merasa bahwa sesi presentasi di kelas terasa monoton? Biasanya, kelompok maju satu per satu untuk mempresentasikan materi menggunakan slide PPT, sementara kelompok lain hanya mendengarkan. Cara ini cenderung membuat siswa pasif dan kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Salah satu metode alternatif yang lebih interaktif adalah window shopping. Metode ini memungkinkan siswa untuk bergerak, berinteraksi, dan mengeksplorasi informasi dengan cara yang lebih menarik. Dengan window shopping, pembelajaran sejarah menjadi lebih dinamis dan memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam.

Apa Itu Window Shopping dalam Pembelajaran?

Window shopping biasanya dikaitkan dengan kegiatan melihat-lihat barang di etalase toko tanpa membeli. Dalam dunia pendidikan, metode ini diadaptasi menjadi strategi pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Siswa bergerak dari satu “toko” ke “toko” lainnya untuk mengamati, mendiskusikan, dan mengambil informasi dari berbagai sumber atau kelompok yang telah disiapkan.

Model ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah, karena mendorong siswa untuk lebih aktif dalam memahami materi daripada sekadar duduk dan mendengarkan presentasi.

Bahan dan Persiapan

Sebelum memulai pembelajaran dengan model window shopping, berikut beberapa bahan dan persiapan yang diperlukan:

  1. Materi Pembelajaran: Contoh materi yang akan digunakan adalah Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
  2. Media Presentasi:
    • Kertas karton atau manila untuk membuat poster
    • Spidol warna-warni untuk memperjelas informasi
    • Gambar atau ilustrasi terkait kerajaan Hindu-Buddha
    • Sticky notes untuk catatan siswa
  3. Pengaturan Ruangan:
    • Meja dan kursi diatur dalam beberapa stan (toko) untuk setiap kelompok
    • Setiap stan menampilkan informasi tentang satu aspek kerajaan Hindu-Buddha

Pelaksanaan Model Window Shopping

1. Pembagian Kelompok

Satu kelas dengan 36 siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 siswa. Setiap kelompok bertanggung jawab atas satu topik yang berkaitan dengan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, misalnya:

  • Kelompok 1: Kerajaan Kutai
  • Kelompok 2: Kerajaan Tarumanegara
  • Kelompok 3: Kerajaan Sriwijaya
  • Kelompok 4: Kerajaan Mataram Kuno
  • Kelompok 5: Kerajaan Singasari
  • Kelompok 6: Kerajaan Majapahit

2. Peran dalam Kelompok

Setiap kelompok memiliki peran yang berbeda untuk memastikan kegiatan window shopping berjalan dengan baik:

  • Presenter: Bertugas menjelaskan materi kepada pengunjung yang datang ke stan.
  • Penulis: Mencatat pertanyaan dan umpan balik dari kelompok lain.
  • Pemandu: Mengatur alur diskusi agar setiap pengunjung mendapatkan informasi yang cukup.
  • Desainer: Menyusun tampilan visual materi agar menarik dan mudah dipahami.
  • Peneliti: Memastikan informasi yang disajikan akurat dan sesuai dengan referensi sejarah.
  • Pengawas Waktu: Mengingatkan kelompok agar tetap dalam batas waktu yang ditentukan.

3. Pembuatan Materi di Setiap Stan

Setiap kelompok membuat materi dalam bentuk poster, peta kerajaan, informasi raja-raja terkenal, dan warisan budaya yang masih ada. Mereka juga mempersiapkan penjelasan singkat yang bisa mereka sampaikan saat siswa dari kelompok lain berkunjung.

4. Sesi Window Shopping

  • Rotasi: Setiap kelompok mengunjungi stan lainnya secara bergantian.
  • Observasi dan Diskusi: Siswa melihat presentasi visual yang telah dibuat oleh kelompok lain, mendengarkan penjelasan, dan mencatat poin-poin penting pada sticky notes.
  • Tanya Jawab: Setiap pengunjung boleh bertanya untuk memperdalam pemahaman mereka.
  • Rotasi Berlanjut: Setelah waktu yang ditentukan (misalnya 5-7 menit per stan), kelompok berpindah ke stan berikutnya hingga semua kelompok mengunjungi seluruh stan.

5. Refleksi dan Diskusi Kelas

Setelah seluruh kelompok selesai berkeliling, guru memimpin sesi diskusi untuk meninjau kembali materi yang telah dipelajari. Setiap siswa dapat berbagi wawasan baru yang mereka peroleh selama window shopping.

Nilai-Nilai yang Dapat Dipetik

Selain memahami sejarah kerajaan Hindu-Buddha, model pembelajaran ini juga memberikan beberapa nilai penting:

  1. Kemandirian: Siswa belajar menyusun informasi dan menjelaskan kepada teman-temannya.
  2. Kolaborasi: Mereka bekerja dalam kelompok untuk menghasilkan materi yang menarik.
  3. Komunikasi: Siswa melatih keterampilan berbicara di depan umum saat menjelaskan materi.
  4. Kritis dan Kreatif: Dengan tanya jawab, siswa berpikir lebih dalam dan mencari hubungan antara berbagai aspek sejarah.
  5. Interaktif dan Menyenangkan: Suasana belajar lebih hidup, tidak membosankan, dan siswa lebih terlibat secara aktif.

Dokumentasi Foto

Dokumentasi Video

Bagikan:

Tags

Baca Juga

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah