Sejarah Singkat Candi Tikus

Rahmad Ardiansyah

Candi Tikus terletak di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. R.A.A. Kromojo Adinegoro pada tahun 1914 melaporkan bahwa ditemukan sebuah miniatur candi di lokasi pemakaman. Dari laporan ini kemudian dikembangkan dan ditemukan adanya situs candi. Pemugaran candi ini dilakukan pada 1984 hingga 1985. Penamaan “Candi Tikus” sebenarnya diberikan oleh masyarakat sekitar karena ketika dilakukan penggalian, lokasi situs ini adalah sarang tikus. Dari hal inilah kemudian candi ini disebut Candi Tikus.

Hingga saat ini belum diketahui kapan candi ini dibangun serta fungsi dari Candi Tikus ini. Bahkan penamaan candi pun masih menggunakan penamaan masyarakat sekitar. Namun, para arkeolog menduga bahwa candi ini dibangun pada masa Kerajaan Majapahit yaitu pada abad ke 13 hingga abad ke 14.

Candi Tikus ketika pertama kali ditemukan

Pendapat Para Ahli

  • Drs. IG. Bagus L. Arnawa
    Menurut Drs. IG. Bagus L. Arnawa pembangunan candi tikus melalui 2 tahap apabila dilihat dari bahan dasar batuannya. Candi ini menggunakan 2 jenis batu merah yaitu batu merah berukuran besar dan batu merah berukuran kecil.  
  • N.J.Krom
    Dalam bukunya berjudul Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst II atau Pengantar Kesenian Hindu Jawa II, ia berpendapat bahwa tahap pertama pembangunan Candi Tikus arsitekturnya masih sangat kaku dan sederhana. Kemudian dilanjutkan di tahap ke dua menggunakan batu andesit. Pada tahap ini arsitekturnya mengalami peningkatan dan terlihat lebih bagus dan modern. 
  • A.J. Bernet Kempers
    Dalam bukunya yang berjudul Ancient Indonesia Art ia menuliskan adanya susunan miniatur menara di Candi Tikus yang dianggapnya memiliki hubungan dengan konsep religi. Menurutnya, bentuk dari Candi Tikus merupakan perwujudan dari Gunung Meru. Gunung Meru atau Mahameru merupakan tempat yang dianggap suci, tempat para dewa dan pusat kosmos dunia bagi umat Hindu dan Buddha. Bentuk pancuran pada candi ini merupakan pengatur debit air pada masa Majapahit. Sedangkan tempatnya yang berada di pinggiran kota Trowulan diperkirakan bahwa fungsi candi ini adalah tempat penyucian air atau tirta yang akan mengaliri seluruh kota Trowulan.

 

Arsitektur Candi Tikus
Berbeda dengan candi – candi lain, Candi Tikus berbentuk kolam dengan candi berada di tengah kolam tersebut. Bahan utama candi ini adalah batu bata merah dan batu andesit. Bangunan ini menjorok kebawah dengan kedalaman 3 meter dibawah permukaan tanah. Ukuran kolam Candi Tikus yaitu 29,5 x 28,25 meter yang dilengkapi dengan undakan berbentuk selasar yang semakin kedalam semakin kecil. Selasar pertama memiliki lebar 0,75 meter yang mengelilingi kolam dan kemudian selasar kedua berada di bawahnya dan berukuran lebih lebar.

Candi utama berada di tengah kolam yang berdiri menghadap ke arah utara, yang dilengkapi dengan sebuah tangga selebar 3,5 meter memanjang dari atas kolam menuju ke dasar kolam. Disisi kiri dan kanan tangga utama terdapat 2 buah kolam kecil. Kedalaman dari dua kolam kecil ini adalah 1,5 meter dengan ukuran 2×3,5 meter. Terdapat 3 buah pancuran di masing – masing dinding 2 kolam kecil tersebut yang berbahan dasar batu andesit berbentuk bunga teratai.

Candi utama berbentuk bujur sangkar yang berukurann 7,65 m2. Terdapat 8 buah menara kecil pada sekeliling candi utama dengan bentuk Gunung Meru pada atap dan ujung atap berbentuk datar. Sedangkan pada bagian tengah bangunan candi utama terdapat sebuah miniatur menara setinggi 2 meter yang memiliki bentuk serupa dengan 8 menara di sekelilingnya. Pada sisi dinding luar bangunan utama candi terdapat 17 pancuran yang memiliki bentuk kalamakara dan bunga teratai yang mengelilingi bangunan utama candi.

 

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah