Pada awalnya, kedatangan Jepang disambut baik oleh para tokoh nasional kita, seperti Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Namun, ada sebagian tokoh pergerakan seperti Sam Ratulangi, M.H. Thamrin. dan Sutarjo yang bersikap hati-hati akan gerakan ekspansionisme Jepang karena adanya unsur fasisme di dalamnya. Walaupun demikian, secara umum ada perasaan optimisme bahwa kedatangan Jepang akan segera membawa kemerdekaan.
Berikut lima alasan yang melandasi perasaan optimisme tersebut.
- Dengan menyerahnya Belanda kepada Jepang dianggap sebagai akhiri dari penjajahan Betanda dan dimulainya era baru bagi bangsa-bangsa Asia yang dipelopori Jepang untuk dapat berdiri atas kakinya sendiri. Keyakinan tersebut bertambah kuat pada waktu Jepang memperkenalkan diri sebagai saudara tua dan mengumandangkan propaganda Gerakan Tiga A.
- Jepang berjanji jika menang dalam Perang Pasifik, bangsa-bangsa di Asia akan mendapat kemerdekaan. Jepang juga berjanji menciptakan kemakmuran bersama di antara bangsa-bangsa Asia.
- Sejak awal kedatangannya, Jepang telah membicarakan tentang kemerdekaan yang akan diberikan secara bertahap kepada bangsa-bangsa Asia. Hal tersebut membuat para tokoh kita bersedia bekerja sama dengan pemerintah Jepang.
- Jepang bersikap simpati terhadap aktivitas pergerakan nasional. Seperti dengan mem-bebaskan secara bertahap para tokoh yang ditahan dan dibuang pemerintah Hindia Belanda.
- Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, saperti melakukan ibadah, mengibarkan bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan bahasa Indonesia, serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.