Trilogi van Deventer (Politik Balas Budi oleh Belanda)

Rahmad Ardiansyah

van Deventer

Adanya kebijakan tanam paksa memaksa orang – orang Belanda untuk memaksimalkan pendapatan pada sektor pertanian. Pihak yang dirugikan oleh kebijakan ini lebih mengarah kepada pribumi sebagai subjek tanam paksa. Pribumi Indonesia terutama Jawa menjadi pihak yang tertindas, banyak diantara mereka mengalami kerugian bahkan ada yang meninggal karena adanya praktek tanam paksa ini. Keadaan ini membuat salah seorang Belanda bernama C.Th. van Deventer merasa prihatin terhadap apa yang dialami orang – orang Indonesia ketika diadakannya tanam paksa. Sementara itu Belanda mengakui bahwa bangsanya adalah bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi dan menghargai nilai – nilai kemanusiaan, sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Indonesia oleh pemerintahan Belanda. Van Deventer menilai bahwa kebijakan yang dilakukan Belanda di Indonesia merupakan ekspoitasi alam untuk  Belanda. Menurut van Deventer apa yang dilakukan Belanda merupakan hutang kepada Hindia Belanda. Dengan begitu van Deventer berpendapat pemerintah Belanda harus menyediakan anggaran belanja mereka untuk rakyat Hindia Belanda.

Dengan apa yang dikemukakan van Deventer, kemudian pemerintah Belanda mengubah kebijakan tanam paksa dengan kebijakan baru yaitu kebijakan yang dikenal dengan politik etis. Politik etis ini kemudian dikenal dengan trilogi van Deventer sesuai apa yang dituntut van Deventer ketika menentang adanya praktek tanam paksa. Trilogi van Deventer mencakup tiga kebijakan yaitu :

  1. Migrasi
    Kebijakan ini yaitu memindahkan pekerja pribumi yang pada tanam paksa memilih untuk memberikan tenaga bukan hasil bumi kepada Belanda. Kebijakan ini sangat menguntungkan Belanda karena persebaran pekerja tidak terkonsentrasi di satu daerah saja. Dengan kebijakan migrasi ini daerah yang jarang pekerjanya menjadi semakin merata dan pada akhirnya semakin bertambah hasil yang didapat Belanda sedangkan bagi Indonesia kebijakan ini membuat rakyat Indonesia semakin miskin.
  2. Irigasi
    Sistem saluran air merupakan salah satu keahlian Belanda. Pengairan ini diterapkan di Indonesia bukan hanya semata – mata untuk pribumi, namun kebijakan ini memang lebih menguntungkan Belanda, karena dengan adanya kebijakan ini Belanda bisa lebih banyak mengeruk hasil alam Indonesia. Bangunan sistem irigasi masih tersisa sampai sekarang, bahkan sistem yang dibuat Belanda sampai sekarang masih dipakai dalam bidang irigasi pertanian di Indonesia.
  3. Edukasi
    Dengan adanya kebijakan edukasi ini, rakyat pribumi bisa mengenyam pendidikan. Namun kebijakan edukasi ini hanya terbatas pada para bangsawan atau keluarga priyai. Para tokoh nasionalis Indonesia lahir dari kebijakan ini. Dari sinilah Indonesia mulai bangkit dengan para pemuda berintelektual serta sadar akan nasionalisme.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang, Calon Guru Penggerak angkatan 11 Kota Semarang dan kontributor Modul Pembelajaran MGMP Sejarah Kota Semarang.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah