Peninggalan – Peninggalan Masa Awal Islam
Peninggalan – peninggalan ini dimulai dari masa berdirinya Kadipaten Bonang Binangun – Lasem, yaitu :
a. Benda – benda yang tidak bergerak
- Lokasi Bekas Istana Kadipaten Bonang Binangun
Lokasi ini berada di kompleks Ndaleman Bonag. Desa Bonang, Kec. Lasem, dengan pagar tembok keliling. - Bangunan Masjid – Masjid Kuno
Peninggalan ini, yaitu Masjid Bonang di Desa Bonang, Kec. Lasem, dibangun pada masa Adipati Wira Negara bersama Sunan Bonang. Masjid Gedong/Masjid Tiban berada di Desa Gedongmulyo, Kec. Lasem. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Nyai Ageng Maloka. Masjid Kali Pang di Desa Kalipang, Kec. Sarang. Semua masjid – masjid tersebut dibangun pada awal perkembangan Islam, bentuk bangunan aslinya berbentuk joglo dengan empat penyangga utama, beratap tiga susun dengan puncak mustaka berbentuk makuthapraba. - Klenteng Tua
Peninggalan ini, yaitu Klenteng Mak Caw/Chu An Kiong, berada di Jalan Dasun, di pinggir sebelah timur aliran Sungai Babagan, Desa Soditan, Kec. Lasem. Klenteng ini didirikan pada masa gelombang migrasi kedua orang Cina, pada akhir abad 15 Bentuk bangunan klenteng ini masih asli bergaya Tiongkok dengan ornamen eksterior dan interior yang khas, ukiran, lukisan keramik, serta kaligrafi yang kental mencerminkan budaya Cina sekitar abad 15. - Bekas Pemukiman
Bekas pemukiman ini ditemukan oleh arkeolog pada tahun 1983 di Desa Bonang, Ngenden, dan Caruban (Gedong Mulyo). Bekas – bekas pemukiman tersebut disertai pula banyak penemuan sarana pendukung, serta bangunan sumur – sumur tua dan perkakas rumah tangga. - Makam – Makam Kuno
Keberadaan makam – makam kuno (makam – makam bangsawan abad 15) yang menggunakan nisan batu besar berbentuk troloyo. Seperti makam pusara Pangeran Wirabraja dan kedua istrinya, makam pusara Pangeran Wira Negara dan putranya berada di Keben, Desa Sriombo, Kec. Laesem. Makam pusara Nyai Ageng Malokah dan makam Pangeran Santhipuspa berada di Caruban, Gedongmulyo. Makam pusara keluarga Santhi di Kiringan, Punjulharjo, Kec. Rembang. - Situs Sunan Bonang
Situs ini merupakan bekas bangunan Kadipaten Bonang Binangun dan situs Sunan Bonang yang berada di kompleks pasujudan Sunan Bonang yang berada di Bukit Regol berdekatan dengan makam Putri Campa.
b. Benda – benda yang dapat bergerak
Dalam penelitian arkeolog tahun 1983, ditemukan alat – alat perlengkapan mencari ikan, seperti bandul jala, mata pancing tempat pengecoran besi, kerak besi, dan beberapa peralatan rumah tangga, seperti kendi, periuk, gerabah dan keramik abad 15. Semua hasil penemuan dan penelitian tersebut dibawa ke Museum Jakarta atas penguasa Badan Arkeolog Nasional.
c. Peninggalan Seni dan Kebudayaan
- Sastra
Adanya peninggalan kitab suluk zaman Sunan Bonang yang berbahasa prosa Jawa Tengahan, yang kata – katanya agak cenderung pada bahasa anak. Kitab ini dimungkinkan adalah kumpulan – kumpulan catatan – catatan dari pelajaran yang pernah diajarkan oleh Sunan Bonang kepada muridnya.
Adapula gending dan tetembangan yang barangkali masih bisa didengarkan hingga sekarang. Sekalipun telah mengalami bermacam penggubahan dan pengartian seiring lamnya waktu, seperti tembang cublak – cublak suweng, lir – ilir, dan sebagainya. Konon, tetembangan tersebut ditulis oleh Sunan Kalijaga yang didalamnya mengandung ajaran moral dan ketauhidan bagi anak – anak. - Alat Musik
Peninggalan yang berupa alat musik, yaitu sebuah alat musik Jawa jenis bendel/bonang yang terbuat dari perunggu lengkap dengan pemukulnya. Hingga sekarang bendel/bonang tersebut tersimpan dan terawat dalam tanggung jawab juru kunci kompleks Ndaleman Sunan Bonang, di Desa Bonang, Kec. Lasem.
d. Nilai – Nilai Seni dan Kebudayaan
- Seni Grafis, Ukiran, dan Batik Laseman
Seni grafis model ukir – ukiran, dan batik Laseman merupakan bentuk dari proses akulturasi antar kebudayaan yang menghasilkan seni yang dinamis dan kaya. Yaitu, antara kebudayaan Jawa, Campa, Cina, dan Arab. Ini dapat dilihat dari karya ukir – ukiran dan bentuk ornamen bangunan pada masa itu. Karya yang paling menonjol dan masih lestari hingga kini adalah motif batik Laseman dan menjadi salah satu ikon produk Kota Lasem. - Arsitektur betuk bangunan yang dibangun pada masa awal Islam abad ke 15 terlihat sangat kental bernuansa akulturasi antara bermacam – macam budaya, sperti pada bentuk bangunan masjid, gapura, rumah – rumah penduduk, dan klenteng.
- Tradisi upacara – upacara ataupun ritual adat masyarakat untuk memanifestasikan rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan karunia, rezeki, dan hasil bumi. Tradisi ritual – ritual adat Jawa telah mengalami proses islamisasi di dalamnya. Seperti penyelenggaraan doa – doa bersama di masyarakat, doa atas arwah yang meninggal dilakukan hingga 7 hari, 40 hari, 100 hari. Ziarah kubur orang tua dan para leluhur, perhelatan rakyat, seperti sedekah bumi ataupun sedekah laut, dan juga tradisi adat istiadat dan keagamaan lainnya yang semua itu telah mengalami islamisasi (ajaran tauhid).
Sumber : Buku Lasem Negeri Dampoawang (M. Akrom Unjiya)